Selama sepuluh hari menjalani hukuman dari Nona Rambut Ikal, aku masih tetap bisa bersyukur. Sebab Nona Rambut Ikal setiap pagi dan malam akan keluar untuk memberiku makan dan mengisi ulang tempat minumku.
Sungguh, aku tidak pernah menduga jika Nona Rambut Ikal masih tetap memberiku makan dan minum. Padahal awalnya aku merasa cemas kalau-kalau dia akan membiarkanku mati karena kelaparan dan dehidrasi. Tetapi untungnya semua pikiran menyeramkan itu tidak terjadi.
Awalnya memang seperti itu.
Tetapi di hari kesebelas, pada pagi hari yang cerah di musim panas, Nona Rambut Ikal tidak keluar untuk memberiku makan dan mengisi ulang air minumku. Aku berpikir, mungkin saja dia lupa untuk melakukannya karena terlalu sibuk dengan urusannya. Juga, aku berharap saat malam nanti Nona Rambut Ikal akan keluar untuk memberiku makan malamku.
Ternyata di malam hari juga dia tidak keluar untuk memberiku makan, padahal saat itu aku sudah mulai merasa lapar dan juga semakin kehausan. Saat itu rasanya aku ingin mencakar pintu untuk memberitahu jika aku ingin makan dan minum. Namun ketika aku teringat akan larangan yang disampaikan Nona Rambut Ikal mengenai mencakar pintu, pada akhirnya aku mengubur dalam-dalam rencana tersebut.
Kalau boleh jujur, rasa lapar masih sedikit bisa aku atasi. Tetapi tidak dengan rasa hausku. Aku tidak bisa mengatasinya. Untung saja malam itu hujan turun, walaupun tidak deras tetapi aku bisa menikmati air hujan yang turun. Jadi aku menggeser mangkuk minumku dan membiarkannya terisi dengan air hujan, setelahnya aku segera meminum air hujan tersebut.
Aku tidak peduli perutku mungkin akan sakit jika minum air hujan, yang aku pikirkan hanyalah mengatasi rasa hausku itu. Setelah puas membasahi tenggorokanku yang kering, aku memilih untuk tidur.
Hujan di musim panas pada malam itu membuat udara sedikit lebih sejuk dan membuatku tidur dengan nyenyak, sambil berharap besok pagi Nona Rambut Ikal akan keluar dan memberiku makan dan juga minuman.
Sayangnya, hari besoknya juga Nona Rambut Ikal tidak memberiku makan dan minum. Padahal aku tahu dia ada di dalam rumah, berkegiatan seperti biasanya. Tetapi, kenapa dia tidak memberiku makan? Apa mungkin stok makananku sudah habis jadi dia tidak memberiku makan? Pikirku begitu.
Jika memang karena stok makanan yang sudah habis, lalu saat ini mungkin dia sedang membeli makananku secara daring, aku sama sekali tidak mempermasalahkannya. Aku akan berusaha untuk menunggu.
Tetapi ketika aku memikirkannya lebih dalam lagi alasan di balik Nona Rambut Ikal yang tidak memberiku makan dan minum, akhirnya aku tersadar bahwa mungkin saja dia sekarang sudah benar-benar akan membiarkanku mati akibat kelaparan dan dehidrasi.
Memikirkan hal tersebut membuatku menangis sepanjang hari itu. Sayang Nona Snowy tidak mengunjungiku seharian itu, jika dia datang berkunjung pasti aku sudah menceritakan semua hal yang telah terjadi padaku.
Lalu ketika malam kembali menyapa, dan perutku semakin berbunyi tanda lapar, aku justru mencium aroma lezat yang tidak asing bagi hidungku yang kecil dan berwarna cokelat ini. Aku yang sedang berada di dalam rumah kecil hasil karya Pria Berjanggut, segera keluar dan mendapati kepulan asap dari kediaman pemilik Nona Snowy.
Malam itu keluarga dari pemilik Nona Snowy sedang berkumpul untuk berpesta daging panggang. Aroma daging panggang yang lezat semakin membuat perutku berbunyi kencang. Rasanya aku ingin muncul dari balik tembok pembatas, lalu memasang wajah memelas agar mereka mengasihiku dan memberiku sepotong daging.
Aku benar-benar ingin memakan sepotong daging yang enak. Sudah cukup lama aku tidak menikmati daging panggang. Terakhir kali aku menikmati daging panggang itu satu minggu sebelum Nona Pita Merah pindah. Pada waktu itu dia datang ke rumah dengan membawa daging sapi yang lezat. Kami berpesta daging hingga kenyang.
Karena tidak berani muncul dari balik tembok pembatas, pada akhirnya aku memilih masuk ke rumah dengan posisi bokongku membelakangi pintu masuk. Aku memilih posisi tersebut agar aroma daging panggang itu tidak tercium hidungku, tetapi aroma lezat nan menggoda itu tetap saja bisa aku hirup. Menyebalkan.
Di dalam rumah itu aku berharap, “Semoga Nona Snowy datang dengan membawakan sepotong dagingku untukku. Tidak apa-apa hanya potongan kecil juga, yang penting aku bisa mengisi perutku yang berbunyi.”
Dan kalian tahu, setelah berharap seperti itu, Nona Snowy benar-benar datang dan membawa sepotong daging panggang! Bukan dalam ukuran kecil, tetapi itu adalah potongan yang cukup besar! Aku segera keluar dari rumah ketika Nona Snowy memanggilku.
“Nona Snowy!” sapaku riang.
“Cantik, aku membawakan sepotong daging untukmu,” ujar Nona Snowy.
Aku menatap penuh binar potongan daging panggang lezat yang berada di dalam mangkuk makananku. Itu bukanlah satu potongan daging berukuran kecil, tetapi itu adalah satu potongan daging yang cukup besar bagi perutku ini. Air liurku sampai menetes melihat kelezatan yang ada di hadapanku.
“Oh Nona Snowy, kau adalah malaikat penyelamatku!” ujarku senang.
“Kau berlebihan, Sayang,” sahut Nona Snowy.
“Tidak, aku tidak berlebihan. Kau memang malaikat penyelamatku. Sejak kemarin aku belum makan sama sekali, bahkan minum juga aku gunakan air hujan yang semalam turun,” jelasku.
“Astaga, apa pemilikmu tidak memberimu makan dan minum?” Nona Snowy terdengar kesal dan marah setelah mendengar ceritaku itu.
Aku hanya menganggukkan kepalaku.
“Cantik, bukankah ini sudah keterlaluan?” tanyanya. “Dia sepertinya sudah benar-benar tidak peduli lagi padamu!”
“Kurasa dia hanya lupa sebab sibuk dengan pekerjaannya,” ujarku membela Nona Rambut Ikal, walaupun sebenarnya aku juga sempat memikirkan apa yang dikatakan Nona Snowy.
“Oh Molly sayangku, kenapa kau begitu polos sampai berpikir seperti itu?”
“Aku bukan polos!” seruku kesal. “Hanya saja aku masih ingin berpikiran baik tentang Nona Rambut Ikal. Hampir enam tahun lamanya dia merawatku dengan penuh kasih sayang, bagaimana bisa aku berpikiran buruk tentangnya?”
“Hati manusia bisa saja berubah, Sayang. Dan aku rasa hati dari pemilikmu itu juga sudah berubah. Jika tidak berubah, dia tidak akan mungkin mengabaikanmu selama hampir dua tahun ini, bukan?” tanya Nona Snowy.
“Saranku, lebih baik kau segera keluar dari rumah ini sebelum dia membuangmu atau melakukan hal buruk lainnya. Carilah pemilik yang benar-benar tulus dalam merawat dan menyayangimu. Hatimu yang lembut itu akan hancur jika suatu hari nanti dia tiba-tiba melakukan hal yang tidak baik padamu, Sayang.”
“Terima kasih atas saranmu, Nona Snowy. Tetapi aku tidak akan mengikuti saranmu itu. Aku percaya pada Nona Rambut Ikal, dia tidak akan menyakitiku,” jawabku sedikit ketus. “Dan terima kasih untuk daging panggang yang sudah kau berikan ini. Aku akan menikmatinya sekarang.”
“Baiklah kalau begitu, selamat menikmati dagingmu. Aku akan pulang.”