Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Snow That Slowly Melts
MENU
About Us  

Tidak jadi berpisah, mereka berjalan beriringan. Yura awalnya berada di sisi luar trotoar, tapi tanpa sepatah kata pun, Minhyuk menarik lengannya dengan santai, membawanya ke bagian dalam.

Gerakan itu terjadi begitu cepat, namun meninggalkan sisa kehangatan di pergelangan tangan Yura.

Sudah hampir sepuluh menit mereka berjalan tanpa bicara. Yura masih malu, sementara Minhyuk... entahlah. Tidak ada yang bisa menebak pikirannya.

Keheningan ini mulai membuatnya canggung. Maka, dengan ragu, Yura akhirnya membuka suara, "Kau... tinggal di mana?"

"Jung-gu. Kau?"

"Eo? Aku di Mapo. Sepertinya kita bisa pulang bersama?"

Ide yang bagus, Han Yura. Tapi detik berikutnya, dia baru sadar. "Ah, tapi kita tetap harus berpisah di Hongik."

"Jalan sampai Hongik saja," balas Minhyuk, nada suaranya santai.

Yura berkedip, terkejut.

Aigoo. Go Minhyuk, kenapa kau bilang seperti itu?

Lelaki itu tetap berjalan tanpa menoleh, sedangkan Yura yang mendengar jawaban itu justru tersenyum kecil. Itu artinya Minhyuk tidak keberatan menghabiskan waktu lebih lama bersamanya, kan?

Dengan langkah besar, Yura buru-buru mengejar Minhyuk.

Saat mereka sampai di depan Stasiun Hongik University, Yura berhenti. Seharusnya, di sinilah mereka berpisah—Yura naik kereta, Minhyuk naik bus. Tapi lelaki itu tetap berjalan, langkahnya santai menuju stasiun.

Yura menatapnya dengan bingung, sementara Minhyuk tiba-tiba berhenti dan menoleh ke arahnya dengan satu alis terangkat. "Kenapa? Kau tidak mau pulang?"

"Kau bukannya naik bus?" Yura menunjuk halte di seberang jalan. "Halte-nya di sana."

Minhyuk hanya mengangkat bahu. "Tidak apa. Sekalian."

Lalu dia kembali melangkah, meninggalkan Yura yang menatap punggungnya dengan senyum kecil yang semakin sulit ia sembunyikan. Ia buru-buru menyusul Minhyuk, berusaha menahan debaran di dadanya yang terasa aneh.

Jujur saja, Minhyuk juga tidak tahu kenapa dia memutuskan untuk ikut mengantar Yura pulang. Tapi... entahlah. Semoga perempuan ini tidak mengusik ketenangannya.

Untungnya, Yura tetap diam sepanjang perjalanan. Bahkan saat mereka menunggu kereta pun, tidak ada yang membuka suara.

Namun, di luar dugaan, saat kereta datang, suasananya sangat penuh. Seperti lautan manusia yang terus mengalir tanpa henti. Padahal ini hari kerja.

Sampai-sampai Yura terdorong ke pintu kereta. Tubuh mungil itu harus beradu dengan banyaknya orang yang masuk ke dalam kereta. Minhyuk sampai geleng-geleng kepala melihat perempuan ini terhuyung kesana kemari seiring desakan dari orang-orang yang masuk. 

Minhyuk berdeham, lalu mengambil tempat menghadap ke arah Yura, berdiri di depan Yura, memasang tubuhnya untuk menjadi perisai dan tak lupa memberi jarak antara dirinya dan Yura yang sedang menatapnya bingung. Tangannya satu berpegang pada gantungan kereta, satu lagi memegang tiang pembatas tempat duduk di samping Yura berdiri. 

Yura meneguk ludah. Ruangan yang sesak ini membuatnya semakin sadar bahwa Minhyuk berdiri sangat dekat dengannya. 

Sangat dekat.

Seakan tubuhnya terkepung di antara lengan dan bahu lelaki itu.

Panas.

Panas sekali.

Wajahnya memanas karena jarak ini, bukan karena orang-orang di sekitarnya. Dia tidak tahu apakah ini karena dia sudah lama tidak sedekat ini dengan orang lain atau bagaimana. Ckckck.

Mau tak mau, pandangannya naik. Dan di sanalah Minhyuk, berdiri dengan tenang. Wajahnya tetap datar seperti biasa.

Yura tidak bisa menahan diri untuk tidak menatap wajahnya lebih lama.

Garis rahangnya tegas, hidungnya lurus, dan—oh, bulu matanya panjang untuk ukuran laki-laki. 

Merasa dirinya diperhatikan, Minhyuk berdeham pelan sambil menatap balik perempuan itu. "Wae?" tanyanya.

Yura berkedip cepat, tersadar. Ia buru-buru menggeleng, malu sendiri. "T-Tidak apa. Terima kasih," katanya hampir berbisik. Saking kecilnya suara itu,Minhyuk sampai tidak bisa mendengarnya, apalagi suara di kereta ini jauh lebih kencang dan ramai. 

Jadi Minhyuk harus sedikit menundukkan wajahnya ke samping wajah Yura, menyejajarkan wajahnya dengan wajah Yura, berniat agar mendapatkan pendengaran yang lebih baik. "Apa?"

Kepala Yura menoleh ke arah suara.

Dan...

Cup!

Oh, tidak.

Yura membeku.

Pipinya langsung memanas begitu menyadari apa yang baru saja terjadi. Ia sampai menutup mulutnya sendiri karna terkejut, dan sedikit bergerak mundur memberi jarak diantara mereka. 

Perlu ia ingatkan, kalau Yura tidak mengambil kesempatan ya! 

Benar deh. Dia tidak tau kalau wajah Mihnyuk itu ada di samping wajahnya. Saat dia mendengar Minhyuk bersuara, dia refleks mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah suara. Dia tidak sengaja malah mengecup pipi Mihnyuk.

Jantungnya seakan terkena takikardia sekarang. Berdetak sangat cepat hingga ia takut bisa kedengeran di keramaian ini. Minhyuk juga terlihat terkejut saat menjauhkan wajahnya dengan pelan, menatap Yura dengan tatapan.. kaget. 

"A.. Aku tidak sengaja. Astaga. Maafkan aku," kata Yura merasa bersalah.

Minhyuk terdiam sebentar lalu menggaruk tengkuknya canggung. Tapi dia tersenyum utnuk menenangkan Yura agar perempuan itu tidak merasa bersalah. "Tidak apa. Aku tau kau tidak sengaja. Berdiri saja yang benar."

Yura mengangguk dengan wajah memerahnya. Astaga. Bikin malu sekali.

***

Keduanya turun di stasiun A-hyeon yeok. Sepanjang jalan, Yura diam. Karna masih malu. Bisa-bisanya dia malah mengecup pipi Minhyuk tadi. walaupun tidak sengaja sih. Tapi tetap saja. (Stasiun A-hyeon)

Minhyukyang biasa melihat Yura banyak bicara, agak bingung juga kenapa perempuan initiba-tiba diam. Tidak biasanya kan. Dia menoleh, dan mendapati Yura berjalanseakan tidak bernyawa. Tatapannya kosong. Bahkan dia tidaksadar kalau dia sedang berjalan menuju sebuah tiang di depannya.

Minhyuk sengaja tidak memberitau Yura, untuk memastikan, Yura ini berjalan sadar atau tidak sadar. Tapi sampai jarak hanya tinggal 100 meter pada tiang pun, Yura tidak sadar.

Memaksa Minhyuk untuk menarik Yura meminggir dan mendekat ke arah Minhyuk agar tidak menabrak tiang, yang malah dengan pelan menabrak tubuh samping Minhyuk.

Seakan baru tersadar, Yura mengerjapkan matanya dan menatap Minhyuk. Lalu Minhyuk melepas tubuh Yura saat dia lihat perempuan itu sudah sadar sepenuhnya.

Dengan dagunya, Mihnyuk menunjuk tiang yang hampir Yura tabrak tadi. "Kau harus lihat ke sekelilingmu kalau sedang jalan."

"Mianhaeyo. Aku sedang tidak fokus sepertinya." Lalu mereka berdua berjalan lagi.

Minhyuk menoleh sebentar. Dia mengerti. "Kalau ini tentang yang di kereta tadi, aku tidak apa-apa. Jangan terlalu dipikirkan."

Tapi Yura seperti tidak mendengar. Perempuan itu masih saja berjalan dengan tatapan kosong, seperti pikirannya sedang melayang entah ke mana.

"Yura-ssi."

Yura tersentak, langsung berhenti berjalan dan menatap Minhyuk sedikit linglung. "Ya?"

Minhyuk membuang napas dan menatapnya dengan sedikit serius. "Tidak perlu dipikirkan. Atau kau mau aku ppoppo juga? Agar samaan?"

Astaga.

Dari mana juga dia belajar bicara seperti ini?

Minhyuk langsung menyesal begitu kata-kata itu keluar dari mulutnya. "Maaf, aku hanya bercanda. Biar kau tidak terlalu memikirkan hal itu lagi."

Yura terdiam sesaat. Dia jelas terkejut. Siapa yang tidak terkejut mendengar itu? Tapi beberapa detik kemudian, dia malah tertawa kecil. "Maaf karena aku jadi tidak fokus sepanjang jalan. Dan terima kasih sudah menyelamatkanku dari tabrakan fatal dengan tiang."

Minhyuk tersenyum tipis. "Jalan yang benar."

Mereka kembali berjalan.

"Ngomong-ngomong..." Yura membuka suara untuk memecah keheningan di antara mereka. "Pameran nanti... kau juga akan datang kan? Aku pasti canggung kalau tidak ada kau. Di antara semua orang baru yang tidak kukenal."

Minhyuk meliriknya sekilas, lalu terkekeh kecil. "Kau? Canggung? Tidak salah?"

Yura mengernyit, menatap Minhyuk tak percaya. "Hei, maksudnya apa? Memangnya aku kelihatan bisa langsung nyaman dengan orang baru?" tanyanya setengah bercanda.

Minhyuk hanya mengangkat bahu, memilih untuk tidak menjawab.

"Minhyuk-ssi, ternyata kau melihatku seperti itu ya? Biar kuluruskan di sini. Aku juga butuh waktu untuk bisa ngobrol dengan orang baru tau. Apalagi kalau aku sendirian."

Minhyuk terkekeh. "Kau tidak akan sendirian. Nanti ada Minjun juga. Semoga saja dia bisa datang."

"Eh? Minjun juga datang? Yah, padahal aku berencana melimpahkan jadwalku padanya kalau aku harus bertugas saat itu," ucap Yura bercanda.

Minhyuk menatapnya tak percaya. "Kau serius?"

Yura tertawa kecil. "Jangnanieyo~ Tapi tetap saja, kalau cuma dengan Minjun, yang ada aku malah ribut dengannya sepanjang acara. Aku sudah bisa membayangkan kami berdua tidak akan akur dalam setengah jam." 

"Dia dan Rowoon adalah musuh sekaligus temanku," lanjutnya santai.

Rowoon lagi. Minhyuk jadi agak penasaran dengan Rowoon ini. "Rowoon itu teman circlemu juga?"

Yura mengangguk. "Kami berempat. Aku, Minjun, Hyena, dan Rowoon. Sudah berteman sejak kuliah. Minjun tidak pernah cerita?"

Mungkin Minjun pernah menyebutnya, tapi Minhyuk yang tidak terlalu peduli. "Nggak tau. Gieok anha."

"Ya sudah. Sekarang kau tahu." Minhyuk hanya mengangguk saja. "Tapi serius, kau datang kan nanti?"

"Lihat nanti," jawab Minhyuk sambil tersenyum jahil.

"Go Minhyuk-ssi."

"Apa? Apa? Apa? Apa lagi?"

"Bagaimana bisa kau yang mengundangku, tapi kau yang tidak datang."

"Kan aku bilang lihat nanti."

Yura menyipitkan mata, menatap Minhyuk penuh selidik. Minhyuk hanya memutar matanya, lalu memberi isyarat dengan dagunya agar Yura terus berjalan. Perempuan itu menghela napas, tapi tetap melangkah lagi.

Tak terasa, sudah sampai di depan gedung apartemen Yura. Perempuan itu membalik tubuhnya untuk menatap Minhyuk, seraya tersenyum. "Aku sudah sampai. Maaf karna sudah merepotkanmu hari ini, dengan banyak hal. Terima kasih sudah mengantarku pulang dan membantuku."

Minhyuk mengangguk, "masuklah. Aku pulang sekarang."

"Minhyuk-ssi. Kemejamu..."

"Nanti saja baru kembalikan. Kau juga bisa titip pada Minjun kalau kau mau."

Yura menggeleng cepat. "Tidak mau. Jadinya kan aku ada alasan untuk bertemu lagi denganmu."

...

Astaga.

Apa yang baru saja dia katakan?!

Minhyuk membeku sejenak.

Yura pun langsung panik. Itu tadi bukan bagian dari skrip, kan?! Astaga, kenapa mulutnya bisa selancar itu?

Minhyuk berdeham sedikit canggung sambil menutup mulutnya, padahal dia sebenarnya sedang menutup senyum kecilnya melihat Yura keceplosan. Sementara itu, Yura ingin menggali lubang dan menghilang, merasa bodoh karna keceplosan.

"A.. amuteun. Jal-gayo. Kemejanya akan kucuci dengan bersih dan wangi lalu akan kukembalikan secepatnya," katanya cepat, hampir tanpa jeda, sebelum akhirnya kabur masuk ke dalam gedung. 

Meninggalkan Minhyuk yang jadi tertawa kecil melihat Yura salah tingkah tadi. 

Ada-ada saja. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Renjana
509      376     2     
Romance
Paramitha Nareswari yakin hubungan yang telah ia bangun selama bertahun-tahun dengan penuh kepercayaan akan berakhir indah. Selayaknya yang telah ia korbankan, ia berharap agar semesta membalasnya serupa pula. Namun bagaimana jika takdir tidak berkata demikian? "Jika bukan masaku bersamamu, aku harap masanya adalah milikmu."
Premium
Sepasang Mata di Balik Sakura (Complete)
14861      2042     0     
Romance
Dosakah Aku... Jika aku menyukai seorang lelaki yang tak seiman denganku? Dosakah Aku... Jika aku mencintai seorang lelaki yang bahkan tak pernah mengenal-Mu? Jika benar ini dosa... Mengapa? Engkau izinkan mata ini bertemu dengannya Mengapa? Engkau izinkan jantung ini menderu dengan kerasnya Mengapa? Engkau izinkan darah ini mengalir dengan kencangnya Mengapa? Kau biarkan cinta ini da...
Behind The Scene
1338      593     6     
Romance
Hidup dengan kecantikan dan popularitas tak membuat Han Bora bahagia begitu saja. Bagaimana pun juga dia tetap harus menghadapi kejamnya dunia hiburan. Gosip tidak sedap mengalir deras bagai hujan, membuatnya tebal mata dan telinga. Belum lagi, permasalahannya selama hampir 6 tahun belum juga terselesaikan hingga kini dan terus menghantui malamnya.
Help Me to Run Away
2628      1177     12     
Romance
Tisya lelah dengan kehidupan ini. Dia merasa sangat tertekan. Usianya masih muda, tapi dia sudah dihadapi dengan caci maki yang menggelitik psikologisnya. Bila saat ini ditanya, siapakah orang yang sangat dibencinya? Tisya pasti akan menjawab dengan lantang, Mama. Kalau ditanya lagi, profesi apa yang paling tidak ingin dilakukannya? Tisya akan berteriak dengan keras, Jadi artis. Dan bila diberi k...
My love doctor
298      251     1     
Romance
seorang Dokter berparas tampan berwajah oriental bernama Rezky Mahardika yang jatuh hati pada seorang Perawat Salsabila Annisa sejak pertama kali bertemu. Namun ada sebuah rahasia tentang Salsa (nama panggilan perawat) yang belum Dokter Rezky ketahui, hingga Dokter Rezky mengetahui tentang status Salsa serta masa lalunya . Salsa mengira setelah mengetahui tentang dirinya Dokter Rezky akan menja...
Mendadak Halal
8014      2192     1     
Romance
Gue sebenarnya tahu. kalau menaruh perasaan pada orang yang bukan makhramnya itu sangat menyakitkan. tapi nasi sudah menjadi bubur. Gue anggap hal ini sebagai pelajaran hidup. agar gue tidak dengan mudahnya menaruh perasaan pada laki-laki kecuali suami gue nanti. --- killa. "Ini salah!,. Kenapa aku selalu memandangi perempuan itu. Yang jelas-jelas bukan makhrom ku. Astagfirullah... A...
Bait of love
2244      1072     2     
Romance
Lelaki itu berandalan. Perempuan itu umpan. Kata siapa?. \"Jangan ngacoh Kamu, semabuknya saya kemaren, mana mungkin saya perkosa Kamu.\" \"Ya terserah Bapak! Percaya atau nggak. Saya cuma bilang. Toh Saya sudah tahu sifat asli Bapak. Bos kok nggak ada tanggung jawabnya sama sekali.\"
Love: Met That Star (석진에게 별이 찾았다)
1463      902     2     
Romance
Kim Na Byul. Perempuan yang berpegang teguh pada kata-kata "Tidak akan pacaran ataupun menikah". Dirinya sudah terlanjur memantapkan hati kalau "cinta" itu hanya sebuah omong kosong belaka. Sudah cukup baginya melihat orang disekitarnya disakiti oleh urusan percintaan. Contohnya ayahnya sendiri yang sering main perempuan, membuat ibunya dan ayahnya berpisah saking depresinya. Belum lagi teman ...
Too Late
7977      2067     42     
Romance
"Jika aku datang terlebih dahulu, apakah kau akan menyukaiku sama seperti ketika kau menyukainya?" -James Yang Emily Zhang Xiao adalah seorang gadis berusia 22 tahun yang bekerja sebagai fashionist di Tencent Group. Pertemuannya dengan James Yang Fei bermula ketika pria tersebut membeli saham kecil di bidang entertainment milik Tencent. Dan seketika itu juga, kehidupan Emily yang aw...
My Brother Falling in Love
37549      3751     8     
Fan Fiction
Pernah terlintas berjuang untuk pura-pura tidak mengenal orang yang kita suka? Drama. Sis Kae berani ambil peran demi menyenangkan orang yang disukainya. Menjadi pihak yang selalu mengalah dalam diam dan tak berani mengungkapkan. Gadis yang selalu ceria mendadak merubah banyak warna dihidupnya setelah pindah ke Seoul dan bertemu kembali dengan Xiumin, penuh dengan kasus teror disekolah dan te...