Kali ini Ziyad mendatangi rumah kakeknya dan ternyata telah ditemukan sepupunya telah meninggal, ini akan menjadi sangat misteri dan akan mulai merasa merinding
Suatu hari ziyad berdoa kepada Allah SWT karena ia merasakan kalau ini akan terjadi perubahan sesuatu
Pada keesokan harinya
Saat tidur malam ia selalu mimpi apa yang akan di mimpikan
Di dalam mimpi
"Tunggu dulu?! Aku ada di mana?!" -Ucap si ziyad
"........"
"Siapa kamu?!"
"Umatku sinilah"
"Hah?!"
Ucap si ziyad dengan mendengar kata "umat" sambil bengong
Ziyad tidak tahu kemana ingin pergi hal itu ia tidak bisa pergi, ia tidak dapat melihat wajah seseorang tersebut tetapi ia begitu mengenalnya mungkin hanya saja ia tidak bisa melihat wajah Nabi Muhamad Saw.
Pada pagi harinya
"Hei tunggu dulu?!" -Kata sahabatnya
"Apa?!" -Ucap si Ziyad
"Kamu ikut acara pawai bulan ramadan tadi gak?!" -Ucap sahabatnya
"Ikut" -Kata ziyad
"Oh"
-ucap si sahabatnya
Akhirnya ziyad pergi ke tempat di mana ia menaruh peci di lemari atas
"Aduh, ku kira hilang, untung gw taro di samping atas dah" -Kata ziyad
Akhirnya ziyad pergi memutuskan untuk shalat Dzuhur dulu karena memang shalat itu 5 waktu
Setelah melaksanakan shalat 5 waktu ia terlibat tertidur di dalam masjid dan bermimpi berulang kalinya
"Eh tunggu dulu?! Ini siapa?!"
-Ucap ziyad dengan bertanya tanya
Nabi Muhamad Saw ada di depan ia dari tadi memanggil umatnya dan Ziyad tidak tahu kalau itu adalah nabinya
Saat bangun
Masjid mulai sepi dan kosong tidak ada apa apa meskipun itu akhirnya ia pergi dan meninggalkan masjid itu
Ziyad keluar dari masjid dengan perasaan gelisah. Udara siang yang panas tidak mampu mengusir dingin yang tiba-tiba merayapi tubuhnya. Ia masih mencoba mencerna apa yang baru saja ia alami. Mimpi itu datang lagi. Sosok yang memanggilnya dengan lembut, suara yang begitu akrab di hatinya, tetapi tetap tidak bisa ia lihat wajahnya.
Ia berjalan perlahan di sepanjang jalan menuju rumah kakeknya. Kejadian kemarin masih membekas di pikirannya—sepupunya ditemukan meninggal secara tiba-tiba. Semua orang di rumah berduka, tetapi bagi Ziyad, ada sesuatu yang terasa janggal.
Saat tiba di rumah kakeknya, suasana masih terasa muram. Beberapa kerabatnya duduk di serambi, berbicara dengan suara pelan. Kakeknya tampak diam, menatap ke kejauhan dengan tatapan kosong.
Ziyad mendekati kakeknya dan duduk di sampingnya. "Kakek, apa ada tanda-tanda sebelumnya? Maksudku... apakah sepupu pernah mengeluh sakit?"
Kakeknya menggeleng pelan. "Tidak ada, Nak. Semuanya terjadi begitu saja."
Hening.
Ziyad ingin mengatakan sesuatu, tetapi ia tidak tahu harus mulai dari mana. Firasatnya mengatakan bahwa ada sesuatu yang belum terungkap.
Setelah beberapa saat, ia pamit pulang. Dalam perjalanan, ia merasa dadanya berat. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, sesuatu yang belum bisa ia pahami sepenuhnya.
Malam itu, ia kembali berdoa. "Ya Allah, jika ini adalah ujian, maka berilah aku kekuatan untuk memahaminya..."
Kemudian ia merebahkan tubuhnya, berharap bisa tidur nyenyak.
Namun, lagi-lagi mimpi itu datang.
Ziyad berdiri di tempat yang asing, sekelilingnya putih dan tak berbatas. Tidak ada suara, tidak ada angin, hanya kesunyian yang menyelimuti.
Tiba-tiba, suara itu datang lagi.
"Umatku... Umatku..."
Ziyad menoleh cepat. Sosok itu berdiri di kejauhan, cahaya lembut mengelilinginya.
"Tunggu! Siapa kau?!" teriak Ziyad.
Namun, sosok itu hanya mengulangi kata-kata yang sama.
"Umatku... Umatku..."
Ziyad mencoba melangkah mendekat, tetapi kakinya terasa berat. Ia tidak bisa bergerak lebih jauh.
Dadanya berdegup kencang. Ia ingin melihat lebih jelas, ingin memastikan siapa sosok itu.
Namun sebelum ia bisa mencapai jawaban, semuanya menghilang.
Ziyad tersentak bangun.
Kamar gelap, hanya ada suara napasnya yang tersengal.
Tangannya gemetar.
Mimpi itu semakin sering datang.
Dan kini, ia merasa bahwa sesuatu sedang menuntunnya menuju jawaban yang belum ia ketahui.