Loading...
Logo TinLit
Read Story - Between Us
MENU
About Us  

Matahari mulai tenggelam di luar jendela apartemen Seungjae, memberikan suasana hangat dan tenang di dalam ruangan. Dami masih tertidur dengan damai di kamar tamu, sementara Seungjae sibuk di dapur. Setelah seharian bekerja dan melihat Dami tertidur begitu pulas, Seungjae memutuskan untuk memasak makan malam. Ia merasa ini adalah cara yang baik untuk membiarkan Dami beristirahat dan sekaligus memberi mereka momen santai setelah hari yang melelahkan.

Seungjae memang bukan koki profesional, tetapi ia cukup percaya diri dengan keterampilannya di dapur. Ia memasak pasta dengan saus krim, ditambah dengan beberapa lauk sederhana yang ia tahu Dami suka. Suara alat-alat dapur dan aroma makanan yang mulai menyebar membuat suasana apartemennya terasa lebih hangat dan nyaman.

Saat Dami akhirnya terbangun, wangi makanan itu langsung menyambutnya. Ia duduk perlahan, menggosok-gosok matanya yang masih sedikit mengantuk, dan mencium aroma lezat yang memenuhi udara. Perutnya yang tadinya tenang tiba-tiba bergemuruh.

"Duh, aku tertidur ya," gumamnya pelan sambil berjalan keluar dari kamar tamu.

Ketika ia melihat Seungjae di dapur, sibuk mengatur piring dan menyelesaikan masakannya, Dami merasa sedikit bersalah. "Seungjae-ssi, mianhaeyo. Aku ketiduran dan malah menyusahkanmu."

Seungjae menoleh sebentar, memberikan senyum hangat. "Tidak apa-apa. Kau kelihatan lelah tadi, jadi aku pikir biarkan saja kau istirahat." Ia lalu menambahkan dengan nada menggoda, "Lagi pula, aku ini juga cukup ahli di dapur. Kau bisa beristirahat dengan tenang."

Dami tersenyum, tapi ia masih merasa sedikit canggung. "Gomawoyo, tapi kau tidak perlu repot-repot mengangkatku ke kamar tamu juga, Seungjae-ssi"

"Ah, itu?" Seungjae terkekeh sambil mengaduk pasta terakhirnya. "Kau terlalu ringan. Mengangkatmu tidak masalah sama sekali."

Dami hanya bisa tersenyum malu mendengar jawaban Seungjae yang terdengar begitu santai. Mereka kemudian duduk di meja makan setelah Seungjae menyajikan makan malam. Aroma lezat makanan itu membuat suasana di antara mereka lebih nyaman. Dami mencicipi sedikit pasta, dan matanya langsung berbinar.

"Wah, enak sekali! Aku tidak tau kau bisa masak sehebat ini," puji Dami sambil menyuap lagi.

"Seperti yang kubilang, aku ini cukup jago di dapur," balas Seungjae dengan nada sedikit bangga. "Jadi, bagaimana pendapatmu tentang cerita yang kau baca tadi?"

"Oh, itu!" Dami langsung teringat dan bersemangat. "Ceritamu seru sekali! Aku ingin membaca sisanya, tapi sepertinya kau belum selesai?"

Seungjae tersenyum kecil, senang mendengar pujian Dami. Namun, ia menggoyangkan kepalanya perlahan. "Sabar dulu. Aku belum selesai. Akan segera selesai, kok. Kalau sudah selesai, aku berencana memberimu satu salinan secara gratis. Versi spesial hanya untukmu."

Dami tertawa kecil. "Benarkah? Itu akan jadi hadiah yang keren."

Saat mereka berbincang dan makan, suasana yang awalnya tenang mendadak berubah ketika ponsel Dami bergetar di meja. Dami memeriksanya dan melihat nama "Kim Myungjae Editor" muncul di layar. Seungjae, yang duduk di seberang meja, tidak bisa menahan raut wajahnya yang berubah sedikit kesal ketika melihat nama itu.

Dami mengangkat teleponnya. "Yeoboseyo, Myungjae-ssi? Ya, ada apa?" Dami berbicara dengan nada profesional, tetapi tetap terdengar hangat.

Seungjae hanya duduk diam, mendengarkan pembicaraan mereka sambil terus menyantap makanannya. Ia tahu Kim Myungjae, salah satu asisten editor di timnya. Myungjae bukan orang yang asing, tapi Seungjae selalu merasa ada sesuatu yang mengganggunya setiap kali pria itu berinteraksi dengan Dami. Mungkin karena umurnya yang tidak jauh dari Dami atau mungkin karena senyuman ramah yang selalu Myungjae tunjukkan saat mereka berkenalan dulu. Seungjae mengingat semuanya dengan jelas.

Telepon itu berlangsung lebih lama dari yang Seungjae harapkan. Ia mulai mengetukkan jarinya di meja, menandakan rasa tidak sabarnya. Setelah beberapa menit, ketika akhirnya Dami menutup telepon, Seungjae tak bisa menahan diri untuk berbicara.

"Kenapa mereka meneleponmu malam-malam begini? Kalau ada urusan penting, suruh mereka langsung bicara denganku saja."

Dami menatap Seungjae dan tersenyum simpul. "Itu tugasku, Seungjae-ssi. Lagi pula, kau itu slowresp kalau sudah malam. Besok kau ada rapat lagi, jangan lupa."

Seungjae mendengus, jelas tidak puas dengan jawabannya, tapi ia tidak mau mengakui kalau ia merasa terganggu. "Aku bisa saja cepat respon kalau situasinya mendesak," bantahnya pelan, tapi lebih kepada dirinya sendiri. Namun, ketika Dami menanyakan ada apa, Seungjae hanya merengut, lalu menghindari tatapan Dami. "Tidak ada apa-apa," elaknya, meski jelas terlihat ia terganggu.

***

Setelah makan malam selesai, Seungjae menawarkan untuk mengantar Dami pulang seperti biasanya. Tentu saja, ia tidak langsung membiarkan Dami turun dari mobil seperti biasanya. Begitu mereka sampai di depan rumah Dami, Seungjae menahan tangan Dami dengan lembut sebelum gadis itu sempat membuka pintu.

"Hei, kenapa masih buru-buru?" Seungjae bertanya sambil menatap Dami dengan ekspresi setengah serius, setengah bercanda. "Kenapa selalu menghindar dariku?"

Dami terdiam sejenak, merasa sedikit terkejut dengan pertanyaan Seungjae. "Aku... aku tidak menghindar kok," katanya terbata-bata. Wajahnya mulai memerah, merasa gugup karena tatapan Seungjae yang begitu intens. "Ini sudah malam, Seungjae-ssi. Kau juga pasti lelah. Aku cuma tidak ingin membuatmu repot."

Seungjae hanya tersenyum kecil, jelas melihat kegugupan Dami. "Oh, jadi itu alasannya? Aku pikir kau sedang menghindar dariku karena sesuatu." Nada suaranya terdengar menggoda, meskipun ia berusaha menutupinya dengan canda.

Wajah Dami semakin merah. "Bukan begitu."

Melihat Dami yang gugup membuat Seungjae tak bisa menahan tawa. Ia terkekeh pelan, lalu berkata dengan nada lebih lembut, "Kau tahu, kalau ingin turun dari mobil, setidaknya pamit dengan baik. Lihat aku dulu sebelum pergi."

Dami mengerjapkan mata, bingung dengan permintaan Seungjae yang tiba-tiba. "Lihat kau?"

Seungjae mengangguk, masih tersenyum. "Ya, lihat aku. Jangan buru-buru pergi seperti biasanya. Itu terlihat aneh."

Dami terdiam beberapa detik sebelum akhirnya menatap Seungjae dengan ragu-ragu. Ia menahan senyum kecil yang mulai muncul di wajahnya. "Baiklah, aku pamit dulu, Seungjae-ssi," katanya sambil melihat langsung ke mata Seungjae seperti yang diminta.

Melihat wajah Dami yang jelas-jelas berusaha keras untuk tidak terlihat canggung, Seungjae tersenyum lebih lebar. "Nah, itu lebih baik. Jaljayo, Dami-ssi." (Have a goodnight)

Dami tersenyum balik, merasa sedikit lega setelah akhirnya pamit dengan cara yang diminta Seungjae. Ia membuka pintu mobil dan turun dengan hati-hati. Sebelum benar-benar masuk ke rumah, ia melirik kembali ke arah mobil dan melihat Seungjae masih tersenyum padanya.

Ketika pintu rumah Dami akhirnya tertutup, Seungjae duduk sejenak di mobil, merasa puas dengan bagaimana malam itu berakhir. Ia menghidupkan mesin mobil, dan sepanjang jalan pulang, ia tidak bisa menahan senyum di wajahnya.

Seungjae merasa ada sesuatu yang lucu dan menggemaskan dalam cara Dami bereaksi terhadapnya malam ini. Meskipun ia tidak sepenuhnya mengerti perasaannya sendiri, Seungjae tahu bahwa ada sesuatu yang lebih dalam antara mereka berdua. Dan untuk pertama kalinya, ia merasa tak terburu-buru untuk mencari tahu.

Yang terpenting baginya saat ini adalah menikmati momen-momen kecil seperti ini bersama Dami, entah itu saat memasak bersama, membaca novelnya, atau bahkan hanya sekadar pamit sebelum mereka berpisah.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Strange Boyfriend
307      246     0     
Romance
Pertemuanku dengan Yuki selalu jadi pertemuan pertama baginya. Bukan karena ia begitu mencintaiku. Ataupun karena ia punya perasaan yang membara setiap harinya. Tapi karena pacarku itu tidak bisa mengingat wajahku.
When Flowers Learn to Smile Again
1002      730     10     
Romance
Di dunia yang menurutnya kejam ini, Jihan hanya punya dirinya sendiri. Dia terjebak pada kelamnya malam, kelamnya hidup, dan kelamnya dunia. Jihan sempat berpikir, jika dunia beserta isinya telah memunggunginya sebab tidak ada satu pun yang peduli padanya. Karena pemikirannya itu, Jihan sampai mengabaikan eksistensi seorang pemuda bernama Natha yang selalu siap menyembuhkan luka terdalamnya. B...
Shane's Story
2582      1003     1     
Romance
Shane memulai kehidupan barunya dengan mengubur masalalunya dalam-dalam dan berusaha menyembunyikannya dari semua orang, termasuk Sea. Dan ketika masalalunya mulai datang menghadangnya ditengah jalan, apa yang akan dilakukannya? apakah dia akan lari lagi?
Hidden Words Between Us
1417      638     8     
Romance
Bagi Elsa, Mike dan Jo adalah dua sahabat yang paling disayanginya nomor 2 setelah orang tuanya. Bagi Mike, Elsa seperti tuan putri cantik yang harus dilindunginya. Senyum dan tawa gadis itu adalah salah satu kebahagiaan Mike. Mike selalu ingin menunjukkan sisi terbaik dari dirinya dan rela melakukan apapun demi Elsa. Bagi Jo, Elsa lebih dari sekadar sahabat. Elsa adalah gadis pertama yang ...
Story of time
2406      949     2     
Romance
kau dan semua omong kosong tentang cinta adalah alasan untuk ku bertahan. . untuk semua hal yang pernah kita lakukan bersama, aku tidak akan melepaskan mu dengan mudah. . .
Nightmare
445      305     2     
Short Story
Malam itu adalah malam yang kuinginkan. Kami mengadakan pesta kecil-kecilan dan bernyanyi bersama di taman belakang rumahku. Namun semua berrubah menjadi mimpi buruk. Kebenaran telah terungkap, aku terluka, tetesan darah berceceran di atas lantai. Aku tidak bisa berlari. Andai waktu bisa diputar, aku tidak ingin mengadakan pesta malam itu.
Foodietophia
533      399     0     
Short Story
Food and Love
Penantian Terakhir
583      413     4     
Short Story
Dan apapun itu, yang kulakukan adalah demi kebahagiaanmu. Percayalah. Pedihku tidaklah lagi penting.
Mama Tersayang
409      319     2     
Short Story
Anya, gadis remaja yang ditinggalkan oleh ayah yang amat dicintainya, berjuang untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan. Kini, ia harus hidup berdua dengan ibu yang tak terlalu dekat dengannya. Senang atau tidak, Anya harus terus melanjutkan hidup tanpa ayah. Yang Anya tidak sadari, bukan hanya ia yang kehilangan ayahnya, ibunya pun kehilangan suami, dan teramat mencintai dia, Anya, putri satu-sa...
Farewell Melody
274      188     2     
Romance
Kisah Ini bukan tentang menemukan ataupun ditemukan. Melainkan tentang kehilangan dan perpisahan paling menyakitkan. Berjalan di ambang kehancuran, tanpa sandaran dan juga panutan. Untuk yang tidak sanggup mengalami kepatahan yang menyedihkan, maka aku sarankan untuk pergi dan tinggalkan. Tapi bagi para pemilik hati yang penuh persiapan untuk bertahan, maka selamat datang di roller coaster kehidu...