Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cinta Butuh Jera
MENU
About Us  

Apa lagi yang harus dikatakan Anis pada Sakti, pria itu terus saja membujuknya untuk pergi. Ia tahu ini adalah weekend, dan sudah waktunya juga ia menetaskan pikiran dengan hal-hal yang baru. Agar tidak melulu itu-itu saja, Galih, Galih dan Galih.

Kenapa selalu nama itu yang muncul dalam otak Anis belakangan ini. Ia bahkan belum mau menceritakan apa pun soal pertemuannya dengan Galih kepada ayahnya. Anwar memang tidak akan marah atau pun protes, tapi membatasinya dengan ceramah-ceramah umum sudah pasti akan Anis dapatkan.

Sudah hampir satu jam Sakti menunggunya di ruang tengah. Menghabiskan waktu menunggu urusan pribadi wanita. Menemani Fajar bermain play station di spot khusus boy.

"Kenapa perempuan selalu lama kalau berdandan? Padahal aku cuma mau ngajak dia nonton event downhill, dia 'kan nggak perlu dandan habis-habisan. Toh juga nanti berkeringat," Sakti bergumam sambil matanya fokus pada layar TV. Fajar hanya tersenyum mendengarkan. Sedikit berkomentar.

"Tidur kali bukan dandan. Coba cek dulu di kamarnya," Fajar menyarankan.

"Aku udah siap!" Suara Anis tiba-tiba menyela. Ia mengenakan sweater-nya lantas mengambil tas tangannya.

Sakti meletakkan konsol yang sedari tadi ia mainkan. Beralih pada Anis yang lebih menarik untuk di tanggapi. "Aku pikir kamu tidur di kamar. Lama banget."

"Cepatlah berangkat, supaya kita bisa cepat pulang."

Sakti pun menuntun Anis ke dalam mobil Jeep miliknya dan membukakan pintu untuk gadis itu hingga ia duduk manis. Kini mereka telah berada di dalam mobil dan melaju tanpa harus menunggu apa-apa lagi.

"Kamu yakin kita cuma pergi berdua? Teman-teman kamu?" Anis membenahi rambut panjangnya yang tergerai agar lebih rapi.

"Mereka udah nungguin kita di sana," jawab Sakti seraya fokus pada lajur jalan.

"Bilang ke mereka untuk menyisakan tempat strategis buat kita."

"Sudah siap, Tuan Putri. Itu adalah hal yang paling pertama kulakukan. Memberikan tempat ternyaman buat kamu." Sakti tersenyum di sisi Anis. Paras yang tampak senang itu pun menerawang ekspresi Anis yang tidak semenyenangkan yang ia pikirkan.

Beberapa hari ini memang Anis tampak berbeda sebagaimana biasanya. Ia lebih sering murung, gusar dan sedikit beraktifitas di luar. Sakti tak pernah tahu apa yang menyebabkan Anis berbeda, ia ingin bertanya, tapi bertanya pada Anis adalah hal yang sulit dilakukan. Bisa jadi ia tidak akan memperoleh jawaban apa pun.

Hanya butuh waktu beberapa jam untuk bisa sampai di tempat yang mereka tuju. Anis berusaha seceria mungkin saat Sakti menggandeng tangannya masuk ke area event. Sakti sering mengajak Anis ke tempat pertandingan seperti ini. Terkadang balap motor trail, balap off road, dan kini Sakti mengajaknya untuk menyaksikan balap sepeda downhill. Anis suka setiap kali Sakti mengajaknya ke tempat seperti ini, dia merasa lebih aktif dan bertemu dengan teman-teman Sakti yang ramah dan hebat adalah sebuah rutinitas yang jarang ia dapatkan sebelumnya.

Suara musik R&B menggelora hampir ke seluruh penjuru arena. Bukit-bukit tinggi dan jalanan terjal berkelok menjadi sebuah pemandangan menarik untuk menguji adrenalin. Sakti membawanya ke sebuah tempat paling strategis untuk menonton. Teman-teman Sakti berjumlah lima orang sudah berada di sana. Berdiri berkelompok dan sebagian berpencar mengurus klub mereka. Dari posisi mereka berdiri, maka seluruh arena bisa terlihat lebih luas, dari garis start hingga finish.

"Duduklah di sini." Sakti mengambilkan Anis sebuah kursi plastik. Agar ia tidak mudah kelelahan.

"Makasih," balas Anis memposisikan dirinya senyaman mungkin.

Ia menggelindingkan pandangannya ke seluruh penjuru arena. Mencari siapa kira-kira pemain yang akan dijadikanya jagoan. Beberapa peserta dengan jersey warna warni tampak sama di mata Anis. Ia tidak kenal satu pun di antara mereka. Lalu bagaimana caranya ia mencari jagoan. Ia masih menelisik satu per satu peserta, hingga matanya berhenti pada satu orang. Bukan peserta, tapi seseorang yang ia kenal.

Itu Nouvie, teman semasa SMA Sita yang dulu cukup akrab juga dengannya. Seketika ia pun ingat, bahwa Nouvie punya adik seorang atlet wanita pemain downhill. Ia lupa siapa nama adiknya, sejauh yang dia ingat terakhir kali ia bertemu Nouvie saat tiga tahun yang lalu, saat ia dan Sita masih sangat dekat, Nouvie bahkan penah menginap di rumahnya bersama Sita. Kini jarak tempat mereka menonton hanyalah dua puluh meter, kalaupun Anis memanggilnya, Nouvie pasti bisa dengar.

"Kamu cari siapa?" Sakti bertanya ketika mendapati Anis celingak celinguk mencari seseorang.

"Itu ... Kamu kenal sama peserta perempuan yang itu, nggak?" Anis menunjuk pemain wanita berpostur tinggi dan berkulit putih, memakai jersey warna merah, berdiri dekat di sebelah Nouvie.

Sakti mengikuti arah petunjuk Anis, lantas mengangguk mengerti. "Oh ... itu Almira Freddie, itu yang mau aku kasih tau ke kamu. Dia itu atlet kelas elite women terbaik, dan dia hampir nggak pernah kalah. Kalau kamu cari jagoan, dia paling pantas. Mereka memanggilnya The Lady Hammer."

Anis mengerutkan dahinya dan mengangguk ringan. Matanya masih belum bisa lepas dari Nouvie. dan itu membuat Sakti kembali bertanya. "Memangnya kamu kenal dia?"

"Aku kenal kakaknya. Namanya Nouvie, yang berdiri di sebelahnya pakai kaos warna biru muda dan topi putih," Anis menerangkan.

"Oh ya? Kalau gitu kenapa nggak panggil aja?"

"Kelihatanyya mereka masih sibuk banget, aku jadi enggan." Itu hanya alasan Anis saja. Ia hanya menginformasikan, bukan ada niat untuk mengobrol apapun dengan teman bekas sahabatnya itu. Karena mungkin akan sangat canggung nantinya.

"Okey, biar aku yang panggilin."

Sakti merangsek dari posisi semula lantas berjalan menghampiri Nouvie tanpa persetujuan Anis. Tak bisa di cegah. Daripada ia hanya duduk diam di situ, sebaiknya ikut bersama Sakti mendekati Nouvie. Tidak elok rasanya jika ia membuang waktu Nouvie yang sedang serius mengurus persiapan adiknya hanya untuk menghampiri dirinya.

Dari jarak sekian meter, Anis bisa melihat Sakti menepuk punggung Nouvie lalu berbicara sesuatu pada Nouvie hingga matanya bertabrakan dengan mata Anis. Semringah Anis pun lekas menghambur ke dalam pelukan Nouvie.

"Anissa! Ya ampun, apa kabar?" sapa Nouvie hangat.

Anis melerai pelukannya setelah itu lalu tersenyum lugas. "Kaya yang kamu lihat. Aku baik-baik aja."

Nouvie menelisik pandangannya, memastikan bahwa wanita yang dia peluk saat ini benar-benar Anis. Barangkali kabar dua tahun yang lalu menjadi alasan mengapa Anis menghilang dari peredaran selama ini.

"Anis aku dengar kabar terakhirmu dan itu—" Nouvie menggelengkan kepalanya ragu. "Ya Tuhan, semua teman-teman bilang kamu udah—" Ia tidak berani meneruskan kata-katanya.

"Aku hanya menghilang, Vi. Bersemedi," sambungnya gurau.

"Ohh ... my God! Aku masih nggak percaya, loh." Nouvie melompat ringan lantaran senang. Mungkin dia adalah orang pertama yang bertemu dengan Anis dalam daftar pertemanan mereka. "Ceritain ke aku apa yang kamu lakuin selama ini. Aku pengen dengar semua ceritamu."

"Hmm ... boleh kenalin aku sama adikmu yang katanya atlet terbaik?" Sebenarnya Anis hanya mengalihkan pertanyaan Nouvie. Itu sebabnya ia tak pernah ingin bertemu dengan teman lama, akan ada banyak pertanyaan yang berdatangan tentang hidupnya. Anis sejenis makhluk yang tertutup, menceritakan masa lalu sama dengan membuka luka lama. Nostalgia pahit.

Syukur saja Nouvie mau menuruti permintaan Anis kemudian memperkenalkan teman lamanya itu dengan Almira. Anis pun melakukan hal yang sama. Memperkenalkan Sakti pada Nouvie dan Almira. Setelah menyadari bahwa wanita pujaannya itu butuh waktu dengan teman lama, Saktipun pergi beralih dengan teman-temannya. Meninggalkan Anis bersama Nouvie. Dua puluh lima menit lagi adalah giliran Almira unjuk gigi. Anis dan Nouvie masih berdiri di posisi semula, mengobrol ringan dan sesekali diam. Anis berusaha untuk tidak terjebak dalam pembicaraan berat, ia melulu bertanya mengenai kehidupan Nouvie. Dan ia berhasil.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • karina016

    seriusan sita sama galih? :(

    Comment on chapter Chapter 3
  • karina016

    bahasanya enak banget dibaca, aku suka, semangat kak

    Comment on chapter Chapter 1
Similar Tags
Tembak, Jangan?
273      230     0     
Romance
"Kalau kamu suka sama dia, sudah tembak aja. Aku rela kok asal kamu yang membahagiakan dia." A'an terdiam seribu bahasa. Kalimat yang dia dengar sendiri dari sahabatnya justru terdengar amat menyakitkan baginya. Bagaimana mungkin, dia bisa bahagia di atas leburnya hati orang lain.
Dialektika Sungguh Aku Tidak Butuh Reseptor Cahaya
497      355     4     
Short Story
Romantika kisah putih abu tidak umum namun sarat akan banyak pesan moral, semoga bermanfaat
Trying Other People's World
211      174     0     
Romance
Lara punya dendam kesumat sama kakak kelas yang melarangnya gabung OSIS. Ia iri dan ingin merasakan serunya pakai ID card, dapat dispensasi, dan sibuk di luar kelas. Demi membalas semuanya, ia mencoba berbagai hidup milik orang lain—pura-pura ikut ekskul jurnalistik, latihan teater, bahkan sampai gabung jam tambahan olimpiade MIPA. Kebiasan mencoba hidup-hidup orang lain mempertemukannya Ric...
My Brother Falling in Love
38870      3923     8     
Fan Fiction
Pernah terlintas berjuang untuk pura-pura tidak mengenal orang yang kita suka? Drama. Sis Kae berani ambil peran demi menyenangkan orang yang disukainya. Menjadi pihak yang selalu mengalah dalam diam dan tak berani mengungkapkan. Gadis yang selalu ceria mendadak merubah banyak warna dihidupnya setelah pindah ke Seoul dan bertemu kembali dengan Xiumin, penuh dengan kasus teror disekolah dan te...
Dream of Being a Villainess
1474      837     2     
Fantasy
Bintang adalah siswa SMA yang tertekan dengan masa depannya. Orang tua Bintang menutut pertanggungjawaban atas cita-citanya semasa kecil, ingin menjadi Dokter. Namun semakin dewasa, Bintang semakin sadar jika minat dan kemampuannya tidak memenuhi syarat untuk kuliah Kedokteran. DI samping itu, Bintang sangat suka menulis dan membaca novel sebagai hobinya. Sampai suatu ketika Bintang mendapatkan ...
Snow
3245      1067     3     
Romance
Kenangan itu tidak akan pernah terlupakan
Sweet Scars
306      254     1     
Romance
Echoes of Marie
89      86     3     
Mystery
Gadis misterius itu muncul di hadapan Eren pada hari hujan. Memberi kenangan, meninggalkan jejak yang mendalam dan dampak berkelanjutan. Namun, di balik pertemuan mereka, ternyata menyimpan kisah pilu yang ganjil dan mencekam.
Daniel : A Ruineed Soul
584      343     11     
Romance
Ini kisah tentang Alsha Maura si gadis tomboy dan Daniel Azkara Vernanda si Raja ceroboh yang manja. Tapi ini bukan kisah biasa. Ini kisah Daniel dengan rasa frustrasinya terhadap hidup, tentang rasa bersalahnya pada sang sahabat juga 'dia' yang pernah hadir di hidupnya, tentang perasaannya yang terpendam, tentang ketakutannya untuk mencintai. Hingga Alsha si gadis tomboy yang selalu dibuat...
dr. romance
952      563     3     
Short Story
melihat dan merasakan ucapan terimakasih yang tulus dari keluarga pasien karena berhasil menyelamatkan pasien.membuatnya bangga akan profesinya menjadi seorang dokter.