Read More >>"> Ketika Bom Menyulut Cinta (Bab 8: Bom Menyulut Cinta) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Ketika Bom Menyulut Cinta
MENU
About Us  

Waktu kami semakin sempit. Para pengejar sudah hampir menemukan kami. Jika kami tetap berkeliaran di pusat kota, aku yakin sebentar lagi kami akan tertangkap. Gerimis mulai turun sore ini. Aku meminta Fahmi untuk berteduh sejenak, namun dia menolak. Alhasil, kami basah kuyup.

"Di mana semak yang ditunjuk Pak Fajar? Aku yakin kita sudah menyusuri sungai cukup jauh," tanyaku, menghapus air hujan dari wajahku.

"Betul, aku juga merasa begitu," jawab Fahmi, suaranya nyaris tak terdengar di bawah derai hujan.

"Tunggu, berhenti! Aku melihat sesuatu," seruku sambil menunjuk ke arah semak-semak di tepi sungai yang tersembunyi. disana ada tumpukan kayu berbentuk papan. Sebagian sudah lapuk dan hancur. Kami mendekati tumpukan kayu itu dengan hati-hati, pakaian kami berat karena air hujan.

"Apa ini kayu yang orang tuamu gunakan untuk membuat kotak?" tanyaku pada Fahmi.

"Mungkin," jawabnya singkat, seperti biasa.

Aku meraih salah satu papan dan mengamati bekas-bekas pecahannya. "Jumlahnya cukup banyak. Apa ini hancur oleh arus atau ada yang sengaja merusaknya?" gumamku, lebih kepada diriku sendiri.

Fahmi mengambil beberapa papan lalu menutupkannya di atas kepala kami. Ya, dia menutupi kepalaku juga. Aku sesaat tersipu.

"Cepat pegang. Aku mulai pegal, atau kau akan kehujanan lagi," ucapnya dengan nada datar.

Aku tersenyum tipis. Ternyata, anak ini tidak sepenuhnya dingin. Ada perhatian kecil di balik sikapnya. 

Aku mengambil papan itu dan membantunya memindahkan beberapa potongan papan untuk kami selidiki lebih lanjut. Kami mencari tempat yang agak teduh di pinggiran sungai. Di sana, Fahmi memeriksa potongan papan itu.

"Cocok," katanya setelah membandingkan pecahan papan tersebut. "Ternyata benar kalau kotak ini hancur. Namun, pertanyaannya sekarang, hancur karena arus atau sengaja dihancurkan?"

"Ayo coba periksa sekitar sungai. Siapa tahu ada petunjuk," pintaku, berusaha menenangkan pikiranku yang kalut.

Kami terus mencari hingga Fahmi menemukan sesuatu yang mencurigakan. Ada semak-semak yang sebagian hancur seperti terinjak. Ketika dia menyingkapnya, di balik semak itu tampak sebuah gua. Gua itu cukup besar untuk dimasuki orang dewasa dengan merunduk. Mulut gua tampak gelap dan dalam, membuat bulu kudukku meremang.

"Aku akan masuk," ujar Fahmi tanpa ragu.

"Apa kau yakin ini aman? Bagaimana jika ada ular atau buaya?" tanyaku khawatir.

"Setidaknya kita tahu ketika mencobanya," jawabnya tegas.

Aku menghela napas. Anak ini seperti tidak mengenal rasa takut. Sudah beberapa kali dia menghadapi bahaya tanpa gentar. Kali ini, aku tak boleh takut seperti sebelumnya. Dengan gugup, aku mengekor di belakang, menyusuri kegelapan gua.

Sesaat tanpa kata, tiba-tiba aku meminta sesuatu. "Bolehkah aku memegang tanganmu?" tanyaku pelan. Suaraku hampir bergetar karena ketakutan.

"Kenapa?," jawabnya, tanpa menoleh.

"Aku takut".

"Oke".

Aku menyentuh tangannya, dan sentuhan itu membuat jantungku berdetak lebih cepat. Ini kali pertama aku bersentuhan kulit dengan seseorang—terlebih lagi seorang cowok. Perasaan ini begitu aneh.

"Tanganmu dingin. Pegang pundak atau pinggangku saja," ucap Fahmi tiba-tiba.

Astaga. Apa aku tidak sedang bermimpi? Aku boleh memegang bagian tubuhnya? Jantungku semakin berdegup kencang. Aku tak sanggup berkata apa-apa. Dengan tangan gemetar, aku meraih pinggangnya. Meskipun tertutup pakaian basah, aku bisa merasakan kehangatan tubuhnya.

Kami terus berjalan dalam diam, membisu dalam pikiran masing-masing. Gua itu semakin gelap, dan hanya suara langkah kaki kami yang terdengar. Hingga akhirnya kami menemukan beberapa kotak papan yang belum hancur. Fahmi bergegas meraihnya. Dia tampak begitu bersemangat, mencoba membuka salah satu kotak dengan tergesa-gesa.

Ketika tutup kotak itu terbuka, aku dan Fahmi tertegun. Mata kami membelalak melihat isinya. Kotak itu penuh dengan bom rakitan.

"Astaga. Apa maksudnya semua ini?" tanyaku dengan suara bergetar.

"Kita harus berhati-hati. Kita belum tahu apakah bom ini aktif atau tidak," ujar Fahmi sambil mengeluarkan salah satu bom dengan sangat hati-hati. Dia memeriksanya.

"Sepertinya bom ini mati. Tidak ada lampu indikator yang menyala atau suara mendesing," katanya, mencoba menenangkan.

Aku menghela napas lega, meskipun perasaan was-was belum hilang sepenuhnya. "Apa mungkin bom ini digunakan untuk meledakkan gedung kantorku?" tanyaku pelan.

"Bisa jadi. Ayo kita bawa salah satu sebagai bukti ke kantor polisi. Aku sudah berhasil merusak salah satunya," kata Fahmi.

Dia mengangkat bom itu, menunjukkan kepadaku. Tangannya gemetar saat memegang benda berbahaya itu. Tiba-tiba, bom itu terlepas dari tangannya dan jatuh ke tanah.

"Awas!" seruku refleks.

Kami berdua serempak memungut bom yang terjatuh. Tangan kami bersentuhan, saling menumpuk beberapa saat. Lalu mata kami bertemu, aku merasakan sesuatu yang berbeda. Ada perasaan hangat yang menjalar cepat ke jantungku. Degupannya semakin keras, hingga rasanya seluruh dunia terdiam.

Fahmi perlahan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Apa yang sedang dia lakukan? Aku tak bisa berpikir jernih. Matanya tiba-tiba saja terpejam perlahan, dan tanpa sadar, aku mengikutinya. Apakah kami akan berciuman? Ini akan menjadi ciuman pertamaku...Namun.

"KETEMU! MEREKA DI SINI!"

Suara keras memecah keheningan. Kami segera membuka mata, terkejut dan terkesiap. Menoleh ke arah sumber suara, kami melihat beberapa pria mendekat. Mereka adalah pengejar kami, para penculik yang sebelumnya menculik Fahmi. Orang-orang ini pasti yang dimaksud David.

"Lari, Maya!" teriak Fahmi sambil menarik tanganku. Kami berlari sekuat tenaga menyusuri gua lebih dalam lagi, meninggalkan bom di belakang.

Ketegangan memuncak. Aku bisa mendengar suara langkah kaki para pengejar semakin mendekat. Napasku tersengal, tubuhku lelah, namun aku tak boleh menyerah. Kami harus melarikan diri dan keluar dari tempat ini hidup-hidup.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Gilan(G)ia
466      244     3     
Romance
Membangun perubahan diri, agar menciptakan kenangan indah bersama teman sekelas mungkin bisa membuat Gia melupakan seseorang dari masa lalunya. Namun, ia harus menghadapi Gilang, teman sebangkunya yang terkesan dingin dan antisosial.
Bus dan Bekal
2341      1104     6     
Romance
Posisi Satria sebagai seorang siswa sudah berkali-kali berada di ambang batas. Cowok itu sudah hampir dikeluarkan beberapa kali karena sering bolos kelas dan lain-lain. Mentari selalu mencegah hal itu terjadi. Berusaha untuk membuat Satria tetap berada di kelas, mendorongnya untuk tetap belajar, dan melakukan hal lain yang sudah sepatutnya seorang siswa lakukan. Namun, Mentari lebih sering ga...
Chloe & Chelsea
7455      1641     1     
Mystery
30 cerita pendek berbentuk dribble (50 kata) atau drabble (100 kata) atau trabble (300 kata) dengan urutan acak, menceritakan kisah hidup tokoh Chloe dan tokoh Chelsea beserta orang-orang tercinta di sekitar mereka. Menjadi spin off Duo Future Detective Series karena bersinggungan dengan dwilogi Cherlones Mysteries, dan juga sekaligus sebagai prekuel cerita A Perfect Clues.
SIBLINGS
6528      1152     8     
Humor
Grisel dan Zeera adalah dua kakak beradik yang mempunyai kepribadian yang berbeda. Hingga saat Grisel menginjak SMA yang sama dengan Kakaknya. Mereka sepakat untuk berpura-pura tidak kenal satu sama lain. Apa alasan dari keputusan mereka tersebut?
Peri Hujan dan Sepucuk Mawar Merah
835      479     8     
Short Story
Sobara adalah anak SMA yang sangat tampan. Suatu hari dia menerima sepucuk surat dari seseorang. Surat itu mengubah hidupnya terhadap keyakinan masa kanak-kanaknya yang dianggap baginya sungguh tidak masuk akal. Ikuti cerita pendek Peri Hujan dan Sepucuk Mawar Merah yang akan membuatmu yakin bahwa masa kanak-kanak adalah hal yang terindah.
SEBUAH KEBAHAGIAAN
528      409     3     
Short Story
Segala hal berkahir dengan bahagia, kalau tidak bahagia maka itu bukanlah akhir dari segalanya. Tetaplah bersabar dan berjuang. Dan inilah hari esok yang ditunggu itu. Sebuah kebahagiaan.
My Perfect Stranger
9174      3394     2     
Romance
Eleanor dan Cedric terpaksa menjalin hubungan kontrak selama dua bulan dikarenakan skandal aneh mengenai hubungan satu malam mereka di hari Valentine. Mereka mencurigai pelaku yang menyebarkan gosip itu adalah penguntit yang mengincar mereka semenjak masih remaja, meski mereka tidak memiliki hubungan apa pun sejak dulu. Sebelum insiden itu terjadi, Eleanor mengunjungi sebuah toko buku misteri...
Mapel di Musim Gugur
424      297     0     
Short Story
Tidak ada yang berbeda dari musim gugur tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya, kecuali senyuman terindah. Sebuah senyuman yang tidak mampu lagi kuraih.
Novel Andre Jatmiko
8543      1840     3     
Romance
Nita Anggraini seorang siswi XII ingin menjadi seorang penulis terkenal. Suatu hari dia menulis novel tentang masa lalu yang menceritakan kisahnya dengan Andre Jatmiko. Saat dia sedang asik menulis, seorang pembaca online bernama Miko1998, mereka berbalas pesan yang berakhir dengan sebuah tantangan ala Loro Jonggrang dari Nita untuk Miko, tantangan yang berakhir dengan kekalahan Nita. Sesudah ...
KAMUFLASE KAMERA DAN CINTA
592      410     1     
Short Story
lelaki bertubuh besar berjaket hitam menunjukan senyum simpul yang khas .senyum yang membuat jantungku berdegup tak beraturan, dan senyum yang selalu mengingatkanku pada perpisahan di bulan Januari. Konflik antara Mas Pras dan Om Tegar tak kunjung usai ,Kamera lah yang membawa aku dan dia pada satu titik dan kameralah yang membuat kita....