Loading...
Logo TinLit
Read Story - SECRET IN SILENCE
MENU
About Us  

Langit terpantau berwarna biru cerah tanpa awan, membentang menyelimuti permukaan lembah, cahaya matahari juga berseri-seri, rumput-rumput bergoyang menyanyikan rasa syukur, dan angin membisikan validasi atas harapan Molly hari ini.

"Aku tidak tahu Lembah Esterdon terlihat lebih indah di hari cerah begini," Molly berkata, menikmati perjalanannya.

"Sayangnya kau hanya aku izinkan untuk tinggal sebentar," Cardos menjawab datar, secara obyektif, dan tanpa perasaan. "Jadi, pastikan kau segera menyelesaikan urusanmu lalu kembali ke tempat tinggalmu besok."

Meski begitu, Molly tetap menanggapinya ceria seraya mengangguk pelan. Ia tak menduga, menjemput kakaknya yang menyebalkan, ternyata dapat memberinya kesempatan untuk menikmati pemandangan sekaligus cuci mata.

Mereka berjalan menyusuri sungai dangkal yang tidak jauh dari menara. Molly tertegun mendapati suara gemericik sungai Lembah Esterdon bisa terdengar lebih merdu dibanding jenis suara sungai mana pun. Seolah tengah mengagungkan Penjaga Agung dalam bahasa sunyi yang menenangkan.

"Kau tahu, sewaktu aku dan Rolan tiba di tempat ini, aku melihat sosok raksasa, seperti monster dari balik kabut dan badai." Molly memulai perbincangan lagi, memecah keheningan.

"Oh, itu." Cardos membalas dengan santai, seolah makhluk yang menakutkan itu bukanlah hal yang harus ditakutkan.

"Kau tahu?"

"Ya." Cardos mengangguk singkat. "Itu aku."

Molly jelas terkejut. Lalu, ia mengingatkan ucapan Penjaga Agung Hutan sebelumnya yang mengatakan dapat berubah menjadi pohon raksasa. Rupanya semua penjaga memiliki wujudnya yang menyeramkan. Unik.

"Kau menakutiku waktu itu, kau tahu," Molly menggerutu jujur.

Cardos hanya tertawa kecil dan mengatakan, "Itu karena aku harus menjemput kalian, jika tidak kalian bisa terus terjebak dalam badai. Kalian juga membutuhkanku kan waktu itu."

Molly tertawa kecil. "Benar sekali. Tadinya aku berpikir Lembah Esterdon adalah tempat sakral, dipenuhi oleh patung-patung leluhur, atau mungkin aku akan bertemu dengan roh-roh orang mati yang melayang di udara."

Sang Penjaga Agung menghentikan langkah, lantas menyugar rambut gelapnya. Matanya mengedar ke sekitar, seolah sedang mendeteksi ancaman. Bahu Molly sempat menegang, lalu ikut membalikkan badan, mengecek. Namun, sejauh mata memandang, ia tak menemukan ancaman apa pun. Tidak ada hewan besar, angin, tanda-tanda mendung, atau bahkan monster dan orang jahat.

"Ada apa?" Molly bergumam, berdebar-debar pada perubahan air muka Cardos

"Tidak heran," Cardos bergumam. Mata hijaunya kemudian melesat memandang mata Molly. "Para Pembisik Daun memang tidak bisa melihatnya, para roh dan leluhur tengah berkumpul di sekitar kita. Mereka juga berlalu-lalang mengamati kita."

Molly terdiam, bibirnya terbuka sedikit hendak menyahut, namun dia tak yakin hendak mengucapkan apa. Mendadak, hawa dingin merambat dari bagian kakinya, merangkak hingga ke paha, dan meremang di bagian punggung serta tengkuknya. Suara alam yang terdengar merdu menghilang dalam sekejap, dan digantikan oleh keheningan. Kemudian, entah mengapa Molly menjadi susah untuk menelan ludah dan napasnya tercekat.

"Aku tidak melihat apa pun," sangkal Molly sambil mengusap tengkuknya yang tiba-tiba saja merinding. "Tapi, aku bisa melihat Rhoda."

"Kalau kau punya kemampuan melihat essentia, kau pasti bisa melihat tempat ini dari sudut pandang yang berbeda." Cardos melanjutkan perjalanannya kembali. "Dan mengenai Rhoda, itu karena aku yang menciptakannya."

Kemampuan melihat essentia? Seperti Pandia? Tidak ingin berlama-lama seorang diri, Molly bergegas menyusul dari belakang, sesekali mengusap tengkuknya yang terasa dingin.

"Sebentar lagi kita akan sampai," kata Cardos memperingatkan.

Tiba-tiba tekanan udara di sekitar berubah drastis, menjadi lebih berat. Angin berhembus kencang dari arah tujuan mereka, membawa suhu dingin, hembusannya teramat kencang hingga membuat Molly memegangi jubah dan tudungnya. Molly mengeluarkan tenaga ekstra untuk menyamakan kecepatan langkah kakinya dengan Sang Penjaga Agung.

"Jangan sampai tertinggal, Mol," ujar Cardos tanpa menolehkan kepala.

Molly membuka matanya sekilas, menyaksikan kemunculan kabut yang datang entah dari mana. Langit masih terlihat cerah, namun kabut telah berputar mengelilingi mereka berdua. Cardos terus berjalan, meskipun pada akhirnya goyah karena tekanan angin.

"Apa ini, Cardos?" Molly menaikkan nada bicaranya.

"Kau akan tahu nanti," Cardos menjawab seraya menggertakan giginya.

Semakin Molly dan Cardos berjalan, semakin tebal pula kabut di sekitar mereka hingga menyerupai asap putih, menelan cepat semua pemandangan sekitar. Lalu, Molly merasakan tubuhnya seolah ditelan dalam kebutaan dan keheningan yang aneh.

Kemudian, dalam sekejap, udara dingin dan berat itu terangkat, seolah hilang begitu saja. Ketika Molly membuka matanya, dia telah berada di tempat yang berbeda, di sebuah lereng gunung dengan ratusan anak tangga yang membentang di hadapan matanya.

Ya, Molly baru saja berpindah tempat, tanpa peringatan.

"Cardos." Molly melirik, mencari penjelasan dari Sang Penjaga Agung setelah beberapa menit terdiam.

"Apa? Aku hanya menepati janji untuk membawamu ke Gerbang Bilena, kan?" Sang Penjaga Agung menyeringai, mengindikasikan bahwa memang dirinya yang membawa mereka berdua berteleportasi. "Nah, dari sini kita hanya perlu menaiki tangga saja."

"Gampang sekali kau mengatakannya," gerutu Molly, menuai kekehan dari sang Penjaga Agung. Molly menengadah, bahkan sampai harus menyipitkan matanya ketika memandang ratusan anak tangga yang membentang di hadapannya. Setelah itu, Molly mulai melangkah.

Ratusan anak tangga yang mereka lalui tak memiliki pegangan. Di sebelah kiri terbentang jurang dalam dan dingin yang menunggu dalam diam. Molly harus berhati-hati, sebab anak tangga yang dilaluinya diselimuti oleh rumput liar dan lumut. Sekali saja gagal mengatur keseimbangan, dia bisa terjun bebas ke dalam jurang.

Semakin mereka naik ke atas, semakin sempit dan curam pula kondisinya. Punggung Molly mulai berkeringat dan napasnya menjadi sangat pendek, padahal kabut menggulung tebal di sekitarnya dan angin berhembus lembut. Kabutnya menebal hingga membentuk asap putih dan menghapus jejaknya.

Matahari tepat berada di tengah-tengah ketika Molly akhirnya melangkahkan kaki di bagian puncak gunung. Dia hampir saja meninggal karena kelelahan. Namun, semua itu dihapuskan ketika melihat sebuah bangunan kuil kuno yang berdiri menjulang di hadapannya.

"Tempat apa ini?" Molly bertanya sambil mengatur napasnya.

Cardos, yang tidak terlihat kelelahan, menengadah seraya mengatakan, "Ini tempat Permaisuri Galenia menyimpan Keajaiban Bilena."[]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tentang Penyihir dan Warna yang Terabaikan
7933      2212     7     
Fantasy
Once upon a time .... Seorang bayi terlahir bersama telur dan dekapan pelangi. Seorang wanita baik hati menjadi hancur akibat iri dan dengki. Sebuah cermin harus menyesal karena kejujurannya. Seekor naga membeci dirinya sebagai naga. Seorang nenek tua bergelambir mengajarkan sihir pada cucunya. Sepasang kakak beradik memakan penyihir buta di rumah kue. Dan ... seluruh warna sihir tidak men...
My Perfect Stranger
9174      3394     2     
Romance
Eleanor dan Cedric terpaksa menjalin hubungan kontrak selama dua bulan dikarenakan skandal aneh mengenai hubungan satu malam mereka di hari Valentine. Mereka mencurigai pelaku yang menyebarkan gosip itu adalah penguntit yang mengincar mereka semenjak masih remaja, meski mereka tidak memiliki hubungan apa pun sejak dulu. Sebelum insiden itu terjadi, Eleanor mengunjungi sebuah toko buku misteri...
Blue Island
140      120     1     
Fantasy
Sebuah pulau yang menyimpan banyak rahasia hanya diketahui oleh beberapa kalangan, termasuk ras langka yang bersembunyi sejak ratusan tahun yang lalu. Pulau itu disebut Blue Island, pulau yang sangat asri karena lautan dan tumbuhan yang hidup di sana. Rahasia pulau itu akan bisa diungkapkan oleh dua manusia Bumi yang sudah diramalkan sejak 200 tahun silam dengan cara mengumpulkan tujuh stoples...
Crusade
95      62     0     
Fantasy
Bermula ketika Lucas secara tidak sengaja menemukan reaktor nuklir di sebuah gedung yang terbengkalai. Tanpa berpikir panjang, tanpa tahu apa yang diperbuatnya, Lucas mengaktifkan kembali reaktor nuklir itu. Lucas tiba-tiba terbangun di kamarnya dengan pakaian compang-camping. Ingatannya samar-samar. Semuanya tampak buram saat dia mencoba mengingatnya lagi. Di tengah kebingungan tentang apa...
Mic Drop
759      448     4     
Fan Fiction
Serana hanya ingin pulang. Namun, suara masa lalu terus menerus memanggilnya, dan tujuh hati yang hancur menunggu untuk disatukan. Dalam perjalanan mencari mic yang hilang, ia menemukan makna kehilangan, harapan, dan juga dirinya sendiri. #bangtansonyeondan #bts #micdrop #fanfiction #fiction #fiksipenggemar #fantasy
Glad to Meet You
303      235     0     
Fantasy
Rosser Glad Deman adalah seorang anak Yatim Piatu. Gadis berumur 18 tahun ini akan diambil alih oleh seorang Wanita bernama Stephanie Neil. Rosser akan memulai kehidupan barunya di London, Inggris. Rosser sebenarnya berharap untuk tidak diasuh oleh siapapun. Namun, dia juga punya harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Rosser merasakan hal-hal aneh saat dia tinggal bersama Stephanie...
Evolvera Life: Evolutionary Filtration
126      104     0     
Fantasy
.Setiap orang berhak bermimpi berharap pada keajaiban bukan. Namun kadang kenyataan yang datang membawa kehancuran yang tak terduga Siapa yang akan menyangka bahwa mitos kuno tentang permintaan pada bintang jatuh akan menjadi kenyataan Dan sayangnya kenyataan pahit itu membawa bencana yang mengancam populasi global. Aku Rika gadis SMA kelas 3 yang hidup dalam keluarga Cemara yang harmonis d...
Invisible Girl
1209      629     1     
Fan Fiction
Cerita ini terbagi menjadi 3 part yang saling berkaitan. Selamat Membaca :)
HAMPA
411      284     1     
Short Story
Terkadang, cinta bisa membuat seseorang menjadi sekejam itu...
Hideaway Space
70      56     0     
Fantasy
Seumur hidup, Evelyn selalu mengikuti kemauan ayah ibunya. Entah soal sekolah, atau kemampuan khusus yang dimilikinya. Dalam hal ini, kedua orang tuanya sangat bertentangan hingga bercerai. evelyn yang ingin kabur, sengaja memesan penginapan lebih lama dari yang dia laporkan. Tanpa mengetahui jika penginapan bernama Hideaway Space benar-benar diluar harapannya. Tempat dimana dia tidak bisa bersan...