Keesokan harinya Lita keluar dari kamar nya dengan seragam yang sudah rapi dan dilapisi dengan cardigan berwarna kuning pastel, dengan rambut panjang lurus nya terdapat kepang kecil disebelah kiri yang di jepit dengan japitan pita berwarna kuning pastel juga.
"Ini sarapan nya non" ucap bibi ke Lita dengan membawa semangkuk nasi goreng, dan diletakkannya diatas meja yang, yang sudah terdapat roti dan juga telor
" Aku sarapan roti aja bi" ucap lita dengan mengambil selembar roti dan diisi selai
"Papa sama Mama kemana bi" tanya Lita kepada bibi
"Mereka udah berangkat keluar kota non untuk urusan bisnis" jawab bibi dengan pelan
" Huh" hembusan nafas Lita dengan wajah yang kecewa
Lita berjalan di koridor anak IPA dengan wajah ceria dia menyembunyikan rasa sedih nya. Menyembunyikan dengan cara membalas sapaan dari orang orang yang menyapanya di koridor.
Lita duduk di bangku kelasnya. Dia mencoba menghilangkan pikirannya tentang orang tuanya dengan fokus pada pelajaran. Namun, Lita merasa sedikit galau mengingat pertemuannya dengan Reno di acara ulang tahun sekolah kemarin.
"Eh, ta! Kok mukanya murung gitu? Masih mikirin Reno?" Rani mengusik Lita dengan nada yang bercanda.
"Hehehe, nggak kok. Cuma lagi mikirin tugas aja." Lita menjawab dengan senyum yang terpaksa.
"Iyaa, ta. Mending fokus aja sama kita. Nanti malam kita nonton film bareng di rumah aku ya! Gue sudah prepare popcorn dan minuman kesukaanmu!" Dinda mencoba mengalihkan perhatian Lita dengan semangat.
"Hm, oke deh. Gue nanti kerumah lu, mau nonton film romantis aja, ya?" Lita menjawab dengan senyum yang sedikit terpaksa.
"Ah, ta. Lo tetep aja mikirin Reno. Hahaha! Ya udah, kita nonton film romantis aja. Tapi, nanti jangan terlalu baper, ya. Ingat, Reno masih jadi pangeran di dalam hati kamu." Rani mencoba mengusik Lita dengan senyum nakal.
Lita menggeleng kepala dan mencoba menahan tawa. Dia masih mencoba menghilangkan pikirannya tentang Reno. Namun, Lita tak bisa menghindari perasaan yang terus mengingat Reno.
Tiba-tiba, Bu Lidya guru bahasa inggris, masuk ke kelas dan mengawali pelajaran. Lita mencoba menghilangkan pikirannya tentang Reno dan orang tua nya, dia harus fokus pada pelajaran.
Sedangkan kelas 11 IPA 1
Reno duduk di bangku paling belakang kelas, asyik mengoret-goret kertas dengan pensilnya. Reno sedang mengkreasikan desain rumah baru dengan konsep minimalis modern. Dia ingin menjadi arsitek yang sukses dan bisa membangun rumah impian untuk orang-orang.
"Hm.. Keren nih konsepnya! Pas banget sama inspirasi dari arsitektur modern yang aku lihat di internet. Mungkin ini bakal jadi desain rumah yang populer nanti!" Reno bergumam sendiri dengan semangat.
"Eh, Ren! Lagi ngapain sih lo? Kok bengong banget?" Dimas mengusik Reno dengan nada bercanda.
"Hmm, gue lagi ngebayangin desain rumah impian gue. Keren banget, deh, konsepnya!" Reno menunjukkan semangatnya dengan wajah yang berbinar-binar.
"Eh, Ren! Keren nih konsepnya. Kok nggak diajak ngobrol sih? Gue pengen liat sketsanya!" Andika menunjukkan rasa ingin tahu dengan nada yang bersemangat.
"Oh, iya. Ntar gue tunjukkan. Eh, ngomong-ngomong, gue makin penasaran sama cewek yang namanya lita kemarin " Reno menunjukkan rasa ingin tahu dengan nada yang penasaran.
"wah, beneran suka inimah lu sama si Lita, tumbenan seorang Reno yang biasanya dunianya cuma sekedar arsitektur, sekarang penasaran sama cewek" Dimas menjawab dengan wajah tengilnya
" Tanya noh ke Andika, mereka kan satu ekskul" ucap Dimas lagi
"Hah? Lita? Ya bisa dibilang kita dekat kalo lagi ekskul, dia anaknya friendly abis, dan satu yang harus lu tau dia pecinta Korea" Andika menjawab dengan nada yang bersemangat.
"Eh, nggak tau deh. Gue cuma ngeliat dia dari jauh aja kemarin, dan cara dia ketawa dan tersenyum bikin gua penasaran sama dia" Reno menunjukkan kekagumannya dengan wajah yang merah.
"wih seorang Reno bisa blushing juga" ucap Dimas dengan senyum jahilnya
"Ish, nggak tau deh. Gue cuma ngerasain sesuatu yang beda aja, sih. Gue penasaran sama dia. Mungkin gue perlu deketin dia nanti." Reno menunjukkan kekhawatirannya dengan nada yang sedikit gemetar.
"Eh, Ren! Gue dukung lo! Siapa tau bisa jadi pacar. Haha, lo kan anaknya baik dan jago ngegambar. Pasti cewek beruntung yang dapat lo!" Andika memberikan semangat dengan senyum yang ceria.
Reno menatap Andika dengan tatapan yang penuh harapan. Reno merasa sedikit lebih berani untuk mencoba mendekati Lita. Reno mencoba menyingkirkan pikirannya tentang Lita dan berfokus pada pelajaran.