Suatu malam, ketika aku sedang mencari makan malamku di belakang sebuah restoran makanan Asia, aku justru mengalami hal yang sungguh tidak terduga! Anjing bertubuh kecil ini dihadang oleh beberapa ekor kucing liar yang terlihat garang.
Penampilan mereka seperti para gangster manusia yang hendak menghabisi nyawaku. Sungguh menakutkan melihat kehadiran dari kucing-kucing itu. Saat aku berpikir untuk memilih meninggalkan tempat tersebut, rupanya di belakangku sudah ada kawan dari kucing-kucing di hadapanku yang sudah menutup jalan keluarku.
Aku benar-benar terjebak di antara kucing-kucing itu.
“Hei, apa yang sedang kau lakukan di kawasan kami, hah?” tanya kucing yang aku pikir sebagai pemimpinnya, sebab dia berdiri di tengah-tengah.
“A-aku sedang mencari makan,” jawabku dengan suara bergemetar. Aku benar-benar ketakutan dan mungkin saja aku bisa buang air kecil karena terlalu takut.
“Mencari makan? Kau tidak bisa mendapatkannya di sini!” seru kucing bertubuh gemuk.
“Benar! Ini adalah kawasan dari para kucing, jadi anjing manja sepertimu tidak boleh mencari makan di sini!” tambah kucing dengan loreng berwarna abu.
“Jadi, lebih baik kau pergi saja dari sini sebelum kami semua menyerangmu, Anjing manis,” ancam si pemimpin kucing itu.
“Benar, pergilah dan cari makanan di tempat lain. Jangan mencari makan di sini!”
“Hei, kata siapa tempat ini milik kalian?”
Semua kucing, begitu juga dengan diriku, terkejut mendengar suara berat yang muncul tepat di belakangku. Kucing-kucing yang sebelumnya berkumpul mengelilingiku sudah menyingkir dan membiarkan si pemilik suara berat untuk lewat.
Dia adalah seekor anjing dari ras German Sheperd, bulunya berwarna cokelat dan hitam. Sebelah matanya tertutup dan ada luka juga di sana, mungkin dia mengalami kecelakaan sehingga matanya menjadi seperti itu.
“Oh hai Gunner! Sudah lama tidak terlihat, bagaimana kabarmu, Sobat?”
Pemimpin dari kelompok kucing itu berubah menjadi ciut ketika melihat kemunculan anjing bernama Gunner itu.
“Ya kabarku baik,” jawab Gunner seraya mendekati kucing yang dipanggil Kucing Kecil itu. “Jadi, apa kau sedang bermain sebagai gangster lagi, hah?” Dia meletakkan sebelah kaki depannya di atas kepala Kucing Kecil. “Kupikir kau sudah berjanji padaku tidak akan bermain itu lagi.”
Kucing Kecil tertawa, tetapi aku tahu jika tawanya sangat dibuat-buat. Lalu dia menjawab, “Tentu saja tidak! Aku kucing yang selalu menepati janji. Tadi kami hanya ingin menyapa anjing kecil ini saja. Bukan begitu, Anjing manis?”
Aku tidak segera menjawab pertanyaan dari Kucing Kecil, yang memberikan kode agar aku menyetujui apa yang sudah dia katakan sebelumnya. Sangat menyebalkan sekali kucing itu. Aku yakin usiamu lebih muda dariku, batinku.
“Lupakan saja,” sahut Gunner sebab aku tak kunjung memberikan jawaban. “Kalian pergilah dari sini, sebelum aku menggigit kalian satu per satu.”
Mendapatkan ancaman seperti itu, para kucing segera melarikan diri, termasuk dengan Kucing Kecil yang berlari pertama kali meninggalkan rekan-rekannya. Melihat kucing-kucing itu berlari terbirit-birit membuatku ingin tertawa, sebab cara mereka berlari mirip dengan kartun kucing yang pernah aku tonton.
“Terima kasih karena sudah menolongku,” ucapku setelah semua kucing menghilang.
“Tidak perlu berterima kasih, Anjing Kecil. Sebuah kewajiban untuk membantu sesama,” jawab Gunner lalu memilih meninggalkanku.
Secara alami, keempat kaki kecilku ini justru mengikuti anjing besar di depanku. Aku berpikir mungkin Gunner bisa memberitahu tempat dimana aku bisa mendapatkan makan malam.
Langkah besar kaki Gunner berhenti, itu juga membuatku ikut berhenti. Dia berbalik dan bertanya padaku, “Kenapa kau mengikutiku?”
“Itu … apa kau tahu di mana aku bisa mendapatkan makanan?” tanyaku. “Perutku sudah sangat kelaparan.”
Dia tidak memberikan jawaban padaku, tetapi dia justru berjalan meninggalkanku yang tetap diam di tempat dan menatap kepergiannya.
“Sebelumnya dia bilang sebuah kewajiban menolong sesama, tapi kenapa sekarang dia tidak menolongku? Anjing jahat.”