Loading...
Logo TinLit
Read Story - Before The Last Goodbye
MENU
About Us  

Surabaya, 2024

            Meskipun wajahnya dipenuhi luka akibat terkena serpihan kaca mobil yang pecah, bahkan saat ini ia duduk di atas kursi roda, Levi sama sekali enggan meninggalkan Mava yang masih belum sadarkan diri juga. Sudah hampir satu minggu lamanya kekasihnya itu tak sadarkan diri pasca operasi daruratnya di hari kecelakaan tersebut.

            Dokter mengatakan bahwa operasi yang dijalani Mava berjalan lancar, dan akan segera sadar dalam waktu dekat. Tetapi rupanya hingga detik ini belum ada tanda-tanda jika Mava akan membuka kedua kelopak matanya lagi.

            Levi menggenggam tangan Mava, mengelus lembut punggung tangan kekasihnya itu. Ia memandangi wajah Mava yang seolah sedang tertidur saat ini. Di dalam hatinya tak henti-hentinya ia memanjatkan doa kepada Tuhan agar Ia segera membuat Mava kembali sadar.

            Suara pintu yang dibuka oleh Jane Kristina—adik Levi—sama sekali tidak membuat Levi mengalihkan pandangannya. Ia tetap memandangi Mava.

            “Ko,” panggil Jane seraya menepuk bahu sang kakak. “Aku bawain makanan. Koko makan dulu, ya?”

            Tidak ada responsa pa-apa dari Levi. Pria itu seolah tidak mendengar apa yang dikatakan adiknya.

            “Ko Levi. Koko itu pasien juga, jadi harus makan biar tetap kuat nemenin Ci Mava,” ujar Jane yang tetap saja tidak direspons oleh Levi. Perempuan berusia 27 tahun itu menghela napasnya kasar. Ia berjalan mendekati sofa lalu duduk di sana. Tangannya sibuk membuka kantung kresek putih berisikan makanan yang dibelinya.

            Menurut seorang perawat, Levi tidak pernah menyentuh makanan yang disediakan rumah sakit. Pria itu bahkan tidak pernah berada di ranjang rawatnya. Karena itu, Jane secara inisiatif membawakan Levi makanan dari luar rumah sakit dengan harapan kakaknya mau memakannya. Tetapi ternyata, Levi tetap tidak mau makan, walaupun aroma khas dari salah satu brand ayam goreng yang terkenal itu sudah memenuhi ruang rawat milik Mava.

            “Ko, yakin nih gak mau makan?” Jane mengambil satu paha ayam untuk ia makan. “Kalau koko gak makan, nanti koko sakit. Kasian Ci Mava kalau nanti bangun terus liat koko sakit.” Jane justru lebih terdengar seperti kakak bagi Levi, bukan adiknya.

            “Koko ngerasa bersalah, Jane.” Akhirnya Levi bersuara. “Kalau aja waktu itu koko dengerin kata mamah yang nyuruh koko pergi ke rumah abu di hari Minggu, mungkin koko sama Mava gak akan celaka kaya gini. Mava juga gak akan terus berbaring kaya gini. Ini semua salah koko yang gak dengar-dengaran.”

            Jane terdiam mendengar apa yang disampaikan Levi. Rupanya kakaknya itu merasa bersalah atas kecelakaan yang telah terjadi itu. Ia beranjak dari sofa, mendekati sang kakak dan menepuk sebelah bahu Levi. “Jangan nyalahin diri sendiri, Ko. Kecelakaan itu gak ada yang tau kapan bakal terjadi. Ini semua bukan salah koko.”

            “Tetep aja, Jane. Koko ngerasa bersalah, apalagi sekarang mamih juga jadi sakit di Bandung waktu denger Mava kecelakaan.” Airmata mulai mengalir keluar dari kedua mata Levi.

            Jane tidak menanggapi lebih lanjut ucapan kakaknya. Ia hanya menepuk-nepuk pelan pundak Levi, untuk memberinya kekuatan.

            “Terus bawa dalam doa aja, Ko. Biar Ci Mava bisa segera sadar.”

~”~

Bandung, 2009

“Mava.”

Arion berjalan mendekati Mava, ia lalu memberikan tatapan yang cukup dingin kepada Sony. Dan tanpa diduga oleh Mava, ia justru menggandeng tangan perempuan itu hingga membuatnya mendapatkan tatapan kebingungan dari sang pemilik tangan lentik tersebut.

Arion melirik Mava dan menyunggingkan senyuman di wajahnya. “Katanya mau ke kantin, tapi kenapa ada di sini? Saya cari-cari kamu tadi di kantin. Untung ada yang kasih tau kalau kamu di sini.”

Sony yang melihat kehadiran Arion yang asing baginya merasa heran dan juga penasaran siapa sosok Arion tersebut. Selain itu ia juga berpikir kenapa laki-laki itu dengan tidak sopan tiba-tiba menggandeng tangan Mava-nya.

Atensi Arion tertuju pada Sony yang sedang memandanginya dengan tatapan kebingungan. “Kamu udah enggak ada urusan lagi sama Mava, kan?”

“E-enggak ada,” jawab Sony sedikit terbata-bata. Entah kenapa ia merasa takut mendapatkan tatapan sedingin itu dari laki-laki di hadapannya ini.

“Kalau gitu kami permisi,” pamit Arion. “Ayo Mava kita ke kelas, sebentar lagi bel masuk bunyi.”

Mava yang kebingungan dengan sikap Arion memilih menurut saja. Tangannya masih digenggam oleh Arion. Melirik wajah Arion saat ini, entah kenapa ia merasa jika laki-laki itu sedang marah. Atau itu hanya perasaannya saja?

“Oh iya.” Arion tiba-tiba berhenti melangkah. Ia berbalik memandang Sony yang sepertinya hendak kembali ke kelasnya juga. “Saya tadi sempat mendengar pembicaraan kalian, jadi saya harap kamu menuruti permintaan tunangan saya.”

~”~

            Arion melepaskan genggaman tangannya pada Mava setelah mereka tiba di kelas. Ia tidak mengatakan satu katapun dan memilih untuk segera ke bangkunya. Laki-laki itu duduk dalam diam sambil memandangi sampul buku yang sempat dibacanya beberapa waktu lalu. Entah kenapa ia tadi merasa sangat kesal ketika mendengar percakapan antara Mava dengan laki-laki bernama Sony itu.

            Ketika Mava keluar dari kelas, ia diam-diam mengikutinya seperti seekor anak itik mengikuti induknya. Ia juga tidak tahu kenapa tubuhnya ini tiba-tiba saja bergerak begitu saja mengikuti Mava. Karena itulah ia bisa tahu keberadaan Mava dan mengetahui semua percakapan kedua orang tersebut.

            “Makasih ya.” Mava yang sudah duduk di sampingnya berterima kasih tanpa memandangnya sama sekali.

            “Makasih buat apa?” tanya Arion yang juga tidak memandang Mava.

            “Ya buat yang tadi,” jawab Mava. Kini ia memandang Arion. “Tapi, kamu harusnya gak usah ngaku jadi tunangan aku.”

            “Kamu juga harusnya gak usah ngaku udah bertunangan.”

            “Tapi aku emang udah tunangan.” Mava bergumam dengan sangat pelan agar tidak didengar Arion. Ia bahkan menundukkan kepalanya. Entah kenapa ia tiba-tiba merindukan Levi.

            Bel tanda masuk akhirnya berbunyi dan disusul dengan suara gemerisik dari speaker yang dipasang di setiap kelas. Tidak lama setelah suara gemerisik tersebut terdengar suara wanita yang menyapa seluruh murid-murid di kelas. Kegiatan pagi sebelum memulai pelajaran adalah berdoa. Suara wanita dari speaker itu mulai mengajak seluruh murid untuk berdoa, ia yang memimpin doa tersebut.

            Tidak perlu waktu lama hanya sekitar tiga menit, doa akhirnya selesai. Suara wanita itu meminta murid-muridnya untuk tetap tenang selagi menunggu kedatangan wali kelas mereka masing-masing.

            “Omong-omong, laki-laki tadi itu siapa?” Arion pada akhirnya bertanya mengenai sosok Sony. Ia memperhatikan Mava dengan serius.

            “Cowok yang terobsesi sama aku,” jawab Mava sambil memandang Arion. “Dari kelas satu tahun lalu dia suka sama aku. Kalau gak salah inget, awalnya dia gak pernah deketin aku atau tiba-tiba gabung kalau aku lagi bareng temen-temen. Terus aku lupa itu sejak kapan dia tiba-tiba aja suka gabung. Risihlah aku.

“Bodonya dulu aku malah terima-terima aja dia walaupun kadang aku jawab dia alakadarnya. Mau-mau, enggak-enggak, gitu pokoknya. Cuman sekarang, karena aku balik lagi jadi anak SMA.” Mava terdiam sambil merapatkan mulutnya.

Arion tersenyum tipis mendengar ucapan Mava. “Kamu ngomong kaya gitu seolah kamu ini melakukan perjalanan waktu.”

“Kalau aku emang ngelakuin perjalanan waktu, gimana?”

“Gak masuk akal. Di dunia ini gak akan mungkin ada orang yang bisa melakukan perjalanan waktu seperti di film.”

“Bener. Emang gak masuk akal.” Mava merasa kecewa mendengar ucapan Arion, karena ucapan laki-laki itu benar. Tidak mungkin ada orang yang bisa melakukan perjalanan waktu. Kalau begitu, saat ini dirinya pasti sedang berada di dalam mimpi dan tubuhnya yang asli terbaring koma di rumah sakit sana.

“Kenapa kamu keliatan kecewa?” Arion rupanya menyadari raut wajah kecewa yang ditunjukkan Mava saat ini. Pertanyaannya itu justru tidak dijawab oleh Mava yang hanya terdiam dengan kepala yang ditundukkan. Ia jadi merasa sudah mengatakan hal yang salah pada Mava.

“Walaupun begitu!” seru Mava bahkan sambil menggebrak meja. Aksinya jelas membuat teman-teman satu kelasnya, bahkan wali kelasnya yang baru saja datang terkejut bukan main.

“Mava kamu ini kenapa? Tiba-tiba gebrak meja. Bikin ibu jantungan aja,” protes sang wali kelas.

Mava tersenyum dan merasa malu karena sudah melakukan aksi gebrak meja. Ia segera meminta maaf kepada wali kelas dan juga teman-teman sekelasnya.

Walaupun ini cuman mimpi doang, gua bakal tetep berusaha menyelamatkan Arion dari pilihan ekstrimnya nanti,” sambung Mava di dalam hatinya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Only One
1096      751     13     
Romance
Hidup di dunia ini tidaklah mudah. Pasti banyak luka yang harus dirasakan. Karena, setiap jalan berliku saat dilewati. Rasa sakit, kecewa, dan duka dialami Auretta. Ia sadar, hidup itu memang tidaklah mudah. Terlebih, ia harus berusaha kuat. Karena, hanya itu yang bisa dilakukan untuk menutupi segala hal yang ada dalam dirinya. Terkadang, ia merasa seperti memakai topeng. Namun, mungkin itu s...
The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS]
22140      2493     10     
Mystery
Rhea tidal tahu siapa orang yang menerornya. Tapi semakin lama orang itu semakin berani. Satu persatu teman Rhea berjatuhan. Siapa dia sebenarnya? Apa yang mereka inginkan darinya?
Finding My Way
780      473     3     
Inspirational
Medina benci Mama! Padahal Mama tunawicara, tapi sikapnya yang otoriter seolah mampu menghancurkan dunia. Mama juga membuat Papa pergi, menjadikan rumah tidak lagi pantas disebut tempat berpulang melainkan neraka. Belum lagi aturan-aturan konyol yang Mama terapkan, entah apa ada yang lebih buruk darinya. Benarkah demikian?
Adiksi
8009      2375     2     
Inspirational
Tolong ... Siapa pun, tolong aku ... nafsu ini terlalu besar, tangan ini terlalu gatal untuk mencari, dan mata ini tidak bisa menutup karena ingin melihat. Jika saja aku tidak pernah masuk ke dalam perangkap setan ini, mungkin hidupku akan jauh lebih bahagia. Aku menyesal ... Aku menyesal ... Izinkan aku untuk sembuh. Niatku besar, tetapi mengapa ... mengapa nafsu ini juga sama besarnya!...
Premium
Secret Love Story (Complete)
11471      1670     2     
Romance
Setiap gadis berharap kisah cinta yang romantis Dimana seorang pangeran tampan datang dalam hidupnya Dan membuatnya jatuh cinta seketika Berharap bahwa dirinya akan menjadi seperti cinderella Yang akan hidup bahagia bersama dengan pangerannya Itu kisah cinta yang terlalu sempurna Pernah aku menginginkannya Namun sesuatu yang seperti itu jauh dari jangkauanku Bukan karena t...
IKAN HIU MAKAN BADAK! I LOVE YOU MENDADAK!
105      79     0     
Romance
Blurb : Arisha Cassandra, 25 tahun. Baru 3 bulan bekerja sebagai sekretaris, berjalan lancar. Anggap saja begitu.  Setiap pekerjaan, ia lakukan dengan sepenuh hati dan baik (bisa dibilang begitu).  Kevin Mahendra (34) sang bos, selalu baik kepadanya (walau terlihat seperti dipaksakan). Ia sendiri tidak mengerti, kenapa ia masih mempertahankan Arisha, sekretarisnya? Padahal, Arisha sa...
Di Bingkai Sebuah Perjuangan Mimpi
3037      1708     3     
Short Story
Kisah ini menceritakan tentang sebuah kisah sang melodi yang terperangkap dalam kisah yang menjebak dan menggoda Senyum Yang Dibalut Komedi, Penasaran Lanjuutkan bacaa Kawan #^_^#=  ̄ω ̄=
Mesin Waktu Ke Luar Angkasa
142      125     0     
Romance
Sebuah kisah kasih tak sampai.
Reborn Villainess
32      32     0     
Fantasy
Alessandra Reverie mengalami fase terburuk dalam hidupnya di usia 37 tahun. Setelah menjadi buronan atas kejahatan yang tak ia lakukan, kemudian ditembak polisi dan jatuh ke sungai, Ale tiba-tiba terbangun 20 tahun sebelumnya saat dirinya masih remaja SMA. Ale pikir dirinya sudah mati, tapi nyatanya ia justru terlahir kembali. Mengingat bagaimana hidupnya berakhir tragis di masa depan, amarah...
Nina and The Rivanos
10327      2498     12     
Romance
"Apa yang lebih indah dari cinta? Jawabannya cuma satu: persaudaraan." Di tahun kedua SMA-nya, Nina harus mencari kerja untuk membayar biaya sekolah. Ia sempat kesulitan. Tapi kemudian Raka -cowok yang menyukainya sejak masuk SMA- menyarankannya bekerja di Starlit, start-up yang bergerak di bidang penulisan. Mengikuti saran Raka, Nina pun melamar posisi sebagai penulis part-time. ...