Ketika aku mulai bertemu dengan Gunner, lalu disusul Luna dan terakhir Pedro, aku sudah tidak terlalu memikirkan keadaan Nona Rambut Ikal, bahkan merindukannya juga tidak. Berpetualangan di kota dengan tiga teman baruku itu benar-benar menyenangkan dan aku sangat nyaman bersama mereka. Walaupun sifat mereka berbeda-beda, tetapi selama kami bersama tidak ada yang namanya pertengkaran hebat. Hanya pertengkaran kecil, lalu selanjutnya kami akan menyelesaikannya dan saling meminta maaf.
Tetapi ketika musim dingin kembali tiba di tahun itu, suasana hatiku yang selalu riang sejak bersama dengan mereka seketika berubah. Aku juga kembali teringat dengan Nona Rambut Ikal. Aku memikirkan bagaimana kondisi dia, apakah dia sehat, dan lain sebagainya.
Gunner, Luna, dan Pedro jelas mencemaskan perubahan sikapku yang cukup drastis itu. Mereka mencoba mencari tahu kenapa aku terlihat bersedih. Aku akhirnya memberitahu apa yang aku rasakan selama awal musim dingin itu. Mereka bertiga mendengarkan curahan hatiku dengan baik.
Lalu Luna berkomentar setelah aku selesai bercerita, “Sudah, lupakan saja manusia yang menginginkan kematianmu. Dia tidak layak untuk diingat-ingat lagi, Molly.”
Gunner yang lebih lama bersamaku bertanya, “Kemarin-kemarin ini kau sudah tidak lagi teringat padanya, lalu kenapa sekarang tiba-tiba kau teringat padanya?”
Aku menghela napas lalu menjawab, “Mungkin karena musim dingin sudah tiba, jadi aku kembali teringat dengannya.”
“Sepertinya musim dingin adalah musim yang paling berkesan untukmu ketika bersama dengan pemilikmu itu, ya?” tebak Pedro yang kujawab dengan anggukkan kepalaku.
“Setiap musim dingin aku, Nona Rambut Ikal, dan juga Pria Berjanggut pasti akan selalu menghabiskan waktu bersama.”
“Siapa Pria Berjanggut?” Mereka bertiga bertanya bersamaan.
“Dia mantan kekasih Nona Rambut Ikal,” jawabku.
“Apa yang biasa kalian lakukan di saat musim dingin memangnya?” tanya Pedro.
“Biasanya kami akan menonton film bersama di rumah atau menonton serial drama. Terkadang mereka juga memanggang daging. Dan yang paling aku suka adalah ketika mereka memasang pohon natal.”
“Sungguh menyenangkan,” komentar Pedro. “Kalian tahu? Kalian semua cukup beruntung dari pada diriku.”
“Kau sudah siap menceritakan kisahmu, Bung?” tanya Gunner.
Sejak kami bertemu dengan Pedro, dia memang belum menceritakan keseluruhan kisah hidupnya. Dia baru menceritakan jika dia dan dua saudaranya yang sudah tiada itu hidup di jalanan sejak dua tahun yang lalu. Dia tidak memberitahu kami kenapa dia bisa berakhir di jalanan.
“Aku rasa begitu,” jawab Pedro.
Aku, Gunner, dan Luna segera mengambil posisi duduk yang nyaman untuk mendengarkan cerita dari Pedro. Kami semua sangat penasaran.
“Aku dan dua saudaraku merupakan anjing yang selalu digunakan untuk berburu,” jelas Pedro yang membuat kami bertiga terkejut. “Sudah banyak kelinci, rusa, dan hewan-hewan lain yang kami tangkap dengan mulut kami ini. Karena hanya dianggap sebagai anjing pemburu saja, pemilik kami tidak memperlakukan kami sebagai anjing peliharaan.
“Dia memberi kami makanan satu mangkuk besar untuk sepuluh anjing. Bayangkan, anjing dengan tubuh yang besar-besar itu berlomba-lomba mendapatkan makanan di mangkuk yang sama. Terkadang aku dan saudaraku itu tidak mendapatkan makanan. Kami bahkan pernah tidak makan selama tiga hari karena tidak mendapatkan bagian makanan.”
“Oh Pedro, malang sekali nasibmu dan saudara-saudaramu,” komentar Luna dengan memasang wajah sedih.
“Lalu apa yang terjadi selanjutnya, kenapa kau dan dua saudaramu itu berakhir di jalanan?” tanyaku.
“Suatu hari. Itu adalah musim panas, pemilik kami pergi berburu. Lalu satu ekor anjing tanpa sengaja justru memakan hidup-hidup hasil buruannya, sebab anjing itu sudah sangat kelaparan. Melihat buruannya di makan oleh anjingnya, pemilik kami marah besar. Dia memukilinya sampai akhirnya dia mati.
“Setelah melihat kejadian itu saudara-saudaraku ketakutan. Akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan rumah. Aku takut suatu hari pemilik kami itu juga memukuli aku atau saudara-saudaraku sampai mati. Jadi kami pergi saat malam hari untuk menyelamatkan diri. Begitu kisahku, tidak ada hal indah yang bisa aku ingat selama aku tinggal dengan pemilikku itu. Dan tidak tahunya, setelah tinggal di jalananpun hidupku tetap tidak indah dan aku harus berpisah dengan saudara-saudaraku itu.”
Tidak ada yang berkomentar setelah Pedro menyelesaikan kisahnya yang sangat menyedihkan. Aku, Gunner, dan bahkan Luna juga cukup beruntung karena pemilik kami tidak ada yang memukuli kami. Lalu kami bertiga menghampiri Pedro dan memberikan kekuatan kepadanya. Luna bahkan menangis karena sangat sedih setelah mendengar kisah Pedro.
“Setelah ini, kami berjanji akan membuat kenangan indah bersama denganmu, Pedro,” ujarku.
“Sejak aku bergabung dengan kalian, aku sudah mendapatkan kenangan indah,” ujar Pedro ceria.
“Benarkah?” tanya Luna. “Kalau begitu, ayo kita lebih sering membuat kenangan indah bersama.”
“Tentu saja!”
“Hei Molly, apa suasana hatimu sudah membaik?” tanya Gunner tiba-tiba.
“Ya, aku rasa suasana hatiku sudah sedikit lebih baik,” jawabku.
“Kalau begitu, bagaimana jika kita berlarian bersama? Siapa tahu dengan begitu suasana hatimu yang suram belakangan ini kembali menjadi ceria?” saran Gunner,
“Itu ide yang bagus!” sahut Pedro bersemangat dan disetujui juga dengan Luna.
Selanjutnya kami berempat benar-benar pergi berlarian bersama di kota. Suasana hatiku perlahan mulai kembali lagi. Saat-saat itu adalah waktu yang menyenangkan bagiku. Berlarian bersama dengan teman-teman tanpa memikirkan apapun. Lalu ketika kami semua asyik berlarian, Gunner tiba-tiba saja berhenti dan membuat aku, Luna, dan Pedro ikut berhenti juga.
“Ada apa, Sobat?” tanya Pedro.
“Aku menemukan pemilikku,” jawab Gunner dengan tatapan matanya tertuju pada seorang pria yang sedang duduk santai disebuh café. “Di depan café itu, dia pemilikku yang aku cari selama ini!”
Gunner tidak dapat menyembunyikan rasa senangnya itu, sehingga dia segera berlari begitu saja untuk menghampiri pemiliknya. Kami bertiga sempat meminta dia untuk berhati-hati, tetapi dia tidak mendengarkan. Anjing German Shepherd itu berlari cepat menyebrangi jalanan sambil terus memanggil pemiliknya.
Rupanya, panggilan Gunner---yang didengar manusia seperti gonggongan---berhasil mengalihkan atensi dari pemiliknya. Pria itu terlihat terkejut melihat keberadaan Gunner yang sedang menyebrangi jalan itu. Tidak hanya raut terkejut saja yang aku lihat di wajah pria berwajah kecil itu, tetapi aku melihat raut bahagia di sana. Sepertinya pemilik Gunner tidak membuangnya seperti apa yang sempat aku pikirkan.
Pertemuan antara Gunner dan pemiliknya itu sungguh sangat mengharukan. Gunner pada akhirnya bisa kembali ke dalam pelukan sang pemilik. Pria itu bahkan berkata, “Gunner maaf karena dulu aku terlalu lama meninggalkanmu. Kau pasti sangat khawatir karena aku tidak kunjung kembali. Maafkan aku, Sobat!”
“Hei Molly,” panggil Pedro.
Aku, Luna, dan Pedro masih berada di sisi lain dari Gunner dan pemiliknya. Kami memperhatikan kebahagiaan itu dari kejauhan.
“Ada apa?” tanyaku tanpa mengalihkan atensiku.
“Rasanya aku tidak tega jika tiba-tiba kita bergabung bersama dengan Gunner dan pemiliknya itu,” jawab Pedro.
“Aku juga sama,” jawab Luna. “Apalagi aku seekor kucing. Aku takut pemilik Gunner tidak akan menerimaku.”
“Kalian benar,” jawabku. “Walaupun awalnya aku merasa senang jika Gunner akan membawaku bersamanya saat sudah bertemu dengan pemiliknya. Tetapi setelah melihat langsung pertemuan yang mengharukan itu, aku rasa sebaiknya kita tidak mengganggu mereka.”
“Haruskah kita pergi ke Care Centers saja?” tanya Pedro. “Aku dengar di sana kita akan mendapatkan makanan, tempat tinggal, dan bahkan mereka membuka adopsi.”
“Itu ide yang bagus!” setuju Luna. “Molly, ayo kita pergi ke sana saja. Setidaknya di sana kita akan merasa aman.”
Aku tidak segera menjawab apa yang disampaikan Pedro dan juga Luna. Tinggal di Care Centers? Sepertinya itu memang bukan ide yang buruk. Usiaku sudah tua, jika tidak ada yang mengadopsiku, saat aku mati, aku berada di tempat yang aman dan manusia-manusia di sana pasti akan memakamkanku dengan layak.
“Baiklah. Kita pergi ke sana!” jawabku.
“Kalau begitu, sebelum Gunner melihat, lebih baik kita pergi,” usul Pedro.
Tetapi sayangnya, Gunner justru melihat kami yang hendak pergi. Dia bersama dengan pemiliknya mendekati kami dan selanjutnya dia berkata, “Ayo pulang bersamaku.”