Loading...
Logo TinLit
Read Story - Between Us
MENU
About Us  

(Flashback)

Lagu santai yang terputar di earphone seakan melengkapi udara sejuk yang berhembus pada siang hari ini. Sambil duduk bersandar di kursi khas pasangan meja belajar yang entah diletakkan dengan sengaja atau tidak di halaman belakang sekolah, seorang perempuan mendengarkannya dengan seksama sambil menikmati angin yang sedikit demi sedikit berhembus melewatinya dengan mata tertutup.

Kakinya menghentak pelan beradu dengan lantai yang agak bergerigi hampir bolong di beberapa bagian. Sangat menikmati lagu yang terputar itu. Halaman belakang sekolah ini tidak seramai di tempat duduk samping lapangan luas yang berada di sekolah ini.

Song Dami yang memang baru saja pindah sekolah, dan masih enggan untuk mencari teman dan belum mempunyai teman, selalu memilih untuk duduk dan makan roti serta susunya disini, menghabiskan jam istirahatnya dengan mendengarkan lagu. Setidaknya sudah seminggu dia melakukan ritual ini. Dan Dami tidak apa-apa dengan itu.

Tapi sepertinya hari tenangnya berakhir kala seorang perempuan yang berseragam sama dengannya tiba-tiba saja datang berlari dan berjongkok di belakang kursinya, bersembunyi. Tak lama terdengar juga suara yang cukup menggelegar dengan nada berat khas bapak-bapak paruh baya yang menyahut di belakang.

"JO JIAN. NEON EODINYA?!" (Kau dimana?!)

Suara itu merupakan suara dari Pak Jung yang merupakan guru matematikanya. Yang terkenal killer di seantero sekolah.

Melihat perempuan yang tadi bersembunyi di belakangnya ini semakin merapatkan tubuhnya agar tidak terlihat, Dami sudah bisa menebak dia lah si Jo Jian yang sedang dicari Pak Jung. Dami hendak berdiri, tidak mau ikut campur, tapi tarikan di kemeja seragamnya yang membuatnya agar tetap duduk itu menahannya untuk pergi.

Dami sempat menoleh, ingin memprotes. Tapi tidak jadi, melihat gadis itu dengan tangan mengatup jadi satu memohon padanya sambil berbisik, "tolong jangan pergi dulu. Bantu aku kali ini saja."

Antara kasian dan luluh, Dami menghela napasnya dan memposisikan tubuhnya lebih baik lagi agar Jian tidak terlihat.

"Haksaeng. Kau lihat siswi perempuan yang lari kesini tidak?"

Pak Jung tiba di depannya, membuat Dami sedikit menahan napasnya sebelum menjawab. "Tidak, Ssaem. Dari tadi aku honja disini." (Guru; sendiri).

Merasa tidak terlalu percaya, kepala Pak Jung sedikit menjulur ke depan dan ke samping, memastikan jika memang tidak ada orang. "Kau yakin?" Dami mengangguk pasti. "Baik kalau begitu. Kau cepatlah balik ke kelas. Sebentar lagi jam istirahat selesai."

"Ne, Ssaem."

Lalu Pak Jung pergi begitu saja dari sana. Meninggalkan Dami yang sudah bisa bernapas lega. Gadis yang Dami yakin bernama Jian itu akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya dengan helaan napas leganya.

"Ah Jung ssaem jinjja michingeo anya?" keluh Jian kesal sambil berkacak pinggang. "Dia mengejarku sampai kesini. Astaga. Padahal aku cuma menyontek saja. Apa salahnya sekali-kali." (Guru Jung itu gila gak sih?)

Dami tidak mau ambil pusing dan kembali menutup matanya untuk mendengarkan lagu. Setidaknya itu yang mau ia lakukan, sebelum Jian berdiri di depannya, membuat Dami kembali membuka mata dengan tatapan bingung.

Sebuah uluran tangan tertuju padanya saat ini. "Aku Jo Jian. Kau?"

Mata Dami masih menatap tangan itu bingung ingin menyambut jabatan tangannya atau tidak. Selagi Dami masih berpikir, Jian sudah lebih dulu menjabat tangan Dami dengan sedikit memaksa. Matanya melirik nametag yang menempel pada kemeja putih Dami. "Song Dami? Oh! Narang chingu haja!" katanya riang yang mengundang tatapan bingung Dami di wajahnya. (Ayo berteman denganku!)

Dami menatap Jian lama karna terkejut lalu pada akhirnya mengangguk. "Baiklah." Setidaknya dia tidak akan kesepian di sekolah ini.

Dan itulah asal muasal Dami dan Jian berteman. Sangat klise.

***

Dugaan saat Dami menjabat tangan Jian -terpaksa- itu memang benar adanya. Hari-harinya menjadi lebih ramai. Hampir setiap kali jam istirahat, selalu ada Jian yang nongol di depan pintu kelasnya dengan senyum riangnya. "Song Dami!" Panggilan itu merupakan panggilan untuk Dami segera keluar dari kelas dan makan bareng dengan Jian.

Tak hanya itu, Dami juga selalu melihat Jian yang bertengger di depan pintu kelasnya seusai jam sekolah berakhir. Bahkan Dami sendiri sapai bingung bagaimana bisa Jian ada di depan kelasnya secepat itu. "Song Dami ayo pulang!" Selalu itu yang dikatakan oleh Jian setiap jam usai sekolah.

Tapi Dami tidak masalah. Sejauh ini, Jian merupakan teman yang baik. Dami tidak pernah disulitkan dengan Jian. Jian juga anak yang periang, tidak banyak menuntut atau mengatur. Cenderung berjiwa bebas. Dan Dami senang berteman dengan Jian. Hampir tidak pernah Dami melihat Jian kesal atau nangis.

Tapi hari ini, Dami untuk pertama kalinya melihat temannya itu menangis di halaman belakang sekolah tempat pertama mereka berjabat tangan. "Jian-ah. Sudah. Jangan menangis lagi. Nanti kau sakit."

Jian sesekali mengusap wajahnya yang terus basah dengan air mata. "Hiks. Dia jahat sekali. Bagaimana bisa dia memutuskanku hanya karna dia sudah bosan. Apakah semua lelaki memang secepat itu bosan?"

"Loh? Kenapa kau jadi bawa-bawa semua lelaki? Kau kan hanya pacaran dengan Kim Daejun."

Dami tak habis pikir, kenapa Jian jadi membawa semua lelaki padahal dia hanya pacaran dengan seorang lekaki? Apakah ada alasan logis untuk itu?

"Ah~ Song Dami!! Apakah kau serius ingin meributkan hal itu denganku sekarang?!" peikiknya masih dengan air mata yang turun deras.

"Loh aku kan hanya berta--"

"Song Dami!!"

Dami yang masih menyayangi telinganya itu memilih untuk diam dan mengangguk lalu menepuk-nepuk bahu Jian agar gadis itu berhenti menangis. "Sudah sudah. Aku minta maaf. Jangan menangis lagi. Akan ku habisi dia nanti."

Bukannya mereda, tangisan Jian justru semakin deras. Semakin merengek, "Dami, kenapa kau jahat sekali ingin menghabisinya."

"Kan aku ikut kesal karna dia menyakitimu."

"Tapi kau tidak boleh menghabisinya. Itu jahat."

"Baik. Baik."

Apalah daya Dami sekarang selain menepuk-nepuk bahu Jian saja. Serba salah.

***

"Eomeonim. Apakah Jian ada? Aku mencarinya di sekolah dari kemarin tapi tidak melihatnya sama sekali."

Sedari kemarin Dami tidak melihat ada tanda-tanda kehadiran Jian. Bertanya ke kelas Jianpun, jawaban mereka adalah Jiannya tidak masuk. Jadi Dami memutuskan untuk pergi ke rumah Jian.

Mamanya Jian mempersilahkan Dami untuk masuk terlebih dahulu lalu menutup pintu setelah Dami berada di dalam rumah. "Jian mengurung diri. Dia tidak mau keluar kamar dari kemarin. Kau bisa membujuknya untuk keluar, kan? Eomeonim sudah sangat khawatir sekali."

Mendengar itu, sesuatu yang panas mencapai ke kepalanya. Dami menghela napas berat. Kenapa temannya sampai berbuat seperti itu sih. Kenapa jadi bodoh deh.

Dami mengangguk pelan pada mamanya Jian sebelum ia berjalan menuju pintu kamar Jian. Dengan pelan ia mengetuk pintu kamar itu.

Tok tok

"Jian-ah. Naya, Song Dami," ujar Dami sedikit pelan. Mamanya Jian mengikuti dan berdiri di belakang Dami dalam diam.

Dari dalam kamar masih terdengar suara tangis samar-samar. "Pergilah. Aku sedang ingin sendiri."

Dami yang mendengar itu semakin kesal. Karna seorang lelaki, Jo Jian jadi mengurung dan menyiksa diri seperti ini. "Jo Jian. Kau jangan seperti ini. Masih banyak lelaki. Kau cantik, kau baik, banyak yang menyukaimu." Nada bicara Dami masih tergolong halus jika dibandingkan emosi Dami yang mulai kesal setengah mati dengan tindakan bodoh temannya.

"Tapi itu bukan Kim Daejun."

"Persetan dengan Kim Daejun." Ah bodo lah. Dia sudah tidak bisa halus lagi. "Jo Jian. Kau mau buka pintunya atau tidak usah ketemu denganku sama sekali."

Tak ada jawaban. Baik Dami maupun mamanya Jian jadi sedikit khawatir dan menunggu jawaban yang akan diberikan Jian.

"Jo Jian. Kau benar-benar akan me--"

Belum sempat Dami menyelesaikan perkataannya, pintu kamar Jian sudah terbuka. Menampilkan mata Jian yang sudah sangat sembab tanda ia menangis sepanjang malam. Melihat Jian keluar dari kamar itu, Dami dan mamanya Jian tersenyum tulus. "Bagaimana kau bisa memintaku memilih. Jelas saja aku memilih temanku."

"Iya aku tahu."

Dami lalu menarik Jian ke dalam pelukan lalu tertawa kecil. Tak lama pelukan itu nambah personil dengan sepasang tangan milik mamanya Jian. "Kalian ini. Dasar remaja."

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Why Joe
1181      609     0     
Romance
Joe menghela nafas dalam-dalam Dia orang yang selama ini mencintaiku dalam diam, dia yang selama ini memberi hadiah-hadiah kecil di dalam tasku tanpa ku ketahui, dia bahkan mendoakanku ketika Aku hendak bertanding dalam kejuaraan basket antar kampus, dia tahu segala sesuatu yang Aku butuhkan, padahal dia tahu Aku memang sudah punya kekasih, dia tak mengungkapkan apapun, bahkan Aku pun tak bisa me...
Call Kinna
5806      2007     1     
Romance
Bagi Sakalla Hanggra Tanubradja (Kalla), sahabatnya yang bernama Kinnanthi Anggun Prameswari (Kinna) tidak lebih dari cewek jadi-jadian, si tomboy yang galak nan sangar. Punya badan macem triplek yang nggak ada seksinya sama sekali walau umur sudah 26. Hobi ngiler. Bakat memasak nol besar. Jauh sekali dari kriteria istri idaman. Ibarat langit dan bumi: Kalla si cowok handsome, rich, most wante...
STORY ABOUT THREE BOYS AND A MAN
13981      2840     34     
Romance
Kehidupan Perkasa Bagus Hartawan, atau biasa disapa Bagus, kadang tidak sesuai dengan namanya. Cintanya dikhianati oleh gadis yang dikejar sampai ke Osaka, Jepang. Belum lagi, dia punya orang tua yang super konyol. Papinya. Dia adalah manusia paling happy sedunia, sekaligus paling tidak masuk akal. Bagus adalah anak pertama, tentu saja dia menjadi panutan bagi kedua adiknya- Anggun dan Faiz. Pan...
the invisible prince
1542      833     7     
Short Story
menjadi manusia memang hal yang paling didambakan bagi setiap makhluk . Itupun yang aku rasakan, sama seperti manusia serigala yang dapat berevolusi menjadi warewolf, vampir yang tiba-tiba bisa hidup dengan manusia, dan baru-baru ini masih hangat dibicarakan adalah manusia harimau .Lalu apa lagi ? adakah makhluk lain selain mereka ? Lantas aku ini disebut apa ?
Hati Langit
7865      2104     7     
Romance
Ketika 2 orang teman yang saling bertukar pikiran mengenai suatu kisah sehingga terciptalah sebuah cerita panjang yang berwujud dalam sebuah novel. Buah pemikiran yang dikembangkan menjadi suatu kisah yang penuh dengan inspirasi dan motivasi dalam menghadapi lika-liku percintaan. Persembahan untuk mereka yang akan merengkuh jalinan kasih. Nani Sarah Hapsari dan Ridwan Ginanjar.
Forbidden Love
9403      2005     3     
Romance
Ezra yang sudah menikah dengan Anita bertemu lagi dengan Okta, temannya semasa kuliah. Keadaan Okta saat mereka kembali bertemu membuat Ezra harus membawa Okta kerumahnya dan menyusun siasat agar Okta tinggal dirumahnya. Anita menerima Okta dengan senang hati, tak ada prangsaka buruk. Tapi Anita bisa apa? Cinta bukanlah hal yang bisa diprediksi atau dihalangi. Senyuman Okta yang lugu mampu men...
Bersyukur Tanpamu
559      373     4     
Short Story
Without You, I\'m Fine
Waktu Itu, Di Bawah Sinar Rembulan yang Sama
815      468     4     
Romance
-||Undetermined : Divine Ascension||- Pada sebuah dunia yang terdominasi oleh android, robot robot yang menyerupai manusia, tumbuhlah dua faksi besar yang bernama Artificial Creationists(ArC) dan Tellus Vasator(TeV) yang sama sama berperang memperebutkan dunia untuk memenuhi tujuannya. Konflik dua faksi tersebut masih berlangsung setelah bertahun tahun lamanya. Saat ini pertempuran pertempuran m...
Closed Heart
1034      595     1     
Romance
Salah satu cerita dari The Broken Series. Ini tentang Salsa yang jatuh cinta pada Bara. Ini tentang Dilla yang tidak menyukai Bara. Bara yang selalu mengejar Salsa. Bara yang selalu ingin memiliki Salsa. Namun, Salsa takut, ia takut memilih jalan yang salah. Cintanya atau kakaknya?
Kejutan
443      237     3     
Short Story
Cerita ini didedikasikan untuk lomba tinlit x loka media