Loading...
Logo TinLit
Read Story - [END] Ketika Bom Menyulut Cinta (Sudah Terbit)
MENU
About Us  

Fahmi sudah terbaring aman di ranjang rumah sakit. Selang infus dan alat bantu pernapasan terpasang di tubuhnya. Aku hanya bisa melihatnya dari luar ruangan melalui jendela. Di dalam, hanya Ibu Fahmi yang diperbolehkan menemani. Alasannya karena jam besuk belum tersedia. Aku hanya bisa menunggu di luar dengan perasaan lega, meski tetap ada kecemasan yang mengganggu pikiranku. Bagaimana perasaan Fahmi terhadapku? Apakah dia masih mengingat semua yang telah kami lalui?

Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi. Aku tak sadar tertidur di kursi tunggu rumah sakit hingga suara lembut Ibu Fahmi membangunkanku.

"Maya, maafkan aku telah merepotkanmu," ucapnya dengan nada lelah.

Aku mengusap mataku yang masih terasa berat. "Oh, tidak apa-apa, Bu. Aku juga ingin mengetahui kabar Fahmi setelah sekian lama tidak bertemu, jadi tidak usah dipikirkan. Aku baik-baik saja."

Ny. Lena tersenyum tipis, lalu menghela napas panjang. Wajahnya terlihat sangat kelelahan dan sembab. Aku yakin sedari tadi beliau hanya menangis. Ada kesedihan yang begitu dalam di sorot matanya.

"Aku juga ingin minta maaf, Maya," katanya tiba-tiba. "Sempat menamparmu saat itu... Aku menyesal."

Aku sedikit terkejut, tapi segera menggeleng. "Sudah aku maafkan, Bu. Aku juga minta maaf karena sempat membentak Ibu."

Ny. Lena kembali tersenyum, kali ini lebih hangat. "Terima kasih, Nak."

Keheningan panjang menyelimuti kami. Kami terduduk di bangku ruang tunggu tanpa saling bicara, hingga akhirnya Ny. Lena memulai percakapan lagi. Suaranya terdengar berat dan sedikit bergetar.

"Ini semua salahku, Maya... Seharusnya aku bisa menjadi ibu yang baik, yang menjaga anaknya. Tapi lihat sekarang, Fahmi terbaring lemah di antara hidup dan mati. Jika nyawa bisa ditukar, aku harap aku saja yang ada di ranjang itu, bukan anakku..."

Aku terdiam. Tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Bahkan gerak tubuhku terasa membeku. Bingung harus berkata apa. Akan tetapi Ny. Lena tiba-tiba melanjutkan ceritanya.

"Malam itu, setelah aku dan suamiku berhasil menjinakkan bom, kami membawanya ke mobil. Tapi Fahmi memergoki kami dan menanyakan apa yang sedang kami lakukan. Ayahnya menyuruhnya kembali ke kamar dan tidak ikut campur. Namun..."

Ny. Lena menghentikan ceritanya sejenak, mengelap air mata dengan tisu basah, lalu melanjutkan.

"Namun, Fahmi adalah anak yang keras kepala, mirip seperti ayahnya. Dia tidak puas dengan jawaban kami dan terus mendesak. Hingga akhirnya dia menyelinap masuk ke dalam mobil dan mencuri lihat isi kotak yang kami bawa. Aku begitu marah waktu itu. Aku membentaknya sangat keras. Itu pertama kalinya aku marah besar padanya, tapi itu semua karena aku cemas akan keselamatannya."

Ny. Lena menoleh kepadaku dan menatap lekat-lekat, seakan menilai reaksiku terhadap ceritanya. Aku hanya bisa mengangguk pelan.

"Fahmi terkejut," lanjutnya. "Dia mengancam akan kabur dari rumah jika kami tidak mengatakan yang sebenarnya. Dia bahkan berkata ingin keluar dari daftar keluarga Yahya. Mendengar itu, spontan aku menamparnya. Aku tak sengaja... Aku tidak berniat menyakitinya..."

Air mata kembali jatuh dari mata Ny. Lena. Aku meremas tanganku sendiri, merasa simpati.

"Ayahnya lalu mengurungnya di kamar tamu agar dia tidak melakukan hal nekat. Tapi saat kami kembali dari membuang bom di sungai Kahayan, jendela kamar itu sudah jebol. Fahmi kabur. Saat itulah aku tahu... Kebenciannya terhadap kami benar-benar mulai tumbuh."

Aku menghela napas panjang. Kini aku mengerti mengapa Fahmi meninggalkan rumah. Pertengkaran yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cara yang lebih baik, malah berujung pada kepergiannya.

"Aku turut prihatin, Bu," ucapku hati-hati.

Ny. Lena mengangguk kecil. "Seharusnya malam itu tidak pernah terjadi..."

Aku kembali menyimak dengan saksama.

"Makanya aku sangat bersyukur ketika kau berhasil menemukan Fahmi kala itu, Maya. Aku bersumpah akan menemukan pelakunya bagaimanapun caranya."

Aku menatapnya. "Jadi karena itulah Ibu menyelamatkanku dari penjara dan memintaku untuk bekerja sama?"

"Betul."

Aku terdiam sejenak sebelum bertanya, "Lalu, kalau aku boleh tahu, apa alasan Fahmi kabur lagi dari rumah sakit?"

"Aku juga tidak mengerti. Dia hanya kembali mengungkit kejadian malam itu saat aku selesai menerima telepon. Dan lagi-lagi, dia mengancam hal yang sama."

Aku menghela napas panjang setelah mendengar jawaban Ibu Fahmi. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan, tapi aku merasa tidak pantas ikut campur terlalu dalam.

Tiba-tiba, pintu lorong tempat kami duduk terbuka. Aku dan Ny. Lena tersentak kaget, lalu menoleh cepat ke arah suara itu. Pak Yahya dan Detektif Rifqi masuk ke dalam.

Ny. Lena segera berdiri dan menghampiri suaminya. "Bagaimana?"

Pak Yahya menghela napas panjang. "Buruk... Benar-benar buruk. Nanti Detektif Rifqi akan menjelaskan detailnya." Kemudian, ia mengalihkan pembicaraan. "Bagaimana kondisi Fahmi?"

"Dia di dalam, sangat kelelahan. Kata dokter, dia kehilangan banyak cairan. Setelah stabil, mereka akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut."

Pak Yahya mengangguk pelan. Ny. Lena menatapnya khawatir. "Bagaimana saat kau menemukannya?"

"Kondisinya sangat menyedihkan. Dia dikurung di rumah terbengkalai, terbaring di ranjang dengan kakinya terikat ke tiang. Tubuhnya kurus dan lusuh. Dia hampir tidak sadarkan diri saat aku menemukannya. Apa yang dilakukan Rey dan Elsa benar-benar tidak manusiawi. Aku tidak akan memaafkan mereka."

Aku melihat Ibu Fahmi mengepalkan tangannya. Matanya berkaca-kaca. Hatiku pun terasa berat membayangkan Fahmi berada dalam kondisi seperti itu.

"Lalu, bagaimana dengan kasus Rey dan Elsa?" tanya Ny. Lena.

Detektif Rifqi kemudian berbicara, "Berdasarkan hasil interogasi, Rey memiliki bukti yang cukup untuk dijadikan tersangka dalam kasus penculikan Fahmi. Dia sudah mengakui semuanya dan menunjukkan bukti-bukti yang digunakan dalam kejahatannya."

Pak Yahya mengepalkan tangan. "Lalu, siapa kolaborator nya?"

Detektif Rifqi menatapnya tajam. "Selain Elsa, ada seseorang yang selama ini kau percayai. Kuasa hukum keluargamu sendiri, Pak Imam."

"APA?!" Pak Yahya sontak berteriak. Aku dan Ny. Lena pun sama terkejutnya.

Detektif Rifqi melanjutkan, "Saat Rey menembak Pak Imam, itu bukan salah sasaran. Itu karena dia tahu bahwa pak Imam mengkhianatinya. Pak Imam selama ini melindungi Rey dan menutup-nutupi penyelidikan kita."

Aku tercekat. Semua ini semakin rumit.

"Ini tidak masuk akal, lalu kenapa Imam ingin Rey mati? Oh dan juga gadis ini". pak Yahya menunjuk aku yang sedang terduduk tegang memperhatikan.

"Rey tidak tahu niatan pak Imam mengkhianatinya, bisa jadi karena identitasnya terancam kalau Rey tidak segera melenyapkan Anda. Akhirnya ketika ada kesempatan, dia melakukan pengeboman. Tapi bagaimanapun setelah pak Imam siuman, aku akan melakukan interogasi untuk penyelidikan lebih lanjut".

"Jadi siapa dalang di balik semua ini?" tanya Pak Yahya dengan nada marah.

"Berdasarkan pengakuan Rey dan Elsa, mereka bekerja untuk sebuah organisasi milik musuh lama Anda... Mr. James."

Pak Yahya semakin marah, tapi Ny. Lena menenangkannya.

"Jadi, menurut kesaksian Rey, kalau penculikan Fahmi melibatkan 3 orang, selain mereka berdua ada seorang lagi, yaitu ayah mertua Rey. Ayah Elsa, namun sayangnya dia terbunuh di sungai Sebangau. Mayatnya ditemukan disana" jelas Detektif Rifqi.

Pak Yahya mengernyit, lalu menyela dengan nada antusias, "Tunggu, Detektif. Apa Rey menjelaskan bagaimana mayat itu bisa ada di sana?"

"Iya. Menurutnya, seseorang tiba-tiba menembaki mereka dan mengenai pria itu ketika mereka sampai di sungai Sebangau," jawab Detektif Rifqi. "Rey tidak tahu siapa itu tapi dia mencurigai pak Imam sebagai pelakunya. Namun untuk memastikannya, aku akan langsung menanyai pak Imam sendiri."

Pak Yahya menghela napas panjang. Sepertinya, hampir semua pertanyaan yang selama ini mengganggunya sudah mulai menemukan jawabannya.

"Omong-omong, apa hal pentingnya sampai kau harus menyampaikan ini semua tengah malam begini di rumah sakit, detektif?". Tanya Ny. Lena.

"Aku butuh dukungan kalian" kata Detektif Rifqi. "Untuk menjadikan Rey dan Elsa tersangka utama dalam kasus pengeboman di Palangka dan menguak organisasi Mr. James."

Pak Yahya langsung mengangguk. "Aku setuju."

Ibu Fahmi tampak ragu. "Aku tidak setuju. Itu tidak adil bagi Rey dan Elsa. Biarkan mereka diadili sesuai kesalahannya"

"Sejujurnya sampai saat ini, kami belum dapat mengungkap pelaku sebenarnya dari kasus peledakan gedung di Palangka. Tapi aku sangat yakin bahwa organisasi Mr. James terlibat di dalamnya. Jadi ada kemungkinan dia bisa menutup-nutupi penyelidikan aku lagi. Akan tetapi otoritas keluarga Yahya memiliki kekuatan dalam memenangkan hukum di negeri ini. Jadi kemungkinan untuk menghancurkan Organisasi Mr. James menjadi semakin besar".

Detektif terdiam sejenak dan melihat kami satu persatu. "Rey mengatakan padaku kalau Mr. James akan menghancurkan keluarga pak Yahya bagaimanapun caranya. Artinya, jika kita tidak secepatnya melakukan tindakan, maka keluarga Yahya mungkin hanya tinggal nama sama seperti bos sawit yang dibunuh".

Detektif Rifqi lalu menatapku. "Maya, apa kau punya pendapat?"

Aku menggigit bibir. 

"Apakah itu artinya nyawa Fahmi tidak akan pernah aman kalau organisasi Mr. James tidak disingkirkan?".

"Kemungkinan besar, Iya"

"Kalau begitu, aku juga setuju".

Pak Yahya tersenyum tipis. "Kita akan menyingkirkan mereka semua."

"Kalau begitu tidak ada pilihan lain, aku juga setuju". Ny. Lena menanggapi.

"Baiklan, semuanya sudah sepakat. mulai besok rencana penetapan tersangka kasus pengeboman di kota Palangka akan dijatuhkan kepada pasangan suami istri Rey dan Elsa." Ucap detektif Rifqi serius. Kami semua mengangguk. Kemudian dia berpamitan untuk melanjutkan tugasnya.

Tak lama kemudian pak Yahya masuk kedalam ruangan kamar Fahmi untuk melihat kondisi anaknya. Aku dan Ny. Lena menunggu di luar.

Setelah pak Yahya selesai, dia keluar dengan wajah terlihat lebih tenang, sepertinya dia merasakan kelegaan ketika mengetahui Fahmi baik-baik saja.

Tanpa diduga Ny. Lena menawarkan padaku untuk masuk ke dalam kamar untuk melihat kondisi Fahmi. Aku beranikan diri mengiyakan dan masuk ke dalam.

Saat aku melangkah masuk, jantungku berdegup kencang. Aku tak kuasa melihat Fahmi terbaring lemah di ranjang. Wajahnya pucat, nafasnya terdengar lemah. Selang oksigen melingkar di hidungnya. Aku mendekat perlahan, menatap wajahnya lekat-lekat. Tanpa sadar, air mataku jatuh mengenai punggung tangannya.

Mata Fahmi mulai mengerjap perlahan. Aku menahan napas, tak bergerak, menanti momen berharga itu.

"Fahmi?" bisikku pelan.

Kelopak matanya terbuka sedikit. "Ma...ya..."

Aku terisak. "Iya, ini aku. Aku di sini."

Perlahan, tangan Fahmi bergerak, mencoba menggapai sesuatu. Aku segera meraihnya, menggenggamnya erat. Tangannya terasa dingin—berbeda sekali dari saat aku terakhir kali menyentuhnya.

"Jangan... menangis..." ucapnya lirih.

Aku menggeleng cepat. "A-aku nggak nangis kok..."

Padahal kenyataannya, aku berusaha menahan air mata. Tak kuasa melihat orang yang aku cintai dalam kondisi seperti ini. Tapi kemudian, di balik kelemahannya, Fahmi menyunggingkan senyum tipis ke arahku. Senyum itu seakan memberikan kekuatan untukku. Aku membalasnya dengan senyuman yang sama.

Saat itu, aku tahu... Tidak peduli berapa lama waktu yang telah berlalu, tidak peduli apa yang terjadi di antara kami... Fahmi tetaplah Fahmi. Dan cintaku padanya mulai bertumbuh.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
12 Kenangan Shilla
538      373     4     
Short Story
Cerita tentang Shilla di hari terakhir di masa sekolahnya. Mau tau tentang 12 kenangan Shilla pada masa sekolah? Simak cerita ini!
PROMISES [RE-WRITE]
6064      1787     13     
Fantasy
Aku kehilangan segalanya, bertepatan dengan padamnya lilin ulang tahunku, kehidupan baruku dimulai saat aku membuat perjanjian dengan dirinya,
Dominion
191      157     4     
Action
Zayne Arkana—atau yang kerap dipanggil Babi oleh para penyiksanya—telah lama hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Perundungan, hinaan, dan pukulan adalah makanan sehari-hari, mengikis perlahan sisa harapannya. Ia ingin melawan, tapi dunia seolah menertawakan kelemahannya. Hingga malam itu tiba. Seorang preman menghadangnya di jalan pulang, dan dalam kepanikan, Zay merenggut nyawa untuk p...
Praha
300      183     1     
Short Story
Praha lahir di antara badai dan di sepertiga malam. Malam itu saat dingin menelusup ke tengkuk orang-orang di jalan-jalan sepi, termasuk bapak dan terutama ibunya yang mengejan, Praha lahir di rumah sakit kecil tengah hutan, supranatural, dan misteri.
A Place To Remember
1043      640     5     
Short Story
Cerpen ini bercerita tentang kisah yang harus berakhir sebelum waktunya, tentang kehilangan, tentang perbedaan dunia, juga tentang perasaan yang sia-sia. Semoga kamu menyukai sepotong kisah ini.
Last October
1879      747     2     
Romance
Kalau ada satu yang bisa mengobati rasa sakit hatiku, aku ingin kamu jadi satu-satunya. Aku akan menunggumu. Meski harus 1000 tahun sekali pun. -Akhira Meisa, 2010. :: Terbit setiap Senin ::
Little Spoiler
1063      648     0     
Romance
hanya dengan tatapannya saja, dia tahu apa yang kupikirkan. tanpa kubicarakan dia tahu apa yang kuinginkan. yah, bukankah itu yang namanya "sahabat", katanya. dia tidak pernah menyembunyikan apapun dariku, rahasianya, cinta pertamanya, masalah pribadinya bahkan ukuran kaos kakinya sekalipun. dia tidak pernah menyembunyikan sesuatu dariku, tapi aku yang menyembunyikan sesuatu dariny...
I Hate My Brother
453      321     1     
Short Story
Why my parents only love my brother? Why life is so unfair??
Kyna X Faye
4264      1246     2     
Romance
Keiko Kyna adalah seorang gadis muda pemilik toko bunga. Masa lalu yang kelam telah membuat gadis itu menjauhi dunia keramaian dan segala pergaulan. Namun siapa sangka, gadis pendiam itu ternyata adalah seorang penulis novel terkenal dengan nama pena Faye. Faye sama sekali tak pernah mau dipublikasikan apa pun tentang dirinya, termasuk foto dan data pribadinya Namun ketika Kenzie Alcander, seo...
Aranka
4322      1451     6     
Inspirational
Aranka lebih dari sebuah nama. Nama yang membuat iri siapa pun yang mendengarnya. Aland Aranka terlahir dengan nama tersebut, nama dari keluarga konglomerat yang sangat berkuasa. Namun siapa sangka, di balik kemasyhuran nama tersebut, tersimpan berbagai rahasia gelap...