Loading...
Logo TinLit
Read Story - Ibu Mengajariku Tersenyum
MENU
About Us  

Jaya dan Bayu duduk menyimak dengan penuh perhatian Pak Atma yang sedang melakukan presentasi. Jaya merasa terinspirasi oleh antusiasme Pak Atma dalam menyampaikan materi. Tampak bahwa beliau tidak hanya seorang petugas lab yang cakap dalam hal ilmu genetika, tetapi juga sosok yang berbicara dengan begitu tulus.

Setelah menjelaskan proses tes genetik secara rinci, mencakup jenis tes yang berbeda, seperti tes pranatal dan tes pasca-kelahiran, Pak Atma melanjutkan dengan bertutur, "Saudara-saudara, tes genetik merupakan pengungkapan kebenaran atas misteri yang ada dalam diri. Ini membantu kita mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi masa depan keluarga kita. Sebuah proses yang dilakukan dengan cinta. Itulah mengapa saya sangat bersemangat membagikan pengetahuan ini dengan Anda. Saya siap menjawab pertanyaan serta membantu Anda melewati rasa ketidakpastian yang mungkin timbul, baik saat akan tes maupun setelah melihat hasilnya."

Jaya tersenyum dan saling pandang dengan Bayu yang mengangguk-angguk. Jaya menatap kagum ke Pak Atma dan jujur berujar, "Kalimat-kalimat motivasi yang bagus sebagai penutup, Pak Atma. Anda benar-benar menguasainya."

Pak Atma mengucapkan terima kasih dengan sopan. "Setiap orang butuh merasa didengar dan didukung kan, Mas Jaya? Kita harus meyakinkan bahwa akan selalu ada komunikasi dua arah di sini. Kan, capek kalau mereka mengeluh sendiri," canda Pak Atma.

Jaya terdiam sejenak, matanya melayang ke halaman presentasi Pak Atma yang menampilkan gambar sepasang suami-istri yang saling bergenggaman tangan. Tanpa sadar, dia menggumam, "Ya, Pak. Memang capek bicara sendiri."

“Bagaimana, Mas Jaya?” tanya Pak Atma lembut sambil mencondongkan telinga kanan ke arah Jaya.

Jaya gelagapan dan segera membentangkan senyuman. "Oh, enggak, Pak. Saya cuma teringat cara berkomunikasi saya dengan Ibu yang … pasif," jelasnya sambil menelan ludah.

Sejenak, Pak Atma memandang Jaya penuh penasaran. “Saya tidak menyangka. Mas Jaya yang pandai menata kata ini, ternyata memiliki ibu yang pendiam,” ungkap beliau.

“Oh, iya. Mungkin, itu yang membuat saya terlatih menata kata. Biar bisa lancar komunikasinya dengan Ibu,” cetus Jaya belingsatan sambil melirik ke Bayu seperti meminta tolong. Bayu hanya bisa mengedikkan bahu.

Berikutnya, Pak Atma meletakkan tangan lembutnya di bahu Jaya. "Bagaimanapun cara kalian berkomunikasi, Saya yakin, ibu Anda sangat mencintai Anda, Mas Jaya."

Jaya tersenyum padanya, merasa terharu atas dukungan yang diberikan oleh Pak Atma. "Terima kasih, Pak Atma. Saya juga yakin itu."

Pak Atma tersenyum. "Terima kasih ya, Mas Jaya. Saya tadi jadi belajar mengatasi kegugupan bicara di awal,” ujar beliau yang kemudian menoleh ke Bayu, “Terima kasih juga, Dokter Bayu. Sudah membantu saya sejak kemarin mempersiapkan materi presentasi yang efektif dan menarik.  Pokoknya, saya siap mendukung penuh program Gen Kasih!"

“Mantap, Pak Atma!” sahut Bayu sambil mengacungkan kepalan tinju.

Sepeninggalan Pak Atma, Bayu menyikut pinggang Jaya sambil berkelakar, “Dilihat-lihat, Pak Atma makin mirip aja ya, sama kamu?”

“Mirip? Mirip dari Hong Kong?” tanya Jaya gusar.

“Mirip dari Purnama!” tukas Bayu, “Ya, enggak tahu, sih. Mungkin, karena sama-sama pintar ngomong kali, ya? Pokoknya, sepintas kalian mirip, deh. Mana beliau perhatian lagi sama kamu. Masa kamu dapat ayah baru yang baik lagi, sih? Ih! enggak adil!”

“Iri? Mau jadi anaknya Pak Atma?” seloroh Jaya.

“He! Aku ini sudah bapak-bapak, ya. Kamu tuh, yang masih anak. Soalnya … jomlo!” canda Bayu.

“Tuh, kan. Ke situ lagi,” protes Jaya pura-pura cemberut.

“Yah …. Jangan dibikin serius, dong!” rayu Bayu.

“Maaf, ya. Aku enggak mau serius sama kamu. Kamu terlalu baik untukku. Kita temenan aja!” gurau Jaya.

“Lah? Bisa ngelawak dia!” cetus Bayu terpingkal-pingkal.

Jaya jadi malu sendiri. “Udah, deh! Keluar sana! Aku mau buka praktik,” usir Jaya.

“Eit! Sebentar,” sahut Bayu sambil mengunci pintu lalu merentangkan kedua lengan ke depan. Dia berbisik dengan tatapan penuh harap, “Duo Bay …?”

Jaya melengos malas, tetapi Bayu terus merayu. Akhirnya, Jaya mengikuti gerakan Bayu dan menyambung lirih, “Jay.”

Keduanya pun berputar-putar keliling ruangan dengan kedua belah bibir maju dan bergetar-getar mengeluarkan suara derum pelan. Setelah puas, keduanya tertawa tanpa suara sampai memegangi perut. Jaya memberi isyarat Bayu untuk keluar.

“Salam buat Profesor, ya!” kata Bayu sambil melambai dan melangkah keluar. Telapak tangan kirinya masih mendekap perut kirinya yang perih menahan gelak.  

***

Sorenya, Jaya memasuki panti rehabilitasi dengan perasaan harap dan cemas yang berkecamuk. Saat melihat ibunya yang seakan-akan terjebak dalam dunianya sendiri, pria bertubuh kurus itu teringat gambar sepasang suami-istri di lembar presentasi Pak Atma. 

Andai ada Ayah, tentu Ibu tidak kesepian begini, keluh Jaya yang semakin merindukan sosok ayah yang belum pernah dia temui. Apa lagi, dia mulai nyaman ketika bersama Pak Atma, seolah menemukan potongan yang hilang dalam dirinya. Sebuah potongan asing yang Jaya merasa tak berhak memilikinya.

Jaya berusaha fokus memikirkan terapi seni ekspresif yang akan diterapkannya ke Puspa. Jaya sangat berharap dengan pengetahuannya yang lebih lengkap tentang sang ibu, dan kepiawaiannya mengaplikasikan berbagai jenis terapi yang pernah dipelajari, mungkin dapat membantu Puspa merasa lebih baik, bahkan jika hanya sedikit.

Jaya mendekati Puspa dengan penuh kehati-hatian. dia duduk di samping Puspa dan berkata lembut, "Ibu, mulai hari ini, Bu Nia izin cuti melahirkan. Sebagai ganti, aku yang akan mendampingi Ibu agar bisa menjalani hari-hari lebih baik. Untuk itu, ada sesuatu yang ingin aku tawarkan. Siapa tahu, bisa membantu kita berdua berkomunikasi lebih efektif. Namanya, terapi seni ekspresif."

Puspa menatap Jaya, matanya penuh pertanyaan, meskipun tetap diam. Jaya pun melanjutkan, "Ini adalah cara untuk mengekspresikan perasaan kita melalui seni, seperti melukis, menggambar, atau membuat kerajinan. Kupikir ini bisa jadi cara untuk kita bisa lebih saling memahami. Aku ingat, Ibu sendiri yang dulu mengajariku menggambar, kan?"

Jaya menoleh ke lukisannya yang terpajang di atas ranjang. Puspa masih diam, tetapi Jaya melihat ada sedikit gairah dalam mata perempuan yang paling dihormatinya itu. Jaya kemudian menambahkan, “Kalau Ibu setuju, kita bisa melukis bersama. Atau, Ibu lebih tertarik dengan sesuatu yang lain? Kita akan mencobanya juga."

Beberapa saat kemudian, Puspa mengangguk perlahan, memberikan izin memulai terapi seni ekspresif. Diam-diam, ada binar kangen di kedua manik penglihatan Puspa yang sedang terkenang saat-saat dia mengenalkan ke Jaya cara menggores krayon.

Itu sebabnya, pilihannya langsung jatuh kepada deretan batang lilin berwarna itu, dibanding cat dan pensil warna yang ditawarkan Jaya. Jaya menyambut dengan anggukan dan senyum penuh harap. Mereka duduk bersama di ruang kamar, dengan selembar besar kertas gambar dan sekotak krayon di hadapan masing-masing.

Mulailah keduanya tenggelam mengekspresikan perasaan terpendam masing-masing melalui warna, bentuk, dan goresan. Jaya menggambar sesuatu yang abstrak. Dia menggunakan warna-warna gelap, seperti biru dan merah tua, untuk menciptakan latar belakang yang kompleks. Di tengah-tengahnya, ada sebuah matahari yang tertutup awan hitam. Namun, di sekitar matahari yang terhalang itu, ada cahaya yang bersinar-bersinar, mencoba menembus awan gelap tersebut.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Secret Garden
307      260     0     
Romance
Bagi Rani, Bima yang kaya raya sangat sulit untuk digapai tangannya yang rapuh. Bagi Bima, Rani yang tegar dan terlahir dari keluarga sederhana sangat sulit untuk dia rengkuh. Tapi, apa jadinya kalau dua manusia berbeda kutub ini bertukar jiwa?
Gadis Kopi Hitam
1093      767     7     
Short Story
Kisah ini, bukan sebuah kisah roman yang digemari dikalangan para pemuda. Kisah ini, hanya sebuah kisah sederhana bagaimana pahitnya hidup seseorang gadis yang terus tercebur dari cangkir kopi hitam yang satu ke cangkit kopi hitam lainnya. Kisah ini menyadarkan kita semua, bahwa seberapa tidak bahagianya kalian, ada yang lebih tidak berbahagia. Seberapa kalian harus menjalani hidup, walau pahit, ...
Coneflower
3942      1643     3     
True Story
Coneflower (echinacea) atau bunga kerucut dikaitkan dengan kesehatan, kekuatan, dan penyembuhan. Oleh karenanya, coneflower bermakna agar lekas sembuh. Kemudian dapat mencerahkan hari seseorang saat sembuh. Saat diberikan sebagai hadiah, coneflower akan berkata, "Aku harap kamu merasa lebih baik." — — — Violin, gadis anti-sosial yang baru saja masuk di lingkungan SMA. Dia ber...
Game of Dream
1419      791     4     
Science Fiction
Reina membuat sebuah permainan yang akhirnya dijual secara publik oleh perusahaannya. permainan itupun laku di pasaran sehingga dibuatlah sebuah turnamen besar dengan ratusan player yang ikut di dalamnya. Namun, sesuatu terjadi ketika turnamen itu berlangsung...
Chloe & Chelsea
8267      1799     1     
Mystery
30 cerita pendek berbentuk dribble (50 kata) atau drabble (100 kata) atau trabble (300 kata) dengan urutan acak, menceritakan kisah hidup tokoh Chloe dan tokoh Chelsea beserta orang-orang tercinta di sekitar mereka. Menjadi spin off Duo Future Detective Series karena bersinggungan dengan dwilogi Cherlones Mysteries, dan juga sekaligus sebagai prekuel cerita A Perfect Clues.
30 Days of Bless
890      508     5     
Short Story
Aku tidak percaya bahwa malaikat bisa berkamuflase menjadi manusia. Tapi di sebuah festival lampion, keajaiban bisa datang kapan saja.
Merayakan Apa Adanya
207      143     8     
Inspirational
Raya, si kurus yang pintar menyanyi, merasa lebih nyaman menyembunyikan kelebihannya. Padahal suaranya tak kalah keren dari penyanyi remaja jaman sekarang. Tuntutan demi tuntutan hidup terus mendorong dan memojokannya. Hingga dia berpikir, masih ada waktukah untuk dia merayakan sesuatu? Dengan menyanyi tanpa interupsi, sederhana dan apa adanya.
Bintang Sang Penjaga Cahaya
58      54     2     
Inspirational
Orang bilang, dia si penopang kehidupan. Orang bilang, dia si bahu yang kuat. Orang bilang, dialah pilar kokoh untuk rumah kecilnya. Bukan kah itu terdengar berlebihan walau nyatanya dia memanglah simbol kekuatan?
PROMISES [RE-WRITE]
5984      1775     13     
Fantasy
Aku kehilangan segalanya, bertepatan dengan padamnya lilin ulang tahunku, kehidupan baruku dimulai saat aku membuat perjanjian dengan dirinya,
My Sweety Girl
11218      2534     6     
Romance
Kenarya Alby Bimantara adalah sosok yang akan selalu ada untuk Maisha Biantari. Begitupun sebaliknya. Namun seiring berjalannya waktu salah satu dari keduanya perlahan terlepas. Cinta yang datang pada cowok berparas manis itu membuat Maisha ketakutan. Tentang sepi dan dingin yang sejak beberapa tahun pergi seolah kembali menghampiri. Jika ada jalan untuk mempertahankan Ken di sisinya, maka...