Loading...
Logo TinLit
Read Story - [END] Ketika Bom Menyulut Cinta (Sudah Terbit)
MENU
About Us  

Waktu kami semakin sempit. Para pengejar sudah hampir menemukan kami. Jika kami tetap berkeliaran di pusat kota, aku yakin sebentar lagi kami akan tertangkap. Gerimis mulai turun sore ini. Aku meminta Fahmi untuk berteduh sejenak, namun dia menolak. Alhasil, kami basah kuyup.

"Di mana semak yang ditunjuk Pak Fajar? Aku yakin kita sudah menyusuri sungai cukup jauh," tanyaku, menghapus air hujan dari wajahku.

"Betul, aku juga merasa begitu," jawab Fahmi, suaranya nyaris tak terdengar di bawah derai hujan.

"Tunggu, berhenti! Aku melihat sesuatu," seruku sambil menunjuk ke arah semak-semak di tepi sungai yang tersembunyi. disana ada tumpukan kayu berbentuk papan. Sebagian sudah lapuk dan hancur. Kami mendekati tumpukan kayu itu dengan hati-hati, pakaian kami berat karena air hujan.

"Apa ini kayu yang orang tuamu gunakan untuk membuat kotak?" tanyaku pada Fahmi.

"Mungkin," jawabnya singkat, seperti biasa.

Aku meraih salah satu papan dan mengamati bekas-bekas pecahannya. "Jumlahnya cukup banyak. Apa ini hancur oleh arus atau ada yang sengaja merusaknya?" gumamku, lebih kepada diriku sendiri.

Fahmi mengambil beberapa papan lalu menutupkannya di atas kepala kami. Ya, dia menutupi kepalaku juga. Aku sesaat tersipu.

"Cepat pegang. Aku mulai pegal, atau kau akan kehujanan lagi," ucapnya dengan nada datar.

Aku tersenyum tipis. Ternyata, anak ini tidak sepenuhnya dingin. Ada perhatian kecil di balik sikapnya. 

Aku mengambil papan itu dan membantunya memindahkan beberapa potongan papan untuk kami selidiki lebih lanjut. Kami mencari tempat yang agak teduh di pinggiran sungai. Di sana, Fahmi memeriksa potongan papan itu.

"Cocok," katanya setelah membandingkan pecahan papan tersebut. "Ternyata benar kalau kotak ini hancur. Namun, pertanyaannya sekarang, hancur karena arus atau sengaja dihancurkan?"

"Ayo coba periksa sekitar sungai. Siapa tahu ada petunjuk," pintaku, berusaha menenangkan pikiranku yang kalut.

Kami terus mencari hingga Fahmi menemukan sesuatu yang mencurigakan. Ada semak-semak yang sebagian hancur seperti terinjak. Ketika dia menyingkapnya, di balik semak itu tampak sebuah gua. Gua itu cukup besar untuk dimasuki orang dewasa dengan merunduk. Mulut gua tampak gelap dan dalam, membuat bulu kudukku meremang.

"Aku akan masuk," ujar Fahmi tanpa ragu.

"Apa kau yakin ini aman? Bagaimana jika ada ular atau buaya?" tanyaku khawatir.

"Setidaknya kita tahu ketika mencobanya," jawabnya tegas.

Aku menghela napas. Anak ini seperti tidak mengenal rasa takut. Sudah beberapa kali dia menghadapi bahaya tanpa gentar. Kali ini, aku tak boleh takut seperti sebelumnya. Dengan gugup, aku mengekor di belakang, menyusuri kegelapan gua yang hanya diterangi oleh senter dari ponsel Fahmi.

Sesaat tanpa kata, tiba-tiba aku meminta sesuatu. "Bolehkah aku memegang tanganmu?" tanyaku pelan. Suaraku hampir bergetar karena ketakutan.

"Kenapa?," jawabnya, tanpa menoleh.

"Aku takut".

"Oke".

Aku menyentuh tangannya, dan sentuhan itu membuat jantungku berdetak lebih cepat. Ini kali pertama aku bersentuhan kulit dengan seseorang—terlebih lagi seorang cowok. Perasaan ini begitu aneh.

"Tanganmu dingin. Pegang pundak atau pinggangku saja," ucap Fahmi tiba-tiba.

Astaga. Apa aku tidak sedang bermimpi? Aku boleh memegang bagian tubuhnya? Jantungku semakin berdegup kencang. Aku tak sanggup berkata apa-apa. Dengan tangan gemetar, aku meraih pinggangnya. Meskipun tertutup pakaian basah, aku bisa merasakan kehangatan tubuhnya.

Kami terus berjalan dalam diam, membisu dalam pikiran masing-masing. Gua itu semakin gelap, dan hanya suara langkah kaki kami yang terdengar. Hingga akhirnya kami menemukan ruangan luas di tengah gua, disana kami melihat ada beberapa kotak terbuat dari papan yang belum hancur. Fahmi bergegas meraihnya. Dia tampak begitu bersemangat, mencoba membuka salah satu kotak dengan tergesa-gesa.

Ketika tutup kotak itu terbuka, aku dan Fahmi tertegun. Mata kami membelalak melihat isinya. Kotak itu penuh dengan bom rakitan.

"Astaga. Apa maksudnya semua ini?" tanyaku dengan suara bergetar.

"Kita harus berhati-hati. Kita belum tahu apakah bom ini aktif atau tidak," ujar Fahmi sambil mengeluarkan salah satu bom dengan sangat hati-hati. Dia memeriksanya.

"Sepertinya bom ini mati. Tidak ada lampu indikator yang menyala atau suara mendesing," katanya, mencoba menenangkan.

Aku menghela napas lega, meskipun perasaan was-was belum hilang sepenuhnya. "Apa mungkin bom ini digunakan untuk meledakkan gedung kantorku?" tanyaku pelan.

"Bisa jadi. Ayo kita bawa salah satu sebagai bukti ke kantor polisi. Aku sudah berhasil merusak salah satunya," kata Fahmi.

Dia mengangkat bom itu, menunjukkan kepadaku. Tangannya gemetar saat memegang benda berbahaya itu. Tiba-tiba, bom itu terlepas dari tangannya dan jatuh ke tanah.

"Awas!" seruku refleks.

Kami berdua serempak memungut bom yang terjatuh. Tangan kami bersentuhan, saling menumpuk beberapa saat. Lalu mata kami bertemu, aku merasakan sesuatu yang berbeda. Ada perasaan hangat yang menjalar cepat ke jantungku. Degupannya semakin keras, hingga rasanya seluruh dunia terdiam.

Fahmi perlahan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Apa yang sedang dia lakukan? Aku tak bisa berpikir jernih. Matanya tiba-tiba saja terpejam perlahan, dan tanpa sadar, aku mengikutinya. Apakah kami akan berciuman? Ini akan menjadi ciuman pertamaku...Namun.

"KETEMU! MEREKA DI SINI!"

Suara keras memecah keheningan. Kami segera membuka mata, terkejut dan terkesiap. Menoleh ke arah sumber suara, kami melihat beberapa pria mendekat. Mereka adalah pengejar kami, para penculik yang sebelumnya menculik Fahmi. Orang-orang ini pasti yang dimaksud David.

"Lari, Maya!" teriak Fahmi sambil menarik tanganku. Kami berlari sekuat tenaga menyusuri gua lebih dalam lagi, meninggalkan bom di belakang.

Ketegangan memuncak. Aku bisa mendengar suara langkah kaki para pengejar semakin mendekat. Nafasku tersengal, tubuhku lelah, namun aku tak boleh menyerah. Kami harus melarikan diri dan keluar dari tempat ini hidup-hidup.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
3115      1580     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
F I R D A U S
737      489     0     
Fantasy
Aku Ibu Bipolar
45      38     1     
True Story
Indah Larasati, 30 tahun. Seorang penulis, ibu, istri, dan penyintas gangguan bipolar. Di balik namanya yang indah, tersimpan pergulatan batin yang penuh luka dan air mata. Hari-harinya dipenuhi amarah yang meledak tiba-tiba, lalu berubah menjadi tangis dan penyesalan yang mengguncang. Depresi menjadi teman akrab, sementara fase mania menjerumuskannya dalam euforia semu yang melelahkan. Namun...
Persinggahan Hati
2056      833     1     
Romance
Pesan dibalik artikel Azkia, membuatnya bertanya - tanya. Pasalnya, pesan tersebut dibuat oleh pelaku yang telah merusak mading sekolahnya, sekaligus orang yang akan mengkhitbahnya kelak setelah ia lulus sekolah. Siapakah orang tersebut ? Dan mengakhiri CInta Diamnya pada Rifqi ?
Negasi
141      103     2     
Fantasy
"Manusia nggak bisa lihat jin?" Zoya terkekeh. "Periksa mata, sih. Buta kali." Dahi Rayna tampak berkerut. Dunia macam apa ini? Manusia di depannya ini waras atau tidak, sih? Sejak kesadarannya kembali, Rayna merasa seperti terbangun di dunia yang asing. Dunia aneh di mana jin terlihat berseliweran bebas tanpa bisa melihat manusia, justru dianggap normal. Terdampar di dunia asing tanpa ...
IMPIANKU
27380      4127     14     
Mystery
Deskripsi Setiap manusia pasti memiliki sebuah impian, dan berusaha untuk mewujudkan impiannya itu. Walau terkadang suka terjebak dengan apa yang diusahakan dalam menggapai impian tersebut. Begitu pun yang dialami oleh Satria, dalam usaha mewujudkan segala impiannya, sebagai anak Broken Home. Walau keadaan keluarganya hancur karena keegoisan sang ayah. Satria mencoba mencari jati dirinya,...
Last Hour of Spring
1522      804     56     
Romance
Kim Hae-Jin, pemuda introvert yang memiliki trauma masa lalu dengan keluarganya tidak sengaja bertemu dengan Song Yoo-Jung, gadis jenius yang berkepribadian sama sepertinya. Tapi ada yang aneh dengan gadis itu. Gadis itu mengidap penyakit yang tak biasa, ALS. Anehnya lagi, ia bertindak seperti orang sehat lainnya. Bahkan gadis itu tidak seperti orang sakit dan memiliki daya juang yang tinggi.
Cerita Cinta anak magang
462      290     1     
Fan Fiction
Cinta dan persahabatan, terkadang membuat mereka lupa mana kawan dan mana lawan. Kebersamaan yang mereka lalui, harus berakhir saling membenci cuma karena persaingan. antara cinta, persahabatan dan Karir harus pupus cuma karena keegoisan sendiri. akankah, kebersamaan mereka akan kembali? atau hanya menyisakan dendam semata yang membuat mereka saling benci? "Gue enggak bisa terus-terusan mend...
Mencari Cinta Suamiku
635      346     2     
Romance
“Mari berhenti melihat punggung orang lain. Semua yang harus kamu lakukan itu adalah berbalik. Kalau kamu berbalik, aku ada disini.” Setelah aku bersaing dengan masa lalumu yang raganya jelas-jelas sudah dipeluk bumi, sekarang sainganku adalah penyembuhmu yang ternyata bukan aku. Lantas tahta apa yang tersisa untukku dihatimu?.
Mendadak Pacar
9222      1860     1     
Romance
Rio adalah seorang pelajar yang jatuh cinta pada teman sekelasnya, Rena. Suatu hari, suatu peristiwa mengubah jalannya hari-hari Rio di tahun terakhirnya sebagai siswa SMA