Read More >>"> Ketika Bom Menyulut Cinta (Bab 10: Rahasia di Balik Bom) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Ketika Bom Menyulut Cinta
MENU
About Us  

Matahari sudah mulai terbenam, namun hujan masih mengguyur kota Palangka tanpa henti. Dengan bom di tangan kananku, aku terus berlari, meskipun kakiku hampir tak lagi sanggup melangkah akibat perjalanan jauh yang telah kutempuh hari ini. Sesekali aku berhenti untuk bersembunyi agar tidak terlihat oleh polisi, lalu melanjutkan perjalanan menyusuri jembatan Kahayan. Tujuanku hanya satu—menemui Pak Fajar di seberang sungai.

Tubuhku basah kuyup diterpa hujan, dan luka di kakiku yang penuh lumpur tak lagi kuhiraukan. Air mataku mengalir tanpa kusadari. Semua ini terlalu berat untukku, seorang gadis biasa yang tidak pernah menghadapi situasi seperti ini. Namun, setiap kali wajah Fahmi terlintas di pikiranku, aku merasakan dorongan yang luar biasa untuk terus melangkah maju. “Aku harus menyelamatkan Fahmi,” kalimat itu terus terngiang-ngiang di benakku, memberiku kekuatan di tengah rasa putus asa.

Di sela-sela pelarian ini, pikiranku mulai melayang pada ciuman pertama kami. Aku bertanya-tanya, kenapa Fahmi bisa menyukaiku? Sejak kapan dia mulai merasakan itu? Apakah pengorbanannya adalah bukti cintanya, atau hanya sebuah trik? Overthinking mulai menguasai diriku. Tapi bagaimanapun juga, aku harus menyelamatkannya dan mendapatkan jawaban langsung darinya.

Aku menuruni tangga dari atas jembatan, menuju tepi sungai, lalu berlari menuju rumah Pak Fajar. Rumah itu terlihat sama seperti terakhir kali kami berkunjung. Namun, tidak ada satu pun lampu yang menyala.

Hatiku berdegup kencang.

“Jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi,” pikirku dengan gelisah. Aku mengetuk pintu dengan hati-hati.

“Permisi... permisi... Apa ada orang di rumah?”

Tidak ada jawaban. Aku mengetuk lagi dan lagi, hingga akhirnya pintu itu perlahan terbuka sendiri. Pintunya tidak terkunci. Suasana rumah yang gelap dan sunyi terasa mencekam, persis sama seperti ketika aku menemukan David. 

Aku memberanikan diri masuk. “Pak Fajar? Anda di rumah? Aku Maya, Pak!” Aku terus memanggil, tetapi tetap tidak ada sahutan.

Rumah ini benar-benar kosong.

“Kemana dia?” gumamku, bingung. Aku menatap bom di tanganku. Tanpa Fahmi, aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Kehilangan arah, aku melangkah keluar dengan lemas.

Namun, di ambang pintu, aku melihat seseorang mendekat. Aku memicingkan mata di bawah hujan untuk memastikan siapa dia. Ternyata itu Pak Fajar.

“Hei, siapa kamu? Maling ya?” tanyanya curiga.

“Bukan, Pak. Aku Maya, yang tadi siang bertemu dengan Bapak.”

“Hah? Lalu kenapa kamu masuk ke rumahku tanpa izin?” Nada suaranya penuh ketus.

“Maaf, Pak. Pintu rumah Bapak tidak terkunci saat aku mengetuk. Jadi aku tidak sengaja masuk.”

“Dasar anak kurang ajar!” sergahnya, lalu dia meletakkan sesuatu di atas meja dan menyuruhku menunggu di luar.

Aku keluar dan menunggu di teras rumah. Tak lama, Pak Fajar keluar menghampiriku. Wajahnya masih terlihat waspada. “Ada apa lagi? Banyak sekali orang yang menggangguku hari ini!” tanyanya tajam.

“Maksud Bapak, ada orang lain yang datang kemari selain aku?” tanyaku, penasaran.

“Tentu saja. Dua orang tadi datang mencarimu dan temanmu. Aku bilang kalian sedang menyusuri sungai, dan mereka segera pergi.”

Aku tertegun. Jadi, Pak Fajar tanpa sadar telah menunjukkan keberadaan kami kepada para penjahat. Aku ingin marah, tapi menahannya.

“Anu, aku dan Fahmi—teman yang tadi siang bersamaku—kami memang menyusuri sungai Kahayan dan menemukan ini,” kataku sambil menunjukkan bom rakitan yang sedari tadi kubawa.

Pak Fajar tampak syok. “Astaga! Jauhkan itu dariku!” teriaknya, ketakutan.

Aku menjauhkan bom itu, lalu bertanya apakah dia tahu sesuatu tentang benda ini. Pak Fajar terduduk di kursi tua, tampak berpikir keras sebelum akhirnya bicara.

“Sebenarnya aku tidak ingin mengatakan ini, terlalu berbahaya. Tapi, apa boleh buat”.

Pak Fajar tertunduk sejenak sebelum akhirnya melihat ke arahku.

“Kasus bom di kota Palangka ini menarik perhatian nasional. Kota ini adalah salah satu kota tersepi di negeri ini, jadi peristiwa seperti ini sangat jarang terjadi. Tapi kau harus tahu, ada desas-desus mengatakan bahwa kejadian-kejadian luar biasa ini mulai sering terjadi sejak kedatangan para konglomerat.”

“Konglomerat? Siapa yang Bapak maksud?” tanyaku, penasaran.

“Sekitar sepuluh tahun lalu, rombongan pengusaha tambang, sawit, dan banker datang ke kota ini. Mereka mengadakan pesta besar-besaran selama tujuh hari tujuh malam. Warga kota waktu itu sangat mengelu-elukan mereka karena mereka menjanjikan banyak lapangan kerja.”

Aku mendengarkan dengan seksama saat Pak Fajar melanjutkan ceritanya.

“Namun, setelah beberapa tahun, mereka mulai menunjukkan warna aslinya. Hutan-hutan ditebang, ekosistem rusak, tanah warga dibeli dengan murah, dan para pekerja dibayar di bawah standar. Aku salah satunya.”

“Jadi, Bapak membenci mereka karena itu?” tanyaku.

“Iya, tapi ada lagi. Yang paling parah adalah desas-desus tentang pelaku pembunuhan warga dan saling bunuh antar mereka. Para konglomerat itu mempertahankan bisnis mereka dengan menghabisi siapapun yang menghalangi. Bahkan kasus pembunuhan bos sawit beberapa tahun lalu, rumornya adalah bagian dari konflik ini.”

Deg. Jantungku seakan berhenti mendengar itu.

“Lalu beberapa hari lalu ada rumor kalau seorang anak konglomerat telah diculik. Sebelum akhirnya berita itu teralihkan karena adanya pengeboman. Banyak warga yang mulai percaya bahwa konflik antar konglomerat ini nyata.”

Aku terdiam, menyadari sesuatu yang besar. Anak konglomerat yang diculik—itu pasti Fahmi. Cerita Pak Fajar membuat semua ini terasa masuk akal. Ayah Fahmi adalah salah satu dari mereka. 

Pak Fajar melanjutkan bahwa dia mengaku pernah disuap oleh ayah Fahmi ketika ayah Fahmi membuang kotak-kotak tempo hari ke sungai dan dipaksa menyembunyikan fakta itu dari semua orang. Sebenarnya sudah menjadi keharusan bagi semua orang untuk melakukan itu kalau-kalau mereka masih sayang nyawa. Ujar pak Fajar. 

Aku tertegun sejenak.

Setelah pak Fajar menyelesaikan ceritanya, aku lalu menjelaskan semua yang aku tahu tentang Fahmi dan keresahanku terhadapnya, termasuk bagaimana Fahmi ditangkap akibat tindakan pak Fajar yang menunjukkan keberadaan kami. Mendengar hal itu, Pak Fajar merasa bersalah dan menawarkan bantuan tetapi hanya untuk menyelamatkan Fahmi bukan keluarganya yang ia takuti. Keluarga Fahmi mungkin akan mengancam nyawanya jika dia terlibat.

“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Pak?” tanyaku.

Pak Fajar berpikir sejenak, lalu berkata, “Kita harus menemukan para penjahat itu dulu. Kalau Fahmi bisa diselamatkan, biarkan dia yang memberikan kesaksian kepada polisi.”

Aku mengangguk setuju. Pak Fajar bertanya ke arah mana para penjahat itu membawa Fahmi dan bagaimana ciri-ciri perahu yang mereka gunakan. Setelah kuceritakan semuanya, Pak Fajar mengambil motor dan mengajakku untuk ikut bersamanya.

“Kita ke Dermaga Rambang, di sana tempat mangkalnya jenis perahu-perahu yang kau sebutkan. Mungkin kita bisa menemukan petunjuk,” katanya.

Kami pun berangkat secepat kilat, dengan satu tujuan—menyelamatkan Fahmi sebelum semuanya terlambat.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
CLBK: Cinta Lama Belum Kelar
4883      1460     20     
Romance
Tentang Edrea Lovata, yang masih terjebak cinta untuk Kaviar Putra Liandra, mantan kekasihnya semasa SMA yang masih belum padam. Keduanya dipertemukan kembali sebagai mahasiswa di fakultas yang sama. Satu tahun berlalu dengan begitu berat sejak mereka putus. Tampaknya, Semesta masih enggan untuk berhenti mempermainkan Rea. Kavi memang kembali muncul di hadapannya. Namun, dia tidak sendiri, ada...
Memento Merapi
5143      1926     1     
Mystery
Siapa bilang kawanan remaja alim itu nggak seru? Jangan salah, Pandu dan gengnya pecinta jejepangan punya agenda asyik buat liburan pasca Ujian Nasional 2013: uji nyali di lereng Merapi, salah satu gunung terangker se-Jawa Tengah! Misteri akan dikuak ala detektif oleh geng remaja alim-rajin-kuper-koplak, AGRIPA: Angga, Gita, Reni, dan Pandu, yang tanpa sadar mengulik sejarah kelam Indonesia denga...
Rela dan Rindu
7875      2053     3     
Romance
Saat kau berada di persimpangan dan dipaksa memilih antara merelakan atau tetap merindukan.
Secret’s
3690      1219     6     
Romance
Aku sangat senang ketika naskah drama yang aku buat telah memenangkan lomba di sekolah. Dan naskah itu telah ditunjuk sebagai naskah yang akan digunakan pada acara kelulusan tahun ini, di depan wali murid dan anak-anak lainnya. Aku sering menulis diary pribadi, cerpen dan novel yang bersambung lalu memamerkannya di blog pribadiku. Anehnya, tulisan-tulisan yang aku kembangkan setelah itu justru...
Satu Nama untuk Ayahku
7308      1578     17     
Inspirational
Ayah...... Suatu saat nanti, jikapun kau tidak lagi dapat kulihat, semua akan baik-baik saja. Semua yang pernah baik-baik saja, akan kembali baik-baik saja. Dan aku akan baik-baik saja meski tanpamu.
Rindu
376      271     2     
Romance
Ketika rindu mengetuk hatimu, tapi yang dirindukan membuat bingung dirimu.
Garuda Evolution
1836      948     0     
Fantasy
Sinetra seorang pemuda culun. Bertemu sosok lainnya bernama Eka, diri lain darinya. Mereka dipertemukan dengan Mirna Kemala, seorang Pahlawan Garuda. Dia menawarkan mereka untuk bergabung di Aliansi Garuda. Akhirnya mereka bergabung, dan berteman dengan dua teman mereka sesama Pahlawan Garuda. Tugas dari seorang Pahlawan Garuda adalah mencari lima kartu yang tersimpan daya sihir, membawa mereka k...
Hello, Kapten!
1085      576     1     
Romance
Desa Yambe adalah desa terpencil di lereng Gunung Yambe yang merupakan zona merah di daerah perbatasan negara. Di Desa Yambe, Edel pada akhirnya bertemu dengan pria yang sejak lama ia incar, yang tidak lain adalah Komandan Pos Yambe, Kapten Adit. Perjuangan Edel dalam penugasan ini tidak hanya soal melindungi masyarakat dari kelompok separatis bersenjata, tetapi juga menarik hati Kapten Adit yan...
Bersama Bapak
645      468     4     
Short Story
Ini tentang kami bersama Bapak. Ini tentang Bapak bersama kami
Pieces of Word
2329      816     4     
Inspirational
Hanya serangkaian kata yang terhubung karena dibunuh waktu dan kesendirian berkepanjangan. I hope you like it, guys! 😊🤗