Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cerita Cinta anak magang
MENU
About Us  

Hari ini adalah hari pertama mereka magang di hotel sangga buana. sebelum itu, mereka sempat berbicara pada Seorang resepsionis mengenai  tujuan kedatangan nya,dan mereka pun di suruh untuk menunggu nya di lobi. tak lama mereka menunggu, terlihat pria paruh baya, umurnya sekitar 35 tahun terlihat berjalan ke arahnya. mereka berempat pun segera berdiri sambil mengucap kalimat selamat pagi

"Selamat pagi pak." ucap, keempatnya kompak.

"Pagi, silahkan duduk."mereka berempat pun duduk sesuai yang di perintahkan oleh Pak Arif.

"Kalian dari jakarta kan?" Tanya, pria paruh baya itu, lagi.

"Betul Pak." jawab Iqsan, sementara yang lain hanya mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. berusaha ramah di tengah kegugupan.

"Oke, sebelum itu kalian sudah dapat tempat tinggal?"

"Kami kost Pak, di belakang istana presiden." jawab Reski.

"Berempat?"

"Kalau Rival engga Pak, katanya, Rival masih ada sodaranya, di sini." Lanjut Reski.

Pak Arif, mengangguk paham. lalu menoleh ke belakang. tatapannya tertuju pada salah satu supervisor F&b service yang bernama pak Ija, atau sering di panggil Jek.

"Jek." Pria itu pun menghampiri nya dengan gagah.

"Iya Mas?"

"Mereka teh mahasiswa dari Jakarta, sekarang teh, maranehna magang Didie, tolong pang ajarkeun nya?" ke empat orang itu,  menatapnya bingung. mereka semua terlihat kurang paham berbicara bahasa Sunda. Begitu juga dengan Rival, meskipun keluarga nya asli orang Sunda, tapi dia lahir di Jakarta. Jadi, belum terbiasa memakai bahasa sunda. Mungkin, kalau mendengar itu sudah jadi hal biasa.

"Siap bos."

"Nah kenalin, ini namanya Pak ija, biasa di panggil jek, mereka supervisor kalian sekarang." Mereka berempat pun mengangguk sambil tersenyum tipis. "Sekarang, kalian boleh ikut pak Ija." lanjutnya.

"Sok ajar keun nya, jek," pak Ija, mengangguk." Saya tinggal dulu ya." Pak Arif, segera berpamitan, lalu melangkahkan kaki menuju ruangannya.

"Kalian berempat teh bisa ikut saya sekarang." Mereka pun berjalan ke salah satu ruangan. duduk di kursi yang sudah tersedia di sana.

Pak Ija, mengeluarkan sebuah buku catatan dari dalam laci. "Saha ngaran maneh?" ucapnya.

Ke empatnya terdiam, Pak ija yang mulai menyadari kalau mereka dari Jakarta menarik ucapannya. "Tulis, nama Lo semua di sini." Pak ija menyuruh mereka berempat untuk menuliskan namanya di buku agenda satu persatu.

"Ribet aing mah kudu ngomong Betawi sagala." guman Pak iza pelan.

Satu persatu dari mereka pun mulai menuliskan namanya di buku. tatapan Pak Ija, tertuju pada karyawan lain yang terlihat menggunakan baju batik."

Fadil." Panggil Pak Ija.

"Iya pak?"

"Ini ada anak magang dari Jakarta, nanti kamu ajarin ya, kalau mereka aneh-aneh langsung bunuh aja."

Mereka berempat yang mendengar itu sontak kaget. ke empat nya, terlihat menelan ludah bersamaan. ternyata supervisor itu lumayan cukup tegas dan sangat mengerikan.

"Baik pak."

"Tuh, sekarang teh kalian ikutin A Fadil, awas di sini jangan macam-macam." Pak, Ija menatap ke empatnya dengan tatapan tajam, jujur, mereka yang melihat itu menatap ngeri.

Dari situ, mereka mulai belajar sebutan nama-nama barang yang ada di hotel. dari mulai, Plat, spook, spoon, dan masih banyak lagi..

•••••

Setelah semua kerjaan nya sudah pada Beres, Mereka berempat terlihat sedang beristirahat di dapur. menikmati sebatang rokok yang mereka isap di bibir.

"Suruh siapa duduk di sini?"Mereka berempat tersentak kaget. ke empat nya langsung berdiri dengan wajah terlihat pucat dan tegang. tiba-tiba saja, Pak Ija muncul di belakangnya tanpa ada angin atau hujan.

"Maaf Pak."

"Ikut saya."

ke empat nya mengangguk, berjalan nunduk menghampiri Pak Ija, satu persatu. 

Terlihat dari dekat, Pak Ija, mengajaknya untuk berkumpul dengan dua perempuan yang tak lain adalah Gia dan Lani, yang merupakan siswa SMK yang sedang melakukan PKL di sana.

"Nah di sini atuh istirahat nya. kenalan sama yang lain."

Iqsan dan Akbar tersenyum tipis pada dua perempuan itu. sementara, Reski dan Rival, terlihat diam dengan tatapan dingin. mereka berdua memang memiliki sifat yang sama. dingin.

"Mereka baru Pak?" tanya Gia, bocah dengan tubuh berukuran mini seperti botol Yakult itu menatapnya penasaran.

"Tanya aja sama mereka." 

"Ih si bapak, ngeselin ih."

Iqsan, berjalan menghampiri Gia. lalu mengulurkan tangannya." Kenalin, Gue Iqsan, dari Jakarta."

Gia meraih tanganya." Gia, awas ya bukan gea, biasanya orang-orang di sini suka salah nyebut." Gia sedikit memberi peringatan. 

Iqsan yang mendengar itu terkekeh pelan. lalu setelah itu mengajak Lani untuk berkenalan. Perempuan di sebelah Gia.

" Kalau lo?"

"Lani." Lani mengangkat kedua tangannya di atas dada. Berusaha untuk tidak menyentuh tangan cowok di depannya. Pasalnya, Lani paling anti untuk bersentuhan dengan lawan jenis, seperti yang di sarankan oleh agamanya.

"Rani apa Lani?"

"Pake L bukan pake R."

"Iya iya hehe."

Akbar langsung menarik Iqsan ke belakang. sekarang giliran nya untuk maju.

"Emang Lo doang yang pengen kenalan? Gue juga mau lah." ucapnya pada Iqsan sedikit sewot." Kenalin, gue Akbar, lo berdua bisa manggil gue sayang." celetuk Akbar bercanda, cowok itu memang tidak pernah serius. 

Gia yang mendengar itu terkekeh pelan. sementara Lani? cewek itu memutar bola matanya malas.

"Kalau Gue manggil Lo pak suami boleh?" 

Akbar yang mendengar itu langsung meleleh. tubuhnya mundur ke belakang menabrak tembok.

"Ini Gue salting?"

Mereka yang mendengar itu tertawa keras. termasuk Pak ija yang melihat tingkah mereka semua. Lucu, dan menggemaskan.

"Enggak, ada yang mau kenalan lagi nih?" tanya Lani, tatapannya tertuju pada Rival dan Reski.

Reski langsung menatapnya dingin. begitu juga dengan Rival. suasana pun kembali hening. Lani yang merasa, ucapannya tidak ada yang merespon, menunduk malu.

***

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • reski

    Btw ini kisah nyata gaesssss🔥

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags