Loading...
Logo TinLit
Read Story - Aku yang Setenang ini Riuhnya dikepala
MENU
About Us  

Bun, hidup berjalan seperti bajingan

Seperti landak yang tak punya teman

Ia menggonggong bak suara hujan

Dan kau pangeranku, mengambil peran 

 

Bun, kalau saat hancur aku disayang

Apalagi saat aku jadi juara

Saat tak tahu arah kau di sana

Menjadi gagah saat aku tak bisa 

 

Sedikit ku jelaskan tentangku dan kamu

Agar seisi dunia tahu 

 

Keras kepala sama kamu

Caraku marah, caraku tersenyum

Seperti detak jantung yang bertaut

Nyawaku nyala karena kamu 

 

Aku masih ada di sini

Melihatmu kuat setengah mati

Seperti detak jantung yang bertaut

Nyawaku nyala karena kamu 

 

Bun, aku masih belum mengerti banyak hal

Semuanya berenang di kepala

Dan kau dan semua yang kau tahu tentangnya

Menjadi jawab saat saya bertanya 

 

Sedikit ku jelaskan tentangku dan kamu

Agar seisi dunia tahu 

 

Keras kepala sama kamu

Caraku marah, caraku tersenyum

Seperti detak jantung yang bertaut

Nyawaku nyala karena kamu 

 

Aku masih ada di sini

Melihatmu kuat setengah mati

Seperti detak jantung yang bertaut

Nyawaku nyala karena kamu 

 

Semoga lama hidupmu di sini

Melihatku berjuang sampai akhir

Seperti detak jantung yang bertaut

Nyawaku nyala karena kamu...

————

 

Suara petikan gitar terakhir menghilang bersama dengungan terakhir dari nadaku. Lagu Bertaut milik Nadin Amizah telah selesai aku nyanyikan, dan untuk beberapa detik, keheningan menggantung di udara. Aku menarik napas dalam—lega, namun juga menyesakkan dada. Rasanya seperti baru saja membongkar seluruh isi hatiku di depan orang-orang asing.

 

Mata-mata itu tertuju padaku. Puluhan pasang mata, yang sebelumnya tak kukenal, kini menatapku seolah mereka tahu siapa aku. Bukan dengan sorotan menghakimi, tapi dengan tatapan hangat yang entah mengapa terasa seperti pelukan diam-diam. Mereka tidak mengenalku, namun mereka menerima aku—dengan caraku, dengan suaraku, dengan lukaku yang kutitipkan lewat lagu.

 

Tepuk tangan meriah pecah, membuyarkan lamunanku. Rasanya begitu nyata, begitu hidup. Aku tersenyum kecil, masih tak percaya. Dengan hati yang berdetak cepat, aku turun dari kursi. Ada rasa bangga yang tumbuh diam-diam di dada—perasaan yang lama tak kurasakan.

 

Ternyata, dunia luar tidak semenakutkan yang selama ini kubayangkan. Ternyata, ada ruang di luar kepalaku yang bisa menerima kehadiranku, tanpa harus tahu cerita lengkap di baliknya.

 

Dan untuk pertama kalinya, aku merasa... mungkin aku bisa bertahan.

Dari sisi lain, Beni, teman dekatku sejak dunia terasa terlalu bising, berdiri di antara kerumunan. Ia tak berusaha meneriakiku seperti yang lain. Ia hanya menatap—dengan mata yang paham, bukan mata yang penasaran. Ia tahu semua tentangku. Tentang malam-malam panjang yang kuhabiskan menangis dalam diam. Tentang hari-hari ketika aku pura-pura kuat padahal dalam hati aku rapuh seperti kaca yang sudah retak sebelum dijatuhkan.

 

Dengannya, aku tidak perlu berpura-pura. Aku bisa menjadi aku yang paling jujur—tanpa topeng, tanpa alibi. Ia tahu kapan harus bicara, dan lebih sering, tahu kapan harus diam dan memelukku sampai aku merasa sedikit lebih baik.

 

Saat aku turun dari panggung, ia menghampiriku. Senyumnya lebar, hangat, dan penuh apresiasi. Tangannya terulur untuk menepuk bahuku, seperti berkata, “aku melihat usahamu, dan aku bangga.”

 

"Aku gak nyangka kamu bakal nyanyi lagu itu," katanya pelan, nyaris hanya untuk kami berdua.

 

Aku tertawa kecil. “Aku juga nggak nyangka bakal selesai tanpa nangis.”

 

"Nyaris sih," godanya sambil mengerling. "Aku lihat matamu berair waktu bagian ‘semoga lama hidupmu di sini’." Katanya sambil menyanyikan bagian tersebut.

 

Aku mengangguk pelan. “Itu bagian paling dalam. Kayak… aku nyanyi buat semua orang yang pernah jadi pelindungku.”

 

Beni mendesah, lalu menyenderkan tubuhnya di tiang dekat panggung. "Kamu tahu nggak, kamu keren banget tadi. Semua orang diem, dengerin. Seolah-olah kamu nyanyi buat mereka masing-masing."

 

Aku menggigit bibir, menahan senyum. “Aku takut banget sebelum naik. Takut ditolak. Takut diketawain.”

 

“Tapi kamu tetap naik,” jawabnya cepat. “Dan itu… lebih berani dari semua orang di sini.”

 

Aku menatapnya. “Terima kasih ya, Ben. Udah percaya sama aku, bahkan waktu aku nggak percaya sama diri sendiri.”

 

Dia mengangkat bahu, seperti biasa—seolah semua kebaikannya tak perlu dibesar-besarkan.

 

“Ya iya lah,” katanya santai, “aku kan Beni, manusia yang paling sabar ngadepin kamu yang dramanya melebihi drama China, Korea, Thailand dan terakhir Indosiar.”

 

Seketika kami tertawa. Untuk pertama kalinya malam ini, tawaku lepas. Tidak ragu. Tidak takut. Karena pada akhirnya, aku menemukan satu titik di dunia ini—dimana aku diterima, dilihat, dan tidak dihakimi.

 

Dan mungkin, dari titik ini, aku bisa mulai berjalan… pelan-pelan saja, tapi dengan kepala yang sedikit lebih tegak.

 

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Merayakan Apa Adanya
486      349     8     
Inspirational
Raya, si kurus yang pintar menyanyi, merasa lebih nyaman menyembunyikan kelebihannya. Padahal suaranya tak kalah keren dari penyanyi remaja jaman sekarang. Tuntutan demi tuntutan hidup terus mendorong dan memojokannya. Hingga dia berpikir, masih ada waktukah untuk dia merayakan sesuatu? Dengan menyanyi tanpa interupsi, sederhana dan apa adanya.
TANPA KATA
23      20     0     
True Story
"Tidak mudah bukan berarti tidak bisa bukan?" ucapnya saat itu, yang hingga kini masih terngiang di telingaku. Sulit sekali rasanya melupakan senyum terakhir yang kulihat di ujung peron stasiun kala itu ditahun 2018. Perpisahan yang sudah kita sepakati bersama tanpa tapi. Perpisahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Yang memaksaku kembali menjadi "aku" sebelum mengenalmu.
Penantian Panjang Gadis Gila
325      245     5     
Romance
Aku kira semua akan baik-baik saja, tetapi pada kenyataannya hidupku semakin kacau. Andai dulu aku memilih bersama Papa, mungkin hidupku akan lebih baik. Bersama Mama, hidupku penuh tekanan dan aku harus merelakan masa remajaku.
H : HATI SEMUA MAKHLUK MILIK ALLAH
37      35     0     
Romance
Rasa suka dan cinta adalah fitrah setiap manusia.Perasaan itu tidak salah.namun,ia akan salah jika kau biarkan rasa itu tumbuh sesukanya dan memetiknya sebelum kuncupnya mekar. Jadi,pesanku adalah kubur saja rasa itu dalam-dalam.Biarkan hanya Kau dan Allah yang tau.Maka,Kau akan temukan betapa indah skenario Allah.Perasaan yang Kau simpan itu bisa jadi telah merekah indah saat sabarmu Kau luaska...
Resonantia
401      339     0     
Horror
Empat anak yang ‘terbuang’ dalam masyarakat di sekolah ini disatukan dalam satu kamar. Keempatnya memiliki masalah mereka masing-masing yang membuat mereka tersisih dan diabaikan. Di dalam kamar itu, keempatnya saling berbagi pengalaman satu sama lain, mencoba untuk memahami makna hidup, hingga mereka menemukan apa yang mereka cari. Taka, sang anak indigo yang hidupnya hanya dipenuhi dengan ...
Main Character
1407      859     0     
Romance
Mireya, siswi kelas 2 SMA yang dikenal sebagai ketua OSIS teladanramah, penurut, dan selalu mengutamakan orang lain. Di mata banyak orang, hidupnya tampak sempurna. Tapi di balik senyum tenangnya, ada luka yang tak terlihat. Tinggal bersama ibu tiri dan kakak tiri yang manis di luar tapi menekan di dalam, Mireya terbiasa disalahkan, diminta mengalah, dan menjalani hari-hari dengan suara hati y...
May I be Happy?
628      380     0     
Inspirational
Mencari arti kebahagian dalam kehidupan yang serba tidak pasti, itulah kehidupan yang dijalani oleh Maya. Maya merupakan seseorang yang pemalu, selalu berada didalam zona nyamannya, takut untuk mengambil keputusan, karena dia merasa keluarganya sendiri tidak menaruh kepercayaan kepada dirinya sejak kecil. Hal itu membuat Maya tumbuh menjadi seperti itu, dia tersiksa memiliki sifat itu sedangka...
Deep End
46      43     0     
Inspirational
"Kamu bukan teka-teki yang harus dipecahkan, tapi cerita yang terus ditulis."
Monday vs Sunday
212      171     0     
Romance
Bagi Nara, hidup itu dinikmati, bukan dilomba-lombakan. Meski sering dibandingkan dengan kakaknya yang nyaris sempurna, dia tetap menjadi dirinya sendiricerewet, ceria, dan ranking terakhir di sekolah. Sementara itu, Rei adalah definisi murid teladan. Selalu duduk di bangku depan, selalu ranking satu, dan selalu tampak tak peduli pada dunia luartermasuk Nara yang duduk beberapa meja di belaka...
Interaksi
429      331     1     
Romance
Aku adalah paradoks. Tak kumengerti dengan benar. Tak dapat kujelaskan dengan singkat. Tak dapat kujabarkan perasaan benci dalam diri sendiri. Tak dapat kukatakan bahwa aku sungguh menyukai diri sendiri dengan perasaan jujur didalamnya. Kesepian tak memiliki seorang teman menggerogoti hatiku hingga menciptakan lubang menganga di dada. Sekalipun ada seorang yang bersedia menyebutnya sebagai ...