Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dongeng Jam 12 Malam
MENU
About Us  

Malam itu, Andien duduk di meja makan kecilnya sambil memegang undangan dari Dita, sahabat karibnya. Tulisan di atas kertas itu sederhana, tapi angkanya membuat matanya melebar. Arisan: 100 juta per kocokan, kontribusi awal 5 juta per peserta. Jadwal pengundian: 6 bulan sekali, tepat tengah malam.

"Dien, lo harus ikut," kata Dita sehari sebelumnya. "Arisan ini eksklusif. Tante Murni udah mengelolanya selama bertahun-tahun. Semua berjalan lancar, dan hadiahnya besar."

Andien mengerutkan kening. "Tapi 5 juta itu cukup besar, Dit. Gue harus pikirin mateng-mateng karena simpanan gue juga menipis. Dan kenapa juga harus diadakan tiap 6 bulan sekali, tepat tengah malam? Menurut gue agak aneh."

Dita tertawa kecil. "Itu cuma tradisi belaka yang dibuat sama Tante Murni. Enggak ada yang aneh, kok. Lagipula, gue tahu lo lagi butuh uang, kan, buat bayar utang dari bisnis lo? Ini kesempatan sekali seumur hidup, lho. Kalau dapet arisan, lo bakal ngantongin 100 juta, bahkan mungkin lebih kalo Tante Murni menambahkan bonusnya."

Angka itu tentu saja menggoda Andien. Ia sedang terlilit utang akibat bisnis kecilnya yang gagal. Tawaran ini jadi terdengar seperti jawaban atas doanya, meski ada rasa ragu yang menyelip di hatinya. Setelah berpikir panjang, ia pun akhirnya setuju dengan tawaran sahabatnya.

---

Andien tiba di rumah Tante Murni pukul 11 malam, tepat seperti yang disarankan Dita. Rumah itu tua dan besar, terletak di ujung jalan yang gelap. Lampu-lampu temaram menerangi halaman yang dipenuhi pohon-pohon besar, memberikan suasana yang menyeramkan.

"Masuk, Andien," sapa Tante Murni, wanita paruh baya dengan senyuman yang sulit ditebak. Ia memakai kebaya hitam elegan, dengan perhiasan berkilauan di lehernya.

Di dalam, ruangan besar dipenuhi lilin merah yang menyala. Meja bundar dengan 20 kursi mengisi ruang tengah, dan aroma dupa menusuk hidung Andien. Para peserta lainnya—semuanya tampak dari berbagai kalangan usia dan status sosial—sudah duduk dengan ekspresi tegang.

Andien menyerahkan uang kontribusi awalnya sebesar 5 juta rupiah kepada seorang asisten Tante Murni. "Semoga ini bukan keputusan yang salah," gumamnya.

"Kamu anggota baru, ya?" tanya seorang wanita tua yang duduk di samping Andien.

Andien mengangguk sambil tersenyum gugup.

“Kamu beruntung sekali bergabung tepat di saat harus mengocok arisannya,” ujar wanita tua itu lagi.

Tepat pukul 12 malam, Tante Murni memulai. "Baiklah, malam ini kita akan mengundi penerima arisan selanjutnya. Sebelumnya, saya ingin memperkenalkan anggota baru kita. Andien. Andien selamat datang di grup arisan kami, semoga kamu bisa merasakan banyak keuntungan dengan mengikuti arisan kami.”

Andien hanya menjawab dengan senyuman dan anggukan.

“Seperti biasa, ingat aturan kita: tidak ada yang boleh melanggar perjanjian." Tante Murni melanjutkan.

Andien merasa jantungnya berdegup kencang. Apa maksud Tante Murni dengan "perjanjian"?

Tante Murni mulai mengocok kotak kayu tua yang penuh dengan gulungan kertas. Suasana ruangan menjadi sunyi mencekam. Semua mata peserta tertuju pada kotak kayu tua tersebut. Tante Murni menarik satu kertas, membukanya perlahan, dan tersenyum.

"Andien."

Andien terkejut. "Saya?"

"Selamat, Andien," ucap Tante Murni dengan senyum yang terasa dingin. Para peserta lain bertepuk tangan, tapi Andien merasakan perasaan yang bercampur. Antara senang karena mendapatkan 100 juta saat ia baru saja bergabung, sekaligus merasa ada sesuatu yang salah dengan cara arisan ini.

“Kamu sangat beruntung, Nak,” seorang pria tua yang duduk di seberang Andien.

---

Keesokan paginya, jam 9 pagi, Andien menerima uang arisan dari Tante Murni secara tunai. Tante Murni sendiri yang membawa uang itu ke rumah Andien dengan diantar Dita. Nominalnya lebih besar dari yang diharapkan—150 juta rupiah. "Saya menambahkan bonus karena kamu adalah anggota baru," kata Tante Murni.

“Terima kasih, Tante,” ucap Andien, canggung.

Namun, sejak menerima uang itu, hal-hal aneh mulai terjadi pada Andien.

Di pagi hari selanjutnya, seekor burung gagak mati secara misterius di depan pintu rumahnya. Malamnya, ia bermimpi buruk. Dalam mimpi itu, ia melihat dirinya duduk di meja arisan, dikelilingi oleh peserta lain yang wajahnya berubah menyeramkan—mata kosong, senyum lebar, dan darah menetes dari mulut mereka.

"Bayarannya sudah dekat," sebuah suara berbisik.

Andien terbangun dengan tubuh basah oleh keringat. Ia mencoba mengabaikan mimpinya.

Di sore hari, Andien menerima dua kabar duka. Dua temannya tiba-tiba mengalami kecelakaan fatal hingga tewas, setelah menerima uang dari Andien.

Merasa ada yang janggal dari uang arisan itu, ia menghubungi Dita. 

"Dit, gue mau tanya," katanya saat akhirnya berhasil menghubungi sahabatnya. "Ada yang aneh enggak sih, sama uang arisan ini? Hari ini gue bayar hutang ke kedua teman gue, tapi tiba-tiba mereka mengalami kecelakaan hingga meninggal.”

Dita terdiam lama di telepon. "Andien, menurut gue, Lo enggak perlu mikirin hal yang enggak penting, sih. Kematian, kan takdir Tuhan. Udahlah, Lo nikmati aja uang arisannya selagi bisa."

"Dita, gue serius! Gue takut banget kalo uang arisan ini ada kaitannya sama kematian dua teman gue!"

Dita terdengar menghela napas. "Andien, gue enggak bisa menjelaskannya sekarang," jawab Dita pelan. "Tapi percayalah, Lo enggak akan bisa mengubah apa pun walau tahu kebenarannya."

---

Tidak puas dengan jawaban Dita, Andien pun mendatangi rumah Tante Murni malam itu juga. Rumah itu terasa lebih suram dari biasanya, dan suasana di dalamnya begitu dingin.

"Ada apa, Andien?" tanya Tante Murni, duduk santai di kursinya.

Andien langsung menuntut penjelasan. "Tante, maaf kalau aku lancang bertamu dadakan dan nanyain soal uang arisan. Tapi, hari ini aku dapat kabar dua temanku meninggal dengan cara yang sama setelah menerima uang arisan dariku. Aku butuh kepastian kalau uang arisan itu uang normal, kan, Tante?”

Tante Murni tersenyum dingin. "Kamu akhirnya sadar, ya? Meski saya belum memberitahumu segalanya. Tapi kamu tetap menerima dan menggunakan uang itu, kan? Artinya, apapun kondisinya, kamu sendiri yang datang dan rela menjadi bagian dari perjanjian ini."

"Perjanjian apa, Tante?" tanya Andien, kebingungan.

"Perjanjian dengan pihak dari dunia lain," jawab Tante Murni tenang. "Setiap lembar uang arisan yang diterima, artinya nyawa penerima akan dijadikan bayaran, dan uang itu sudah mengikat takdirmu."

Andien merasa darahnya berhenti mengalir. "Maksudnya, gimana ya, Tante. Saya enggak ngerti. Saya ikut karena bujukan dari Dita, sahabat saya. Niat saya ikut arisan agar bisa kembali menata hidup dan usaha saya, bukan merelakan diri ke dalam perjanjian yang enggak jelas,” balas Andien, merasa kesal.

Tante Murni menatap Andien dengan sorot kasihan. “Sayang sekali, nasi sudah menjadi bubur, kamu tidak bisa mundur, Andien. Anggap saja, akhirnya kamu mendapatkan apa yang kamu mau, dan saya mendapatkan apa yang dibutuhkan.”

“Apakah karena uang ini, sa-saya akan ma-mati?” tanya Andien, tergagap dengan badan gemetar.

Tante Murni tersenyum, “Karena itulah, nikmati segera uang itu, agar pengorbananmu enggak sia-sia.”

Tubuh Andien seketika lemas, tak bertenaga. “Apa anggota arisan yang lain tahu, tentang tujuan Tante?”

Tante Murni mengangguk. "Tentu saja mereka tahu. Justru mereka bergabung karena mereka butuh uang itu. Sama seperti kamu."

Tante Murni melanjutkan dengan suara lebih pelan, hampir seperti berbisik. "Maaf ya, saya melakukan ini karena sebuah keharusan. Jika saya tidak menyediakan tumbal, maka makhluk yang memberi uang itu akan mengambil keluarga saya. Anak-anak saya. Cucu saya."

"Jadi Tante tega mengorbankan orang lain hanya demi ego Tante mendapat kekayaan dan melindungi keluarga Tante?!" tanya Andien, suaranya gemetar.

"Betul, Andien sayang," kata Tante Murni dingin. "Dan sekarang, kamu dengan sukarela menjadi bagian dari lingkaran ini."

Andien menatap Tante Murni dengan sorot mata kebencian yang mendalam. Kemudian, ia menyerang Tante Murni dan berniat membunuhnya dengan cara mencekik lehernya. 

“Kalau begitu, saya tidak akan mati sendirian. Tante juga harus mati!” teriak Andien, tidak terkendali. Ia mencekik leher Tante Murni sekuat tenaga, hingga ia benar-benar kehabisan napas dan tak sadarkan diri.

Merasa telah membunuh, Andien bergegas pergi meninggalkan rumah Tante Murni. Dengan perasaan takut dan bingung, dia kembali ke rumahnya. Ia tidak tahu kalau Tante Murni kembali hidup dengan kondisi normal. Sejak bersekutu dengan setan, ia tidak mudah untuk mati. 

Setelah sepenuhnya merasa lebih baik, Tante Murni menelepon Dita untuk memberitahukan kedatangan dan tindakan Andien. Dita cukup tidak menduga jika sahabatnya itu berani nekad, dan akhirnya menyampaikan minta maaf karena tidak bisa mencegah kedatangan Andien.

---

Di tempat lain, Dita memandangi foto kebersamaannya dengan Andien. Tak terasa sudah 5 tahun mereka bersahabat, dan Dita tidak menyangka akan datang momen di mana ia terpaksa menumbalkan sahabatnya sendiri demi keselamatan keluarganya.

Sejak kejadian penyerangan pada Tante Murni, Andien memblokir nomor Dita dan menghilang. Dita pernah memata-matai rumah Andien sejak pagi hingga malam, namun ia tak melihat adanya aktivitas apalagi keberadaan Andien.

Tujuh hari setelah arisan itu, Dita menerima kabar kalau Andien mengalami kecelakaan tragis. Mobil yang ia kendarai keluar jalur dan menabrak pohon besar di jalan yang sepi. Tubuhnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan.

Berita kematiannya pun cepat menyebar di kalangan peserta arisan, tapi mereka hanya bisa pasrah dan arisan tetap berjalan. Nama baru dikocok, dan uang kembali berpindah tangan.

Di sudut ruangan tempat berkumpul para peserta arisan, arwah Andien berdiri, wajahnya pucat dengan tatapan kosong. Ia hanya bisa menyaksikan arisan itu terus berlanjut, dan menjadi bagian dari perjanjian yang mengikat jiwa mereka semua dalam lingkaran setan yang tak berujung.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Half Moon
1209      669     1     
Mystery
Pada saat mata kita terpejam Pada saat cahaya mulai padam Apakah kita masih bisa melihat? Apakah kita masih bisa mengungkapkan misteri-misteri yang terus menghantui? Hantu itu terus mengusikku. Bahkan saat aku tidak mendengar apapun. Aku kambuh dan darah mengucur dari telingaku. Tapi hantu itu tidak mau berhenti menggangguku. Dalam buku paranormal dan film-film horor mereka akan mengatakan ...
Mars
1346      747     2     
Romance
Semenjak mendapatkan donor jantung, hidup Agatha merasa diteror oleh cowok bermata tajam hitam legam, tubuhnya tinggi, suaranya teramat halus; entah hanya cewek ini yang merasakan, atau memang semua merasakannya. Dia membawa sensasi yang berbeda di setiap perjumpaannya, membuat Agatha kerap kali bergidik ngeri, dan jantungnya nyaris meledak. Agatha tidak tahu, hubungan apa yang dimiliki ole...
Koi Hitam
1155      711     5     
Horror
Sejak 2 tahun lalu, gerakannya tidal seperti biasanya, yang setiap sore selalu mulutnya terbuka ke atas, seperti mengharapkan makanan. Sore ini, dia disudut diam, namun sorot matanya tegak memandang lurus, penuh dendam. Koi ini saya dapatkan dari rumah tua yang telah ditinggalkan dan terabaikan entah karena apa.
Snow White Reborn
659      394     6     
Short Story
Cover By : Suputri21 *** Konyol tapi nyata. Hanya karena tertimpa sebuah apel, Faylen Fanitama Dirga mengalami amnesia. Anehnya, hanya memori tentang Rafaza Putra Adam—lelaki yang mengaku sebagai tunangannya yang Faylen lupakan. Tak hanya itu, keanehan lainnya juga Faylen alami. Sosok wanita misterius dengan wajah mengerikan selalu menghantuinya terutama ketika dia melihat pantulannya di ce...
Yurie (The Truth of Her Death)
45      19     2     
Horror
Dua tahun yang lalu, Yurie dikabarkan jatuh dari gedung sekolah. Sejak saat itu arwahnya gentayangan di lorong di mana ia jatuh. Namun yang paling merasakan kehadirannya ialah mereka, teman-teman yang mengenal 'dekat' dengannya. Malam ini, ketujuh teman 'dekat' Yurie berkumpul di sekolah, demi menguak kebenaran akan kematian Yurie. Apa ada pelaku di antara mereka?
Rumah Laut Chronicles
2810      1215     7     
Horror
Sebuah rumah bisa menyimpan misteri. Dan kematian. Banyak kematian. Sebuah penjara bagi jiwa-jiwa yang tak bersalah, juga gudang cerita yang memberi mimpi buruk.
Mencari Kucing Dio
1      1     0     
Mystery
Ke mana kucing Dio lari? Apakah benar, dia lari ke rumah yang ada di ujung gang? Rumah yang di sekelilingnya ditumbuhi pohon kantil yang bunganya menguarkan aroma semerbak? Kata orang-orang yang pernah melihatnya, pemilik rumah itu tampangnya menyeramkan.
One hour with Nana
442      315     3     
Short Story
Perkelahiannya dengan Mandala sore itu, membuat Egi dalam masalah. Mandala tewas setelahnya dengan tubuh penuh luka tusukan. Semua orang, pasti akan menuduh Egi sebagai pelaku. Tapi tidak bagi seorang Nana. Bagaimana Gadis berwajah pucat itu menangkap pelaku sebenarnya? Bisakah Egi selamat dari semua kejadian ini?
Tic Tac Toe
1010      804     2     
Mystery
"Wo do you want to die today?" Kikan hanya seorang gadis biasa yang tidak punya selera humor, tetapi bagi teman-temannya, dia menyenangkan. Menyenangkan untuk dimainkan. Berulang kali Kikan mencoba bunuh diri karena tidak tahan dengan perundungannya. Akan tetapi, pikirannya berubah ketika menemukan sebuah aplikasi game Tic Tac Toe (SOS) di smartphone-nya. Tak disangka, ternyata aplikasi itu b...
BlackBox
1755      818     7     
Horror
"Please don't hear her voice." the mystery box is in your hands. be careful!