Loading...
Logo TinLit
Read Story - Ibu Mengajariku Tersenyum
MENU
About Us  

Sorak-sorai riuh memenuhi aula megah RSIA Purnama saat acara peluncuran Gen Kasih dimulai. Aula yang sebelumnya hanya digunakan untuk pertemuan medis dan seminar, berubah menjadi pusat perhatian dengan hiasan bunga-bunga segar dan latar belakang panggung yang indah.

Saat tiba waktunya, Jaya dan Bayu berada di panggung utama sebagai pembicara. Dia mengenakan setelan jas yang rapi dan tampak percaya diri. Mereka membawakan materi masing-masing dengan ekspresi wajah yang penuh semangat dan perhatian.

Segera saja, aura positif mereka menebar ke para pengunjung. Sejumlah pertanyaan terlontar dan dijawab satu per satu dengan santai dan sesederhana mungkin agar mudah dipahami. Jaya menyempatkan diri menebar pandangan dan senyuman ke seluruh tamu untuk menambah keakraban.

Di antara kerumunan di hadapan, Jaya sedikit terkejut dan gugup mendapati wajah yang pernah akrab mengisi harinya. Rena, perawat di rumah sakit umum tempat Jaya bekerja sebelumnya. Kesulitan menjaga profesionalitas usai retaknya hubungan asmara mereka, membuat Jaya menerima tawaran Bayu berkarier di RSIA Purnama. 

Rena cukup sadar sedang diperhatikan Jaya. Reflek dia melirik ke sebelahnya dengan sedikit khawatir. Reaksi semacam itu sudah cukup membuat Jaya memahami apa yang terjadi sepeninggalnya. Dokter Dedi sang spesialis penyakit dalam yang dikenalnya itu tentulah bukan sekedar mendampingi tempat duduk Rena, melainkan juga pendamping hatinya. 

Usai gelar wicara tersebut, Banyak yang menyerbu gerai Jaya dan Bayu untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Keduanya memberikan panduan tentang program Gen Kasih, dan menyapa semua orang dengan senyuman ramah, termasuk kepada Rena dan Dedi yang juga mampir ke gerainya.

Jaya tersenyum tipis dan menyapa, "Hai, Ren. Lama ya, enggak ketemu."

Rena terkejut, lalu menimpali, "Oh, Jaya. Ya, benar. Sudah lama sekali."

Jaya pun menjabat tangan Dedi sambil berbasa-basi, “Apa kabar, Ded?"

“Baik, baik. Kamu juga, kan?” jawab Dedi.

Jaya mengangguk dan menyahut, "Alhamdulillah. Jadi, kalian …?"

Dedi segera memahami maksud pertanyaan Jaya. “Ah, iya. Kami bertunangan,” terang Dedi sambil menggenggam jemari Rena.

Rena jadi salah tingkah dan mencoba mengalihkan topik dengan bertanya, "Jadi, ini kesibukanmu sekarang?"

Jaya menjawab dengan cukup diplomatis. Dedi tersenyum sambil bertanya menggoda, "Kayanya, ada yang bikin kamu betah di sini ya, Jay? Pendamping baru, mungkin?"

Jaya tersenyum samar seraya berkata, "Belum, Ded. Aku fokus kerja dulu saat ini."

Rena memperhatikan Jaya dengan tatapan sendu sambil bergumam, "Kamu selalu penuh dedikasi, Jaya."

Dedi berdeham dan memeluk Rena. Dia melempar pandangan ke sekeling dan berkomentar, "Semoga sukses ya, acaranya."

Jaya mengangguk dan menyambut tulus, "Terima kasih, Ded."

Dedi pun mengajak Rena berpamitan. Meski tampak sedikit enggan, Rena akhirnya mengikuti langkah Dedi menuju gerai-gerai lain yang disediakan di acara peluncuran Gen Kasih ini. Jaya menghela napas sejenak dan kembali mengulas senyum untuk pengunjung lain.

Sekilas, Jaya mengikuti arah gerak Rena menuju gerai Lab. Pak Atma tampil tak kalah profesional di sana. Beliau bahkan sampai berganti pakaian mengenakan setelan jas yang rapi dan kemeja putih untuk menyampaikan presentasi tentang proses tes lab. 

Jaya melihat dengan kagum pada Pak Atma yang menerima banyak pujian dan ucapan terima kasih dari para pengunjung. Diam-diam, Jaya ingin selanggeng Pak Atma dalam berkarier. 

Perlahan, dia jadi penasaran, seperti apa keluarga yang dipimpin Pak Atma? Seperti apa pasangan yang bisa melepaskan Pak Atma untuk terus berkarya seperti sekarang? Mungkin, Jaya akan mencari perempuan seperti itu. 

Akan tetapi, masihkah ada? Mengingat tidak banyak orang seperti Pak Atma, bisa jadi pendamping yang ideal pun merupakan barang langka. Apa lagi, dengan kondisi seperti Jaya. Dua kali sudah Jaya membina hubungan serius dalam asmara, selalu terjegal oleh perkara yang sama. Jaya jadi pesimis soal cinta. 

Jaya dan Bayu berdiri di belakang panggung, menyaksikan dengan bangga keberhasilan acara yang mereka rancang bersama. Sambil menata kursi, Bayu tersenyum dan bertanya penasaran, "Aku lihat, ada Rena tadi. Kalian sempat ngobrol?"

Jaya mengangguk pelan. 

"CLBK?" kejar Bayu lagi. 

"Boro-boro," jawab Jaya. "Dia datang sama tunangannya."

"Oh," sahut Bayu prihatin. Sejenak kemudian, Bayu tersenyum dan berseloroh, "Berarti, tadi ada pertunjukan teater dong, di peluncuran Gen Kasih? Dengan bumbu drama segala macam?"

Jaya tertawa melepaskan kegelisahan yang tersisa. Dia menghela napas panjang dan menimpali, "Iya, juga sih, Bay. Aku kira udah lulus ujian ketegaran hati, ternyata belum. Rasanya agak kikuk, tahu. Aku takut kelihatan aneh aja."

Bayu menyeletuk, "Tenang, tenang, Jay. Kita masih punya banyak waktu latihan. Yang penting, kamu enggak kelihatan kepanikan tadi!"

Jaya mengangkat alis seraya bertanya, "Emang aku kelihatan tenang?"

Bayu tertawa sebentar sebelum menjawab, "Enggak juga, sih. Cuma, kamu kelihatan cukup menahan diri. Itu yang penting!"

Jaya mengangguk-angguk dan menyahut, “Iya, sih. Lebih mudah dari yang kukira. Tadinya, kupkir bakal berat banget kalau ada momen kaya gini. Mana ada tunangannya, sama teman kerja sendiri lagi. Eh, ternyata, kok aku malah lega, ya?”

Bayu menggenggam dagu Jaya sambil tersenyum bangga dan berujar, “Mantap! Udah bisa move on, nih! Berarti aku enggak perlu lagi lihat matamu yang berkaca-kaca kaya setiap kali ketemu Tasya zaman kuliah dulu, kan?”

Jaya tertawa sambil mengibaskan tangan karena malu. “Duh! Jangan diingetin, dong! Namanya juga masih galau, Bro,” dalih Jaya.

“Sekarang udah enggak galau? Yakin?” canda Bayu.

“Hem … masih, sih. Cuma, soal lain,” gumam Jaya.

“Yang penting, soal cewek udah kelar, kan?” seloroh Bayu dengan tatapan sok menyelidik.

“Kelar!” sahut Jaya mantap.

Bayu berjingkrak kecil dan berseru, “Cihui! Ini baru Duo Bay ….”

“Eh! Enggak, enggak. Ini tempat umum, Bay. Malu,” cegah Jaya segera menurunkan kedua lengan Bayu yang sudah siap terentang ke depan.

Bayu manyun, tetapi secepat kilat terpikir ide lain yang membuatnya kembali ceria. “Kalau gitu, mari kita rayakan kepulanganmu dari masa lalu dengan es krim favorit!”

Di kantin, Bayu dan Jaya memesan satu scoop es krim favorit masing-masing. Rasa cokelat untuk Bayu dan vanila buat Jaya. Mereka kemudian mencari meja kosong di tengah ramainya pengunjung hari ini. 

Tepat di pojok, ada Pak Atma duduk sendiri dengan dua kursi kosong di meja yang salah satu sisinya merapat ke dinding itu. Bayu melambaikan tangan ke beliau dan mengajak Jaya duduk di sana. 

Pak Atma yang sedang asyik menikmati pisang goreng beserta kopi hitam itu menyambut gembira. Mereka pun berbasa-basi sejenak sambil menikmati hidangan masing-masing. Saat es krim di gelasnya tinggal sedikit, Bayu pun menyeletuk. 

"Pak Atma, mumpung ada orangnya. Bilang aja langsung," ujar Bayu sambil menyuap sendokan es krim terakhir. 

Pak Atma agak terkejut dan tersipu-sipu, sementara Jaya bertanya heran, "Ada apa, ya?"

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Liontin Semanggi
1887      1097     3     
Inspirational
Binar dan Ersa sama-sama cowok most wanted di sekolah. Mereka terkenal selain karena good looking, juga karena persaingan prestasi merebutkan ranking 1 paralel. Binar itu ramah meski hidupnya tidak mudah. Ersa itu dingin, hatinya dipenuhi dengki pada Binar. Sampai Ersa tidak sengaja melihat kalung dengan liontin Semanggi yang dipakai oleh Binar, sama persis dengan miliknya. Sejak saat...
Words Unsaid
631      366     2     
Short Story
For four years, I haven’t once told you my feelings. There are words still unsaid that I have always wanted to tell you.
Horses For Courses
11945      2380     18     
Romance
Temen-temen gue bilang gue songong, abang gue bahkan semakin ngatur-ngatur gue. Salahkah kalo gue nyari pelarian? Lalu kenapa gue yang dihukum? Nggak ada salahnya kan kalo gue teriak, "Horses For Courses"?.
Ibu
548      328     5     
Inspirational
Aku tau ibu menyayangiku, tapi aku yakin Ayahku jauh lebih menyayangiku. tapi, sejak Ayah meninggal, aku merasa dia tak lagi menyayangiku. dia selalu memarahiku. Ya bukan memarahi sih, lebih tepatnya 'terlalu sering menasihati' sampai2 ingin tuli saja rasanya. yaa walaupun tidak menyakiti secara fisik, tapi tetap saja itu membuatku jengkel padanya. Dan perlahan mendatangkan kebencian dalam dirik...
Mawar Putih
1441      766     4     
Short Story
Dia seseorang yang ku kenal. Yang membuatku mengerti arti cinta. Dia yang membuat detak jantung ini terus berdebar ketika bersama dia. Dia adalah pangeran masa kecil ku.
Mapel di Musim Gugur
463      331     0     
Short Story
Tidak ada yang berbeda dari musim gugur tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya, kecuali senyuman terindah. Sebuah senyuman yang tidak mampu lagi kuraih.
Secret Garden
328      275     0     
Romance
Bagi Rani, Bima yang kaya raya sangat sulit untuk digapai tangannya yang rapuh. Bagi Bima, Rani yang tegar dan terlahir dari keluarga sederhana sangat sulit untuk dia rengkuh. Tapi, apa jadinya kalau dua manusia berbeda kutub ini bertukar jiwa?
Goresan Luka
673      509     10     
Short Story
Cerpen ini menceritakan tentang kisah nyata hidupku. Aku memiliki kakak yang mempunyai kecacatan mental yang bernama Ina. Meskipun mempunyai kekurangan, aku sangat menyayanginya. Aku sangat takut kehilangannya. Hingga pada suatu hari ia meninggalkanku ketika pulang les menari. Aku dan keluargaku benar-benar khawatir padanya. Akankah kak Ina dapat ditemukan? Akankah kak Ina benar-benar pergi menin...
Hey, Limy!
1501      686     3     
Humor
Pertama, hidupku luar biasa, punya dua kakak ajaib. kedua, hidupku cukup istimewa, walau kadang dicuekin kembaran sendiri. ketiga, orang bilang, aku hidup bahagia. Iya itu kata orang. Mereka gak pernah tahu kalau hidupku gak semulus pantat bayi. Gak semudah nyir-nyiran gibah sana-sini. "Hey, Limy!" Mereka memanggilku Limy. Kalau lagi butuh doang.
NODA YANG BERWARNA
553      373     1     
Short Story
MENCERITAKAN PERJUANGAN SEORANG YANG SERING DI BULLY DI HIDUPNYA TENTANG BAGAIMANA SEHARUSNYA IA MENGHADAPI SEMUA COBAAN YANG TERJADI DALAM HIDUPNYA.