Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cinta yang Berteduh di Balik Senja
MENU
About Us  

Bertahun-tahun kemudian...

Di tengah ladang yang sama, di mana dahulu tawa dua anak kecil pernah memantul ke langit, kini berdiri dua perempuan muda. Angin membawa aroma tanah dan bunga liar. Di kejauhan, siluet pegunungan menjadi latar bagi senja yang mulai turun perlahan.

Yang pertama, bernama Elira, bermata tajam seperti ibunya dan langkah secepat angin timur. Ia dilatih strategi sejak usia sembilan, membaca peta seperti membaca puisi. Ia tahu bagaimana dunia pernah terbakar, dan bagaimana ibunya memadamkan apinya tanpa kehilangan jiwanya.

Yang kedua, bernama Mirell, tak kalah cerdas. Ia lebih pendiam, menyukai buku dan langit malam. Ia dapat menghafal rasi bintang dan membaca arah hanya dari bayangan pohon. Tapi jangan salah lidahnya tajam, dan hatinya berapi jika keadilan diinjak.

Mereka berdiri di depan makam kecil batu putih, sederhana namun kuat. Tertulis:

Aurelia & Kael Prajurit yang Tak Pernah Benar-Benar Pergi

“Elira,” bisik Mirell. “Apa menurutmu... mereka menyesal telah mengangkat senjata?”

Elira menunduk sejenak. “Mungkin. Tapi mereka lebih menyesal jika tidak melindungi apa yang mereka cintai.”

Mirell tersenyum. “Maka kita pun begitu, ya?”

“Ya,” jawab Elira mantap. “Kita tidak dipaksa menjadi mereka. Tapi kita membawa darah mereka. Dan darah itu... tidak akan membeku di medan ketakutan.”

Langit malam pun turun perlahan, dan dua putri itu berjalan kembali ke rumah tempat di mana senjata telah digantung, tapi semangatnya diwariskan.

Mereka tak tahu apa yang menunggu di masa depan.

Tapi mereka tahu satu hal pasti.

Mereka adalah warisan dari dua jiwa yang bertempur bukan demi kehancuran, tapi demi kesempatan untuk hidup dan mencintai sekali lagi.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags