Loading...
Logo TinLit
Read Story - Between Us
MENU
About Us  

Dami memang berkata pada Seungjae jika dia ingin pulang, tapi sebenarnya...

Tidak. Dami tidak langsung pulang. Untuk apa pulang ke rumah jika dia hanya mendatangi ruang kosong tak berpenghuni. Ya entah sih apakah ada penghuni lan yang tidak terlihat atau tidak, tapi pastinya tidak ada penghuni yang dapat Dami ajak lihat dan bicara di rumah itu. Sangho juga masih di rumah sakit. Jadi... Dami memilih untuk pergi beli icecream di toko kelontong dekat rumah dan duduk di bangku ayunan yang terdapat tak jauh dari sana. 

Kakinya sesekali menarik ayunan mundur yang mengakibatkan ayunan itu bergerak pelan, terbang ke udara rendah. Dirinya juga memakan ice cream tersebut perlahan. Menikmati rasa manis yang memasuki mulutnya. Langit malam tidaklah seindah yang kemarin memang, tapi masih bisa dianggap cantik. Beberapa bintang menghiasi langit berwarna biru gelap dengan awan putih-kelabu itu. 

Sambil bermain pelan dan menikmati malamnya, pikiran Dami berputar ke belakang, ke ingatan pada hari dia dan Seungjae bermain ke rumah panti asuhan. Mengingat bagaimana dirinya bisa tersenyum lepas saat bermain dengan mereka, Seungjae yang ternyata bisa tertawa lepas dan berlagak sebagai kakak pada anak-anak di panti asuhan tersebut.

Mengingat bagaimana panasnya wajahnya saat diledek oleh anak-anak, bagaimana Seungjae meresponsnya. 

Dengan memikirkan itu sjaa, membuat Dami tersenyum lagi. Hanya sebentar, karna setelahnya dia menggelengkan kepalanya seakan tersadar dari pikirannya sendiri.

"Kau ini berpikir apa sih, Song Dami."

Dami kembali menarik bangku itu ke belakang dengan kakinya, kali ini agak lebih tinggi agar ia bisa sedikit terbang lebih tinggi di ayunan tersebut.

Sepertinya dia tahu alasan dia merasa aneh belakangan ini. Ini karna interaksinya dengan Seungjae sudah berbeda dengan dulu. Lebih sering dan lebih santai. Pandangannya mengenai lelaki itu juga sudah berubah. Awalnya Dami merasa bahwa Seungjae adalah lelaki menyebalkan yang sebaiknya Dami tidak temui. Tapi setelah berkenalan dan bertemu lebih lama, ternyata lelaki itu tidak semenyebalkan seperti pikiran Dami. 

Justru... lelaki itu memiliki hati yang hangat. Ada bagian hangat sendiri untuk beberapa orang. Apalagi setelah Dami melihat interaksi dekat antara Seungjae dan adik-adiknya di panti asuhan. Latar belakang Seungjae termasuk adopsinya. Jujur saja, Dami sempat sedikit terkejut mendengar bahwa Seungjae adalah anak adopsi, dan bahkan menceritakan itu kepada dirinya. Tapi Dami juga berterimakasih karna dengan itu, Dami menjadi lebih mengenal Seungjae. Pandangannya juga ikut berubah seiring berjalannya waktu.

Dami tidak percaya dirinya bisa dekat, bermain, apalagi tertawa dengan orang lain selain Jian. Mengingat bagaimana diamnya diri dia sendiri, dan bagaimana pertemuan mereka yang menyebalkan itu. Tidak terbayang bagaimana mereka bisa sedekat ini sekarang. 

Permainan ayunan itu dan lamunan terhenti saat Dami merasakan ponselnya bergetar dalam saku jaketnya. Kakinya langsung menapak tanah untuk menghentikan laju ayunan tesebut dan mengecek ponselnya. 

Lim Seungjae:
besok kita nonton ya
sehabis dari rapat
aku butuh inspirasi, oke?

Seukir senyum terbit di wajah Dami. Digigitnya ice cream tersebut agar jarinya bia mengetik balasan dan mengirimnya pada Seungjae.

Song-Da:
oke!

***

Seungjae duduk tegap di ujung meja, wajahnya tak menunjukkan tanda-tanda menyerah. Rapat yang seharusnya selesai satu jam lalu terus berlanjut, dengan topik akhir cerita novelnya yang semakin memanas. Tim editorial, terutama kepala editornya, tidak setuju dengan keputusannya untuk memberikan sad ending.

"Seungjae jakkanim, kebanyakan pembaca menginginkan happy ending," ujar kepala editor, suaranya terdengar tegas namun tetap tenang. "Itulah yang laku di pasaran. Orang suka menutup buku dengan perasaan senang, mengetahui bahwa segalanya berjalan baik-baik saja." (Penulis Seungjae)

Seungjae mendengus pelan, tatapannya tajam mengarah pada kepala editor. "Justru karena itulah aku ingin sesuatu yang berbeda," jawabnya dengan nada yang tak kalah keras. "Aku sudah menulis happy ending selama ini. Pembaca selalu tahu apa yang akan terjadi di akhir—semua beres, semua bahagia. Tapi hidup tidak selalu seperti itu. Orang butuh cerita yang lebih realistis, yang bisa mereka pikirkan lama setelah menutup bukunya. Sad ending punya kekuatan itu."

Kepala editor bersandar di kursinya, menghela napas panjang. "Tapi pembaca kita tidak mau realistis, Jakkanim. Mereka baca novel untuk lari dari kenyataan, bukan untuk diingatkan betapa sulitnya hidup. Pembaca ingin merasa lega, puas. Sad ending akan membuat mereka kecewa."

"Baro geugeoyeyo! Jega wonhaettdeon ge baro gegoyeyo, Timjangnim." Seungjae tak lagi bisa menyembunyikan emosinya. "Aku ingin novel ini berbeda. Aku ingin mereka merasakan sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar kebahagiaan. Kalau kau masih tidak bisa setuju dengan sad ending, kita bisa pilih open ending. Bagaimana?" (Justru itu! Itulah yang kuinginkan, Kepala Tim!)

Kepala editor menggeleng kuat, seolah tak habis pikir. "Open ending juga bukan solusi. Orang mau jawaban, bukan menggantung. Sejujurnya, Seungjae jakkanim, kalau kau tetap kekeuh dengan sad atau open ending, aku takut pembaca akan kecewa dan berhenti membaca karya-karyamu."

Dami duduk di pojok ruangan, memperhatikan perdebatan yang semakin panas. Seungjae yang biasanya santai, sekarang terlihat serius dan keras kepala, mempertahankan keinginannya. Dami bahkan bisa merasakan ketegangan yang menggantung di udara, membuat napasnya sedikit tersendat.

"Aku tidak peduli," Seungjae menjawab dengan tegas, suaranya terdengar semakin berat. "Jika aku harus terus menulis novel dengan pilihan yang sama hanya demi memuaskan orang lain, apa gunanya aku menulis? Aku ingin memberikan karya yang bermakna, bukan sekadar cerita yang mudah dilupakan."

Kepala editor menatapnya, sedikit frustrasi. "Kau tahu sendiri, industri ini tidak berjalan hanya dengan idealisme, Jakkanim. Kau salah satu penulis terbaik kami, tapi kita juga harus mempertimbangkan apa yang diinginkan pasar. Jika kau terus mendorong sad ending, ini bisa berdampak pada penjualan buku."

"Kau pikir aku peduli soal penjualan?" Seungjae bersandar ke belakang, melipat tangan di dada. "Kalau pembaca benar-benar suka cerita yang bagus, mereka akan menghargai ending yang sesuai dengan alur cerita, bukan hanya karena berakhir bahagia. Aku tidak menulis hanya untuk membuat orang senang. Aku menulis untuk membuat mereka merasa."

Suasana semakin menegang. Semua orang di ruangan terdiam, tak ada yang berani menyela perdebatan antara Seungjae dan kepala editor. Dami, yang sedari tadi diam, tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Sisi profesional Seungjae yang begitu keras kepala dan penuh keyakinan membuatnya kagum. Dia bukan hanya seorang novelis sukses, tapi juga seseorang yang tidak mau mengorbankan idealismenya demi keuntungan komersial.

Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, kepala editor mengangkat tangan, mencoba meredakan situasi. "Baiklah. Kita sudahi dulu rapat hari ini. Kita bisa lanjutkan diskusi ini lagi setelah kau selesai dengan chapter 20 yang sedang kau tulis. Aku harap, ketika itu, kau punya perspektif yang lebih baik tentang akhir cerita."

Seungjae hanya mengangguk singkat, tidak menjawab. Matanya masih menatap editor dengan dingin. Begitu rapat berakhir, semua orang mulai berkemas dan meninggalkan ruangan. Dami melirik Seungjae sebelum berdiri. Dia bisa melihat ketegangan di wajah pria itu, tapi juga kegigihan yang membuatnya merasa kagum.

Ketika Dami melangkah keluar dari ruangan, satu hal terlintas di benaknya—ia belum pernah melihat seseorang sekeras kepala Seungjae saat mempertahankan apa yang ia yakini benar. Dan hal itu, entah bagaimana, membuat sosok Seungjae semakin menarik di matanya.

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The World Between Us
2418      1041     0     
Romance
Raka Nuraga cowok nakal yang hidupnya terganggu dengan kedatangan Sabrina seseorang wanita yang jauh berbeda dengannya. Ibarat mereka hidup di dua dunia yang berbeda. "Tapi ka, dunia kita beda gue takut lo gak bisa beradaptasi sama dunia gue" "gue bakal usaha adaptasi!, berubah! biar bisa masuk kedunia lo." "Emang lo bisa ?" "Kan lo bilang gaada yang gabis...
MASIHKAH AKU DI HATIMU?
682      457     2     
Short Story
Masih dengan Rasa yang Sama
Wait! This's Fifty-Fifty, but...
141      125     0     
Romance
Is he coming? Of course, I'm a good girl and a perfect woman. No, all possibilities have the same opportunity.
The Emergency Marriage Secret
133      42     0     
Romance
Raina tidak pernah berpikir bahwa hidupnya akan berubah drastis hanya karena satu permintaan terakhir dari sang Ayah. Permintaan yang sederhana namun berat, menikah. Calon suaminya adalah seorang dokter muda, anak dari sahabat lama Ayahnya. Raina tidak mencintai pria itu, bahkan nyaris tak mengenalnya. Tapi demi Ayah yang terbaring sakit dengan riwayat jantung melemah, Raina mengiyakan. ...
Palette
6285      2266     6     
Romance
Naga baru saja ditolak untuk kedua kalinya oleh Mbak Kasir minimarket dekat rumahnya, Dara. Di saat dia masih berusaha menata hati, sebelum mengejar Dara lagi, Naga justru mendapat kejutan. Pagi-pagi, saat baru bangun, dia malah bertemu Dara di rumahnya. Lebih mengejutkan lagi, gadis itu akan tinggal di sana bersamanya, mulai sekarang!
Ginger And Cinnamon
7721      1709     4     
Inspirational
Kisah Fiksi seorang wanita yang bernama Al-maratus sholihah. Menceritakan tentang kehidupan wanita yang kocak namun dibalik itu ia menyimpan kesedihan karena kisah keluarganya yang begitu berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya itu membuat semua harapannya tak sesuai kenyataan.
Shut Up, I'm a Princess
991      576     1     
Romance
Sesuai namanya, Putri hidup seperti seorang Putri. Sempurna adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kehidupan Putri. Hidup bergelimang harta, pacar ganteng luar biasa, dan hangout bareng teman sosialita. Sayangnya Putri tidak punya perangai yang baik. Seseorang harus mengajarinya tata krama dan bagaimana cara untuk tidak menyakiti orang lain. Hanya ada satu orang yang bisa melakukannya...
Tumpuan Tanpa Tepi
11394      3158     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
PESAN CINTA
6379      1389     33     
Romance
Bagaimana jadinya jika kita mendapat amanah dari orang yang tidak kita kenal? Itu pulalah yang terjadi pada Nasya. Dalam pejalanan pulang menuju kampung halamannya, Nasya berkenalan dengan seorang wanita. Mereka menjadi akrab. Dan wanita itu menitipkan sebuah amanah yang kenyataannya menjadi titik awal perubahan hidup serta jalan cinta Nasya.
Si 'Pemain' Basket
5102      1360     1     
Romance
Sejak pertama bertemu, Marvin sudah menyukai Dira yang ternyata adalah adik kelasnya. Perempuan mungil itu kemudian terus didekati oleh Marvin yang dia kenal sebagai 'playboy' di sekolahnya. Karena alasan itu, Dira mencoba untuk menjauhi Marvin. Namun sayang, kedua adik kembarnya malah membuat perempuan itu semakin dekat dengan Marvin. Apakah Marvin dapat memiliki Dira walau perempuan itu tau ...