Read More >>"> Sugar On Top (Chapter 5 : Agreement (2)) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sugar On Top
MENU
About Us  

Hazel menyerahkan kembali kontrak yang telah ia tandatangani kepada pria di depannya. Ia menghela napas pelan, mencoba meredam perasaan tak menentu yang bergejolak di dadanya.

Pria itu mengambil kontrak tersebut, menatap tanda tangan Hazel sejenak sebelum menyimpannya di dalam map berwarna hitam. Ia kembali menatap Hazel, kini dengan sorot mata yang lebih lembut meski tetap penuh kewaspadaan.

"Jadi," ucap pria itu, bersandar dengan santai di kursinya. "Kenapa kau tiba-tiba memutuskan kembali ke Las Vegas? Aku tahu hidupmu cukup tenang di London bersama kakakmu."

Hazel terdiam sejenak. Ia tak menyangka akan mendapatkan pertanyaan seperti itu dan mengapa pria ini tahu segalanya tentang Hazel? Sangat menakutkan.

Tetapi,mengingat alasan sebenarnya membuat dadanya terasa sesak, tapi ia mencoba menutupi kerentanannya dengan senyuman kecil.

"Karena aku merasa ada yang belum selesai di sini," jawab Hazel pelan. "Selain untuk melanjutkan pendidikan, aku ingin mencari jawaban. Ada banyak hal yang tak pernah ku mengerti tentang kematian orang tuaku, dan aku ingin tahu kebenarannya."

Pria itu mengangguk perlahan, seolah puas dengan jawaban Hazel. Ia tampak merenung sejenak sebelum akhirnya berkata, "Itu keputusan yang berani. Tapi kau harus berhati-hati. Las Vegas mungkin terlihat gemerlap, tapi di bawah semua itu, ada banyak kegelapan."

Hazel tersenyum tipis. "Aku sudah merasakannya."

"Ngomong-ngomong," Hazel melanjutkan dengan nada ingin tahu, "aku baru menyadari, aku bahkan belum tahu namamu."

Pria itu terdiam sesaat, lalu tersenyum kecil. "Damien Blake," ucapnya akhirnya, dengan nada suara yang tenang namun tegas.

Hazel mengulang nama itu dalam hati. Nama yang terkesan elegan, kuat, namun misterius. "Damien," ia mencoba menyebut nama itu. "Jadi, kau bukan hanya seorang pria yang tiba-tiba muncul di kehidupanku. Kau punya hubungan dengan masa lalu keluargaku."

Damien mengangguk. "Dan masa lalu itu lebih rumit daripada yang kau bayangkan. Tapi jangan khawatir, aku akan membantumu menemukannya."

Hazel memiringkan kepalanya, menatap Damien penuh kecurigaan. "Kenapa kau mau membantuku? Apa kau juga punya sesuatu yang ingin kau selesaikan?"

Damien tersenyum tipis, senyuman yang sulit diartikan. "Bisa dibilang begitu. Kita punya musuh yang sama, Hazel. Dan aku percaya kita bisa lebih kuat jika bekerja sama."

"Tapi kenapa aku merasa ini bukan hanya tentang membantuku?" Hazel menantang.

Damien mengangkat bahu. "Kau benar. Tapi kau juga membutuhkan bantuanku. Jadi, mari kita anggap ini sebagai kerjasama yang saling menguntungkan."

Hazel mendesah, lalu mengalihkan pandangan. Ia belum sepenuhnya percaya pada Damien, tapi ia juga tahu pria itu adalah kunci untuk mengungkap kebenaran.

"Oh, satu hal lagi," Damien menambahkan, nadanya serius. "Selama kita masih terikat kontrak, aku akan menjamin keselamatanmu. Kau tak perlu khawatir, bahkan jika kau merasa ada yang mengikutimu."

Hazel menatap Damien dengan alis terangkat. "Bagaimana kau tahu aku merasa seperti itu?"

Damien hanya tersenyum kecil, tidak menjawab. Ia melanjutkan, "Dan satu lagi, aku ingin kau tetap tinggal di rumah paman dan bibimu. Jangan terburu-buru pindah."

"Tinggal di sana? Kau tahu sendiri betapa tidak nyamannya tempat itu untukku," Hazel berargumen.

"Aku tahu. Tapi kau harus tetap di sana. Untuk saat ini, itu adalah posisi terbaik untuk memantau mereka. Kau tahu ada sesuatu yang janggal, bukan? Dan aku butuh kau untuk tetap di sana, mengamati, dan melaporkan apa pun yang kau curigai."

Hazel mendesah berat. Ia tahu Damien punya maksud, tapi ide tinggal lebih lama di rumah paman Jack membuatnya muak. "Baiklah," ia akhirnya setuju. "Tapi hanya untuk sementara."

Damien mengangguk, tampak puas dengan jawaban itu. "Bagus. Kau akan paham nanti bahwa ini adalah langkah yang tepat."

Mereka berdua terdiam sejenak, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka. Hazel merasa kehidupannya semakin rumit, tapi ia juga merasakan secercah harapan. Mungkin, dengan bantuan Damien, ia akhirnya bisa menemukan jawaban yang selama ini ia cari.

Ini semua Hazel lakukan demi kedua orang tua nya dan Sabina.

---

Saat senja mulai meredup, Damien memandang Hazel dengan ekspresi dingin namun penuh wibawa. Ia berdiri di depan pintu besar ruang tamu, tangannya menyelip di saku celananya. Hazel, yang masih duduk di sofa berbulu mewah, merasa sedikit canggung berada di rumah besar itu.

"Kontrak sudah selesai," ucap Damien dengan suara berat namun tegas. "Nolan akan mengantarmu pulang. Untuk sementara, tetaplah di rumah paman dan bibimu. Jangan bertindak gegabah tanpa persetujuanku."

Hazel mendongak, menatap Damien dengan tatapan penuh tanya. "Kenapa kau ingin aku tetap tinggal di sana? Bukankah lebih aman kalau aku menjauh dari mereka?"

Damien menghela napas pelan, matanya menyipit seolah sedang menimbang-nimbang jawaban. "Aman, mungkin. Tapi kau akan kehilangan akses untuk mengawasi mereka. Bianca dan Jack licik, Hazel. Jika kau pergi, mereka akan bergerak lebih leluasa. Tetaplah di sana. Kau tidak sendiri. Kami akan memantau mereka dari jauh."

Hazel terdiam, mencoba mencerna kata-kata Damien. Meskipun ia merasa berat hati, ia tahu Damien benar.

"Baiklah," gumam Hazel akhirnya. "Aku akan tetap di sana, tapi tidak untuk waktu yang lama."

Damien mengangguk, lalu menoleh ke arah Nolan yang berdiri di dekat pintu. "Nolan, antar dia pulang. Pastikan tidak ada yang mengikuti kalian."

Nolan segera mengangguk, mengambil jaketnya yang tergantung di dekat pintu. "Siap, Tuan."

Saat Hazel berdiri dan berjalan mendekati pintu, Damien menambahkan, "Ingat, Hazel. Jangan lakukan apa pun tanpa berdiskusi denganku. Aku tidak hanya menjamin keselamatanmu, tapi juga memastikan kau mendapatkan apa yang menjadi hakmu."

Hazel menatap Damien sesaat, matanya penuh kebingungan sekaligus rasa penasaran. "Kenapa kau peduli?" tanyanya lirih.

Damien hanya tersenyum tipis, lalu berbalik dan berjalan menjauh tanpa memberikan jawaban.

Nolan memberi isyarat agar Hazel mengikutinya. "Ayo, waktunya kita pergi," ujarnya singkat.

Hazel melangkah keluar rumah besar itu bersama Nolan, masih dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang terus bersarang di benaknya. Di dalam mobil, ia tahu ada banyak hal yang harus ia ketahui, tapi entah kenapa, ia merasa ini baru permulaan dari sesuatu yang jauh lebih besar.

"Nolan, sebenarnya kau dan Damien itu apa? Maksudku, kalian siapa?" Tanya Hazel penuh selidik.

Nolan mengerutkan kening nya. "Bukankah kau sudah berbicara dengannya? Harusnya kau sudah tahu kan?"

"Tapi, aku merasa semua nya belum jelas."

Dibalik kemudinya, Nolan sedang berpikir untuk menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi, kata-kata apa yang pas untuk dikatakan kepada gadis berambut pirang ini.

"Nanti kau akan tahu, sabarlah. Ikuti saja apa yang Damien katakan. Bukankah ini akan lebih mudah untuk mendapatkan milik orang tua mu?"

Hazel menarik nafas panjang, apa langkah nya kembali ke Las Vegas ini salah? Apakah yang Sabina katakan benar?

Tapi jika ia ikut bersama Sabina, semua yang orang tua nya miliki hilang begitu saja. Hazel tahu apa yang orang tua nya dapatkan penuh dengan perjuangan dan waktu tentunya.

Hazel tidak ingin perjuangan orang tua nya jatuh ke tangan yang salah.

"Sebenarnya aku tidak terlalu peduli tentang harta, hanya saja aku tidak ingin apa yang orang tua-ku usahakan dengan susah payah hilang begitu saja, jika mereka masih hidup pasti mereka akan merasa sangat sedih."

Nolan mengangguk kecil sambil tetap fokus mengemudi. Di dalam mobil yang melaju tenang di tengah gemerlap malam Las Vegas, Hazel duduk dengan tangan bersilang di dada, tatapannya tertuju keluar jendela. Namun, pikirannya penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.

“Jadi, kau benar-benar tidak akan memberitahuku lebih banyak tentang Damien?” Hazel kembali membuka percakapan, nadanya setengah menyindir.

Nolan meliriknya sekilas melalui kaca spion dalam. “Tidak banyak yang perlu kau tahu. Damien lebih dari sekadar rekan bisnismu atau pengusaha sukses. Dia adalah seseorang yang selalu mendapatkan apa yang dia inginkan.”

Hazel menghela napas frustrasi. “Itu bukan jawaban. Dia tahu terlalu banyak tentang keluargaku. Tentang aku dan Sabina. Lebih dari sekadar urusan bisnis biasa. Bagaimana bisa dia tahu?”

Nolan tetap tenang, meskipun tatapannya sedikit mengeras. “Itu bukan urusanku untuk menjelaskan, Hazel. Jika Damien ingin kau tahu, dia akan memberitahumu sendiri.”

Hazel mendengus, merasa percuma untuk mendesak Nolan lebih jauh. Pria itu jelas sangat setia pada Damien, dan tidak akan mengungkapkan apapun yang tidak diizinkan.

Setelah beberapa saat hening, Nolan malah berbalik bertanya, “Aku penasaran, Hazel. Kalau kau tahu paman dan bibimu gila harta, kenapa kau ingin keluar dari rumah itu? Bukankah tujuanmu kembali ke sini adalah untuk mengambil kembali hakmu dan Sabina?”

Hazel terdiam sesaat, mencoba merangkai kata-kata. “Aku tahu itu hakku,” jawabnya akhirnya. “Tapi aku juga tahu siapa yang sedang kuhadapi. Jack dan istrinya tidak akan segan-segan melakukan apapun untuk mempertahankan apa yang mereka curi orang tuaku, dariku dan Sabina. Aku tidak ingin gegabah.”

Nolan mengangkat alis, menunggu Hazel melanjutkan.

“Bianca sudah was-was dengan kehadiranku,” lanjut Hazel. “Aku bisa melihatnya dari cara dia berbicara, dari gerak-geriknya. Jika aku tetap tinggal, itu hanya akan memperburuk keadaan. Aku harus keluar dari rumah itu untuk berpikir dengan jernih dan menyusun langkahku. Aku tidak ingin mengambil kembali hakku dengan cara yang salah... atau dengan tumpah darah.”

Nolan mendengarkan dengan serius, mengangguk pelan. “Kau benar,” katanya akhirnya. “Paman dan bibimu memang tidak akan menyerah dengan mudah. Tapi kau juga harus ingat, semakin jauh kau dari mereka, semakin sulit untuk memantau langkah mereka.”

Hazel menatap Nolan, matanya penuh tekad. “Aku tahu. Tapi aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku hanya butuh waktu. Lagipula, aku tidak sendiri, bukan?”

Nolan tersenyum tipis, meskipun matanya tetap tajam. “Benar. Kau tidak sendiri. Selama kau masih bekerja sama dengan Damien, dia tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi padamu.”

Hazel memutar matanya sedikit. “Tentu saja, asalkan aku tetap terikat dengan kontraknya.”

Nolan tertawa kecil. “Kau cepat belajar. Tapi, Hazel, satu hal yang harus kau ingat: Damien tidak pernah membuat kontrak tanpa alasan. Jika dia memilih untuk membantumu, berarti dia melihat sesuatu yang berharga di dirimu.”

Ucapan Nolan membuat Hazel terdiam. Ia memikirkan kembali kontrak yang baru saja ia tandatangani dan semua kata-kata Damien sore tadi. Apa sebenarnya tujuan Damien yang sesungguhnya?

Mobil berhenti di depan rumah paman Jack. Hazel menghela napas panjang sebelum membuka pintu mobil.

“Terima kasih sudah mengantarku,” katanya singkat.

Nolan hanya mengangguk. Sebelum Hazel menutup pintu, ia berkata, “Ingat, jangan gegabah, Hazel. Kau harus cerdas menghadapi mereka. Dan jika ada sesuatu yang mencurigakan, laporkan pada Damien atau aku.”

Hazel hanya mengangguk

tanpa banyak bicara. Ia keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu rumah, merasa sedikit lebih kuat namun tetap dibayangi oleh ketidakpastian.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Special
1306      712     1     
Romance
Setiap orang pasti punya orang-orang yang dispesialkan. Mungkin itu sahabat, keluarga, atau bahkan kekasih. Namun, bagaimana jika orang yang dispesialkan tidak mampu kita miliki? Bertahan atau menyerah adalah pilihan. Tentang hati yang masih saja bertahan pada cinta pertama walaupun kenyataan pahit selalu menerpa. Hingga lupa bahwa ada yang lebih pantas dispesialkan.
NI-NA-NO
1348      612     1     
Romance
Semua orang pasti punya cinta pertama yang susah dilupakan. Pun Gunawan Wibisono alias Nano, yang merasakan kerumitan hati pada Nina yang susah dia lupakan di akhir masa sekolah dasar. Akankah cinta pertama itu ikut tumbuh dewasa? Bisakah Nano menghentikan perasaan yang rumit itu?
Pisah Temu
914      493     1     
Romance
Jangan biarkan masalah membawa mu pergi.. Pulanglah.. Temu
Laci Meja
459      305     0     
Short Story
Bunga yang terletak di laci meja Cella akhir-akhir ini membuatnya resah. Dia pun mulai bertekad untuk mencari tahu siapa pelakunya dan untuk apa bunga ini dikirim. Apa ini....teror?
Untuk Takdir dan Kehidupan Yang Seolah Mengancam
526      375     0     
Romance
Untuk takdir dan kehidupan yang seolah mengancam. Aku berdiri, tegak menatap ke arah langit yang awalnya biru lalu jadi kelabu. Ini kehidupanku, yang Tuhan berikan padaku, bukan, bukan diberikan tetapi dititipkan. Aku tahu. Juga, warna kelabu yang kau selipkan pada setiap langkah yang kuambil. Di balik gorden yang tadinya aku kira emas, ternyata lebih gelap dari perunggu. Afeksi yang kautuju...
DarkLove 2
1164      521     5     
Romance
DarkLove 2 adalah lanjutan dari kisah cinta yang belum usai antara Clara Pamela, Rain Wijaya, dan Jaenn Wijaya. Kisah cinta yang semakin rumit, membuat para pembaca DarkLove 1 tidak sabar untuk menunggu kedatangan Novel DarkLove 2. Jika dalam DarkLove 1 Clara menjadi milik Rain, apakah pada DarkLove 2 akan tetap sama? atau akan berubah? Simak kelanjutannya disini!!!
Arloji Antik
348      215     2     
Short Story
"Kalau langit bisa dikalahkan pasti aku akan ditugaskan untuk mengalahkannya" Tubuh ini hanya raga yang haus akan pengertian tentang perasaan kehidupan. Apa itu bahagia, sedih, lucu. yang aku ingat hanya dentingan jam dan malam yang gelap.
WHY???
1813      750     16     
Romance
Bagi Viona banyak sekali masalah yang menimpanya saat dia manjadi murid SMA, entah masalah keluargalah , persahabatannya lah , nilai - nilainya yang menurun lah dll, dan semuanya bertambah rumit lagi saat dia tau bahwa dia telah menyukai Dalvin kakak kelasnya yang terkenal cool,dan kasar. Semua itu bermula dari sebuah tatapan, tatapan yang membuat Viona merasa aneh dan bertanya-tanya apa arti tat...
Di Paksa Nikah
638      329     0     
Romance
Jafis. Sang Putra Mahkota royal family Leonando. Paras tampan nan rupawan. Pebisnis muda terkemuka. Incaran emak-emak sosialita untuk menjadi menantunya. Hingga jutaan kaum hawa mendambakannya untuk menjadi pendamping hidup. Mereka akan menggoda saat ada kesempatan. Sayangnya. Sang putra mahkota berdarah dingin. Mulut bak belati. Setiap ada keinginan harus segera dituruti. Tak bisa tunggu at...
Rindu
371      268     2     
Romance
Ketika rindu mengetuk hatimu, tapi yang dirindukan membuat bingung dirimu.