Keberadaan para pemburu ternyata memang benar. Aku, Luna, dan Gunner pernah melihat keberadaan mereka saat membawa seekor anjing yang berkeliaran di kota. Itu terjadi sekitar dua minggu setelah kami mengetahui kabar tersebut.
Sungguh memilukan melihat anjing itu di bawa masuk secara paksa oleh mereka. Anjing itu terus berteriak meminta pertolongan, tetapi tidak ada yang menolongnya hingga akhirnya dia di masukkan ke dalam truk tertutup. Para pemburu jahat itu melakukan aksinya di malam hari, pantas saja saat siang hari mereka tidak terlihat.
Lalu dengan gilanya, Gunner mengatakan dia akan pergi ke tempat tujuan orang-orang itu. Dia ingin membebaskan anjing-anjing yang sudah tertangkap oleh mereka.
“Aku sama sekali tidak setuju!” seruku.
“Aku juga! Tubuhmu memang besar dan kau berpenampilan garang, tetapi kau jangan melakukan tindakan bodoh seperti itu, Gunner,” ujar Luna.
“Tetapi, aku tidak bisa untuk tetap diam saja setelah melihat apa yang terjadi pada kawan-kawan kita,” jawab Gunner. “Karena itu, aku akan menolong mereka semua.”
“Kalau begitu aku akan ikut denganmu!” ujarku.
“Tidak! Kalian tidak perlu ikut!” seru Gunner. “Ini sangat berbahaya. Lebih baik---”
“Jika berbahaya, bukankah seharusnya kau juga tidak pergi, Gunner?” tanya Luna memotong ucapan Gunner.
Gunner terdiam, mungkin sedang memikirkan ucapan dari Luna. Dia hendak membuka mulutnya lagi untuk berkomentar, tetapi sialnya kami bertiga tertangkap basah oleh para pemburu itu. Pada akhirnya kami bertiga dibawa oleh mereka.
Di dalam truk itu ada sekitar belasan kendang yang sudah terisi oleh anjing-anjing yang bersedih dengan nasib sial mereka. Aku, Luna, dan Gunner di masukkan ke dalam kandang yang sama karena hanya kendang itu yang kosong.
“Sungguh sial nasib kalian,” ujar seekor anjing berwarna cokelat di kandang sebelah kami.
“Bukankah kau juga bernasib sial, Bung?” tanya Gunner yang disetujui anjing cokelat itu.
“Ya kau memang benar. Kita semua bernasib sial,” jawab anjing tersebut. “Omong-omong, namaku Pedro. Siapa nama kalian?”
Sungguh tak terduga, disaat kami semua berada di waktu yang gawat, anjing cokleat itu justru mengajak kami berkenalan. Tetapi, kami bertiga tetap memberitahu nama kami masing-masing.
“Dua saudaraku tertangkap sebelum ini,” cerita Pedro setelah kami selesai berkenalan satu sama lain. “Sekarang mereka pasti sudah tidak bernyawa, karena kejadiannya sudah sangat lama.”
“Sudah sangat lama? Jadi maksudmu para pemburu ini sudah beraksi sejak lama?” tanyaku yang penasaran.
“Ya, sejak dua tahun lalu. Tetapi tahun lalu mereka berhenti beraksi, tidak tahunya sekarang mereka kembali lagi,” jawab Pedro. “Sekarang aku akan mengikuti dua saudaraku itu.”
“Tidak,” sahut Gunner. “Kita semua tidak akan berakhir di atas piring para manusia! Aku akan menyelamatkan kalian semua!”
“Woah, Bung. Kau adalah pahlawan,” ujar Pedro. Jika dia manusia, mungkin dia akan bertepuk tangan heboh. “Lalu, bagaimana cara kau menyelamatkan kami, Bung?”
“Mudah saja,” jawab Gunner.
Dia lalu membuka kunci dari kandang kami semua dengan mudahnya. Selain baik, dia ternyata anjing yang pintar. Kami bertiga sungguh takjub melihat apa yang dilakukan Gunner.
“Saat mobil ini berhenti, kita akan keluar, mengerti?”
Seluruh anjing yang ada, juga dengan Luna yang menjadi satu-satunya kucing di dalam sana, mengangguk tanda mengerti dengan apa yang dikatakan Gunner.
“Ternyata, kau pintar dalam membuka pintu kandang, Gunner,” puji Luna. “Pantas saja kau percaya diri ketika mengatakan akan menolong mereka semua.”
“Pemilikku yang mengajariku,” jawab Gunner. “Sekarang aku meminta kalian semua untuk tetap tenang. Ketika truk ini berhenti, kita akan keluar satu per satu tanpa bersuara, mengerti?”
Kami semua menjawab dengan kompak intruksi Gunner. Lebih lanjut dia memberitahu siapa yang duluan keluar dan dia mengatakan akan yang terakhir keluar dari truk tersebut. Selagi menunggu sampai truk yang kami naiki berhenti, kami semua berbincang bersama, saling berbagi kekuatan satu sama lain, dan juga saling berbagi keyakinan jika kami semua bisa selamat dari para pemburu jahat itu.
Setelah melewati perjalanan yang kurasa cukup jauh, truk itu berhenti. Gunner tidak langsung menyuruh kami keluar, dia melihat situasi dan lokasi keberadaan truk. Rupanya saat itu kami masih berada di tengah jalan, yang artinya truk mungkin berhenti sebab lampu merah. Setelah memastikan semua aman, dia mulai mengarahkan kami untuk keluar dimulai dari anjing yang besar, seperti Pedro, lalu disusul dengan anjing kecil lainnya.
Semua anjing berhasil keluar dari truk, lalu hanya tersisa Gunner di dalam sana. Ketika dia hendak melompat turun, kendaraan itu kembali bergerak membuat tubuh Gunner terhuyung. Aku jelas panik bukan main dan ketakutan jika sampai dia tidak dapat keluar dari truk itu.
Seandainya truk itu melaju dengan kecepatan sedang, mungkin Gunner bisa melompat turun. Masalahnya truk itu justru melaju dengan kecepatan cukup tinggi, bahkan saat kami semua masih berada di dalam sana juga supir truk melajukan kendaraannya dengan cepat.
Aku yang tidak mau sampai berpisah dengan Gunner, memutuskan untuk menyuruh anjing-anjing itu pergi ke tempat aman. Sementara aku akan mengejar truk itu. Semua anjing menuruti perintahku, tetapi tidak dengan Pedro.
“Aku akan menemanimu,” ujar Pedro.
“Aku juga,” ujar Luna juga.
“Baiklah, ayo kita selamatkan Gunner,” jawabku.
Kami bertiga berlari di tengah jalan untuk menyelamatkan Gunner. Selama berlari, aku terus berharap di dalam hatiku agar Gunner juga bisa keluar dari truk itu. Aku benar-benar tidak mau harus berpisah dari Gunner dengan cara seperti ini.
Dan harapanku terwujud!
Gunner berhasil melarikan diri dari truk tersebut. Dia berlari dengan cepat ke arah kami bertiga yang memilih berhenti berlari. Air mataku tidak bisa aku tahan, jadi aku menangis karena Gunner berhasil keluar dari truk tersebut.
“Kenapa kalian ke sini?” tanya Gunner setelah dia berada di hadapan kami.
“Dia takut kau tidak bisa keluar dari truk itu, jadi kami menyusulmu,” jawab Pedro. “Tetapi, untung saja kau berhasil selamat, Bung.”
“Mobil itu kembali berhenti karena lampu merah, jadi aku segera keluar dari sana,” jelas Gunner. “Sekarang ayo kita segera pergi dari sini.”
“Pedro, apa kau akan bergabung dengan kami?” tanya Luna sambil menatap anjing berbulu pendek itu.
“Kalian memiliki tempat tujuan, memangnya?” tanya Pedro.
“Tidak ada, kami hanya berkelana sambil mencari keberadaan pemilik dari Gunner,” jawabku.
“Lalu, jika dia sudah menemukan pemiliknya, apa yang akan terjadi?”
“Aku akan meminta pemilikku untuk membawa kalian pulang juga,” jawab Gunner.
“Benarkah itu?” Pedro terlihat bersemangat. “Kalau begitu aku akan ikut dengan kalian!”
“Keputusan yang bagus, Pedro!”
“Ayo kita segera pergi dari sini,” ajak Luna.
Tidak lama setelah kami semua berhasil melarikan diri dari pemburu itu, orang-orang jahat tersebut akhirnya berhasil diamankan oleh pihak berwajib. Mereka semua ternyata memang bukan warga Amerika, yang datang untuk membawa anjing atau kucing terlantar. Senang rasanya ketika mendengar kabar para penjahat itu berhasil ditangkap dan mendapatkan hukuman.