Hal yang sangat aku sukai setelah tinggal bersama Pria Berwajah Kecil adalah perayaan ulang tahun. Aku tidak menyangka jika setiap tahunnya, ketika kami para hewan peliharaannya berulang tahun, dia akan merayakannya, seolah sedang merayakan ulang tahun anaknya. Kami semua di pakaikan topi ulang tahun, rumah juga didekorasi sedemikian rupa, dan tidak ketinggalan kue ulang tahun juga disediakan. Tentunya kue itu aman di makan bagi kami semua.
Perayaan ulang tahun yang paling berkesan untukku adalah, saat usiaku mencapai enambelas tahun, tepat satu tahun lalu. Pada saat itu, perayaan ulangtahunku di adakan cukup meriah, bahkan Pria Berwajah Kecil mengundang teman-temannya yang juga memiliki hewan peliharaan. Karena perayaan ulangtahunku yang sangat meriah, anak-anak Gunner-Gracie sedikit iri, mereka merengek meminta agar di hari ulangtahunnya pesta meriah juga diadakan.
Aku bersyukur sekali karena usiaku bisa bertahan hingga angka enambelas, bahkan tidak lama lagi usiaku mencapai tujuhbelas tahun. Jika aku boleh berharap, aku ingin berusia lebih lama lagi agar bisa melihat keturunan Pria Berwajah Kecil semakin bertambah, dan aku juga ingin melihat keturunan-keturunan dari anak-anaknya Gunner-Gracie, Luna-Leo.
Namun, kurasa hal itu tidak akan terjadi. Saat ini kondisi kesehatanku semakin menurun, bahkan penglihatanku juga sudah mulai kabur. Tubuhku sudah tidak lagi lincah seperti saat aku muda. Keseharianku hanya aku habiskan dengan berbaring saja, terkadang berbagi cerita dengan anak-anak Gunner-Gracie dan Luna-Leo. Cerita yang aku sampaikan kebanyakan adalah kisah hidupku, di mulai saat aku masih tinggal bersama Nona Rambut Ikal, hingga akhirnya tinggal bersama Pria Berwajah Kecil.
“Walaupun aku sudah mendnegar ratusan kali kisahmu, tetapi aku sama sekali tidak bosa, Molly,” ujar Eva, anak kelima Gunner-Gracie.
Aku tersenyum mendengar ucapan Eva yang tubuhnya sudah menjadi lebih besar dariku, walaupun dia masih tergolong anak-anak. “Tetapi aku yang bosan karena kalian terus memintaku menceritakan kisah itu.”
“Oh ayo lah Molly, kau jangan merasa bosan karena harus menceritakan kisahmu berulang kali,” pinta Lucien. Dia anak kedua dari Leo-Luna.
“Besok, aku ingin mendengar ceritamu itu lagi ya,” mohon Izzy, dia anak bungsu Gunner-Gracie.
Permohonannya itu membuat seluruh saudaranya, bahkan seluruh anak Leo-Luna langsung memasang wajah memelas.
Aku terkekeh melihat wajah-wajah manis dari anak-anak anjing dan kucing itu. “Baiklah. Besok aku akan menceritakan kisahku lagi.”
“Nah untuk sekarang, kalian harus pergi tidur anak-anak.”
Suara Gracie yang muncul membuat semua anaknya mengeluh, mereka masih belum ingin tidur sepertinya.
“Bibi Gracie benar, ini sudah malam anak-anak, saatnya untuk tidur. Dan biarkan Molly juga beristirahat.”
“Sebentar lagi ya ibu, kami mohon.”
Anak-anak itu merengek pada ibunya masing-masing. Aku yang melihatnya hanya dapat tersenyum saja. “Ayo dengarkan perkataan ibu kalian.” Ucapanku itu membuat anak-anak menoleh padaku. “Ini sudah larut. Waktunya untuk tidur. Tidak baik jika anak-anak tidur larut malam.”
“Nah! Dengarkan itu,” ujar Gracie setuju dengan ucapanku. “Ayo pergi tidur semuanya.”
Walaupun mereka terlihat berat hati untuk pergi tidur, mereka tetap pergi ke tempat tidur mereka masing-masing setelah berpamitan denganku. Aku juga segera tidur setelah berpamitan dengan Gracie dan Luna. Malam ini aku memilih tidur di sudut ruangan, bukan di tempat tidurku yang biasa. Entah kenapa saat ini aku ingin sedikit menjauh dari semuanya.
“Semuanya, selamat malam. Sampai jumpa lagi,” gumamku sebelum akhirnya terlelap dalam tidurku.
~”~
Epilog
“Molly!”
Kedua mataku terbuka setelah mendengar suara yang tidak asing bagi telingaku. Senyuman tersungging saat aku melihat sosok yang tidak asing, yang berada tidak jauh dari tempatku berada. Aku tidak tahu keberadaanku saat ini, namun yang jelas tempat itu seperti sebuah taman indah dengan jembatan cantik berwarna pelangi. Di atas jembatan tersebut aku melihat ibuku dan juga saudara-saudaraku yang lain.
Aku sangat gembira melihat keberadaan ibu dan saudara-saudaraku, karena itu aku langsung berlari menghampiri mereka semua. Mereka menyambutku dengan gembira, ibuku bahkan menciumiku, tanda jika dia sangat merindukanku.
“Molly, ibu senang karena kita bisa bertemu lagi,” ujar ibuku.
“Benar, aku juga sangat senang bisa bertemu denganmu lagi,” ujar salah satu saudaraku.
“Kami sudah menunggu cukup lama kedatanganmu.”
“Kalian sudah lama menungguku?” tanyaku yang hanya dijawab dengan anggukkan kepala mereka.
“Karena kita sudah berkumpul lagi, bagaimana jika kita pergi?”
“Pergi? Ke mana?” tanyaku.
“Tentu saja ke ujung jembatan pelangi ini! Ada tempat yang indah di sana,” jawab ibuku.
“Tentu! Ayo kita pergi!”