Yura sebenarnya sudah merasa silau sedikit karna sinar matahari mulai mengintip dari balik tirainya. Tapi itu bukanlah masalah. Dia bisa menghalangi silau itu dengan menarik selimutnya sampai ke atas kepala.
Tapiiiiii.. tidak bertahan lama.
Karna mamanya masuk ke dalam kamarnya dengan suara yang tergesa-gesa dan menarik selimut Yura lepas dari tubuhnya. "Han Yura. Kau tidak mau bangun?! Sekarang sudah jam 11 loh."
Yura mengerang dan hendak menarik selimutnya lagi naik, tapi mamanya ini tenaganya lebih besar darinya untuk hal-hal yang seperti ini. Hahh... "5bun man yo, Eomma," jawabnya dengan suara agak serak khas bangun tidur. (5 menit lagi, Ma)
Tepukan demi tepukan mulai terasa di bahu Yura yang membuatnya sedikit terusik karna makin keras tepukannya. "Bangun, sudah jam berapa ini."
Menyerah!!
Yura akhirnya bangun terduduk diatas kasurnya dengna rambut berantakan, "Ireonasseo, ireonasseo! Ah wae nal ttaeryeo! Apha, Eomma~" pekik Yura dengan mata yang masih agak sulit terbuka maksimal menatap mamanya. (Sudha bangun, sudah bangun. Ah, kenapa memukulku sih! Sakit tau, Ma~)
Mamanya akhirnya meletakkan selimut yang sudah ia lipat tadi ke kasur Yura. Lalu menarik Yura berdiri sebelum anaknya kembali tidur lagi. Tak lupa, dia juga mendorong Yura ke arah kamar mandi. "Cepat mandi. Kenapa kau bangun siang sekali sih. Kau belajar lagi pasti semalam, kan?"
"Engga loh. Aku hanya maraton drama." Bohong. Dia memang belajar semalam. Lalu baru mulai nonton jam 1 subuh sampai jam 3 baru tidur.
Yura menggaruk kepalanya dan berjalan lunglai ke dalam kamar mandi. Sebelum dia menutup pintunya, Yura menghela napas menatap mamanya. "Eomma. Aku mau mandi sekarang. Jadi bolehkah eomma pergi dari kamarku sekarang?"
Mamanya menghela napas juga tapi tak urung mengikuti kata-kata anaknya dengna keluar dari kamarnya. "Setelah mandi, turunlah untuk makan."
Yura mengangguk-anggukkan kepalanya dan melambaikan tangannya meminta mamanya untuk cepat pergi.
Hadeh... Pagi -siang kah ini?- ini rasanya energinya belum terasa penuh. Hadeh...
***
Hah.. Mau makan pun, Yura tidak bisa tenang. Kenapa? Karna mamanya sampai dua kali mengingatkan kalau dia tidak boleh ke rumah sakit hari ini. Yura tentu saja sudah mengangguk loh saat pertama kali dikasih tau, tapi mamanya ini tiba-tiba mengingatkan lagi. Entah apa yang dipikirkan mamanya ini.
Lagipula, apa sih salahnya dia pergi belajar. Ish.
"Ibu Martha Evelyn Angelista." Ada jeda dalam kalimat Yura yang kemudian menatap mamanya dengan senyum terpaksa. "Aku mengerti. Ini sudah peringatan ke tiga yang eomma katakan padaku. Belum kemarin juga. Jadi, bolehkah aku makan dengan tenang sekarang?" kata Yura dengan sopan.
"Kau kalau sudah lelah pasti selalu memakai bahasa indonesia. Ckckck. Mau nambah nasi tidak?"
Yura menggeleng, "tidak ah. Ini sudah banyak."
Mamanya mengangguk paham lalu kembali memilah sayur untuk dimasak nanti sore. "Jadi nanti kau mau ngapain setelah ini?"
"Hm.. Mungkin melanjutkan nonton. Karna di Korea aku hampir tidak punya waktu luang untuk nonton. Nanti sorenya baru pergi lah."
Mamanya mengangguk lagi, lalu meninggalkan Yura untuk makan dengan tenang ke dapur.
Akhirnya... Yura bisa makan dengan tenang juga.
***
Sesuai dengan kata-kata Yura tadi, dia memang kembali ke kamarnya setelah makan untuk nonton drakor lagi. Nonton drama korea Good Doctor yang diperankan oleh Moon Chaewon, Joo Won dan JooSangwook yang disiarkan tahun 2013. Dia cukup menikmati drakor ini, apalagiberhubungan dengan dokter bedah anak juga. Jadi dia menikmatinya.
Maraton beberapa episode sampai hari mulai sore tak terasa.
Tok tok tok
Yura menutup iPadnya karna sudah tau siapa yang mengetuk pintu kamarnya jam segini. "Iya, masuk saja, Eomma."
Wanita paruh baya itu masuk dengan anggun ke dalam kamarnya yang pasti bukan tanpa alasan. "Sudah jam 4 sore. Nanti kau ikut makan malam atau tidak? Karna eomma mau masak."
Yura menggeleng pelan, "aku makan diluar saja nanti. Sebentar lagi aku pergi, kok."
Dan memang benar, setelah berganti pakaian dan membawa tas kecil, Yura turun ke garasi rumah. Dirinya membawa mobil milik mamanya -yang sudah pasti tadi sudah diizinkan untuk dipakai- untuk pergi. Tempat kali ini, Yura memilih daerah PIK. Hari biasa seperti ini, harusnya PIK tidak terlalu ramai seperti weekend, bukan? Jadi harusnya tidak macet juga seperti yang dikatakan oleh keluarganya. Aman lah ya.
Setelah parkir di lapangan parkir yang tersedia, Yura turun dari mobilnya. Dengan memakai dress putih selulut yang simpel, outfitnya terasa pas dengna tempat yang ia tuju sekarang. Dan Yura juga memilih untuk tidak memakai sepatu, melainkan sandal. Karna kalau pakai sepatu, pasti pasirnya akan masuk ke sepatu. Tidak mau merepotkan diri sendiri.
Sekian lama tidak ke PIK, Yura menyadari kalau sudah banyak yang berubah di PIK. Terakhir dia kesini sepertinya sebelum dia memulai residennya yaitu 3-4 tahun yang lalu. Sekarang PIk sudah banyak berubah, lebih bagus dan lebih banyak tempat makan.
Pilihannya yaitu duduk di salah satu cafe yang terletak di pinggir pantai. Setelah memesan minuman disana, matnaya melihat sekelilingnya. Memang sih hari biasa, tapi masih ramai juga.
Dan saat itulah dia melihat seseorang yang familiar, seseorang yang tak lama ini bertemu dengannya. Go Minhyuk, si pasien itu, sedang membidik area pantai dengan matahari yang hampir tenggelam.
Karna dia melihat Minhyuk, tentu saja Yura tidak mungkin tidak menyapa lelaki itu, kan. Itu bukan Han Yura namanya. Jadi perempuan itu berdiri dan langsung berjalan menghampiri Minhyuk. Toh mereka juga sudah pernah ngobrol, walaupun yaaa singkat sekali sih.
"Minhyuk-ssi," panggilnya pelan dengan senyum di wajahnya, berharap lelaki itu akan menyambutnya dengan senyuman hangat juga.
Tapi tidak seperti yang dibayangkannya, lelaki itu hanya berbalik, menatapnya sekilas, lalu kembali berjalan dengan kamera di tangannya.
Yura sampai menganga dibuatnya. "Go Minhyuk-ssi. Go Minhyuk hwanjabun. Minhyuk-ssi!" Minhyuk terus berjalan lurus, tidka ada niatan untuk memutar tubuhnya dan memanggil namanya. Membuat Yura jadi jendel sebentar, karna setelahnya perempuan itu sadar kalau memang seperti itu wataknya Minhyuk.
Bukan Yura namanya kalau menyerah. Perempuan itu tetap berjalan, bahkan sedikit berlari untuk mengerjar Minhyuk yang mulai menjauh. Hingga akhirnya Yura tersengkat oleh kabel lampu yang ada di pantai saat mengejarnya.
"Akh!" pekikan kecil keluar begitu saja saat luturnya menyentuh pasir. Sepertinya sih tidak luka, mungkin hanya tergores saja paling-paling.
Ah, ini semua karna Go Minhyuk. Kenapa manusia itu begitu dingin sih. Apa salahnya coba menyapa balik. Ck.
Tepat saat dia ingin berdiri sendiri sambil bergumam kesal, sebuah tangan terulur padanya. Yura menelurusi tangan siapa itu, dan ternyata itu adalah Minhyuk. Lelaki itu sedang mengulurkan tangannya untuk memberi bantuan pada Yura agar bisa berdiri, tentu saja dengan wajah datarnya.
Seperti lupa dengan alasan -tidak langsung- dia jatuh tadi, Yura dengna senang hati, penuh senyum, menerima uluran tangan itu dan berdiri. Well, setelah memeriksa kaki dan tangannya, ternyata tidak ada yang terluka. Kalau sampai iya, dia sudah bersiap untuk memaki lelaki itu.
"Terima kasih karna sudah membantu," kata Yura dengan senyum di wajahnya.
Minhyuk mengangguk tidak acuh, menatap Yura sekilas lalu melihat ke arah lain lagi. "Anggap saja impas karna kau menjagaku selama di rumah sakit." Lalu setelah itu, Minhyuk pergi dari sana. Hanya itu.
Padahal Yura masih ingin mengobrol dengna Minhyuk, bertanya bagaimana kondisinya setelah keluar dari rumah sakit dan lainnya.
Tapi lelaki itu langsung pergi begitu saja meninggalkan Yura disini dengan perasaan campur aduk. Jengkel, kesal, tapi sedikit senang karna bertemu dengan lelaki itu. Aneh, bukan?
---------------------
bonus hari ini karna saya ultah WKKWKWKW 25feb25:)