Read More >>"> Love Each Other (6. Dia yang Lain) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Love Each Other
MENU
About Us  

Darren membuka ponselnya ketika rapat penyusunan anggaran proyek itu telah selesai. Setelah berdebat dengan berbagai orang, akhirnya Darren dapat mengembalikan kewarasannya. Membuka aplikasi media sosial menjadi salah satu pilihan yang terbaik untuk menghilangkan rasa penatnya. Instagram yang telah lama menjadi sahabat terbaiknya itu tiba-tiba memunculkan sosok wanita yang mengisi pikirannya secara terus-menerus belakangan ini.

Wanita itu tersenyum dengan bahagia bersama dengan anak-anak kecil disekelilingnya. Senyuman wanita itu tanpa sadar mampu membuatnya jug aikut tersenyum. Dia mengeklik tombol suka. Matanya beralih mengamati kondisi lingkungan di foto tersebut. Dia tidak pernah melihat tempat itu di sekitar Jakarta, atau mungkin memang dia yang belum menelusuri seluk beluk Jakarta sejauh itu.

“Wihh, cantik juga fotonya.” Jefri menatap sekilas wanita itu. Wanita berambut pendek dengan senyuman manis dan anak-anak kecil disekelilingnya. Terlihat sangat cerah.

“Ngapain lo lihat-lihat hp gue?” ucap Darren dengan ketus. Dia lalu mengambil soda yang dibawa oleh Jefri. Pria itu protes melalui matanya. “Ini buat gue. Lo udah punya satu.”

Darren lalu meminum soda itu sambil menatap ponselnya. Matanya bahkan tidak berpaling sedikitpun dari benda persegi di era modern itu.

“Itu cewek yang lo maksud?” Darren hanya mengangguk untuk menjawabnya. “Cantik juga. Pantes lo pengen ngejar dia. Jadi, sekarang nyesel nolak dia dulu?”

Darren menatap Jefri yang juga menatapnya. Keduanya hanya saling pandang dengan Jefri yang meremehkan Darren. Dia menjadi manusia paling bahagia kalau harus menggoda Darren. Apalagi pria itu terlalu kaku dalam hidupnya. Sesekali melihat Darren menjadi bodoh karena cinta adalah hal yang paling dia inginkan. Ternyata tidak perlu menunggu waktu lama, tepat juga ketika umur mereka sebentar lagi menuju kepala tiga.

“Nggaklah. Dia udah beda dari yang dulu.”

“Jadi, lo suka dia yang sekarang? Yang dulu enggak? Kan sama-sama dia?” tanya Jefri untuk memastikan perasaan Darren.

“Dia aja bisa suka gue di masa lalu tapi dia nggak suka gue di masa sekarang. Jadi, gue juga bisa melakukan hal yang sama untuk dia.”

Jefri mengangguk-angguk dalam diam. Dia masih memiliki jurus terakhir yang memang harus dia pancing untuk membuat Darren punya otak. “Kalau dulu lo nggak suka sama dia, kenapa pertama ketemu setelah bertahun-tahun, lo jadi mikirin dia? Apalagi kalian itu udah nggak pernah ketemu selama sepuluh tahun. Itu bukan waktu yang singkat. Buat nyicil KPR aja udah mau selesai itu.”

Jefri menaikkan alisnya. Dia tersenyum dengan bangga ketika hasil pancingannya berhasil membuat Darren berpikir keras. Dia lalu membuka ponselnya dan membuka instagram. Dia mengecek akun media sosial wanita yang ada di ponsel Darren. Dia membuka semua postingan wanita itu. wanita bervalue yang memiliki banyak kegiatan dari mulai kegiatan sosial, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat. Dia menatap Darren kembali. Rasa-rasanya dia tahu mengapa Darren menjadi orang gila.

“Lo nggak pernah tahu dia cocok atau enggak sama lo kalau lo nggak pernah benar-benar nyoba usaha buat dia. Orang sekelas cewek yang lo sukai ini jelas nggak bakalan mudah didapet. Mau lo punya banyak uang pun, dia juga nggak bakalan tertarik.” Jefri menepuk pundak Darren. Pria itu lalu pergi ke kubikelnya untuk kembali mengerjakan tugasnya.

Darren hanya termenung sambil menatap wanita di dalam ponselnya. Sejak lama dia merasa rendah diri jika dihadapkan dengan Liora. Wanita itu terlalu cerdas dan pintar. Memiliki semangat yang tinggi dalam belajar. Hubungan sosialnya dengan orang-orang juga baik. Wanita yang terlihat dingin, kasar, dan tomboy itu sebenarnya memiliki pribadi yang hangat. Wanita dengan motivasi tinggi yang membuat dirinya selalu merasa tidak percaya diri. Salah satu alasan kenapa Darren tidak pernah berani mendekati Liora. Dia takut tidak bisa mengimbangi Liora yang memiliki karakter sempurna.

***

Selama satu bulan ini Liora telah berhasil membuat program bersama tim khusus yang dibuat oleh pemerintah. Liora juga berhasil menyumbangnya banyak buku untuk desa-desa itu. Mereka juga sudah mulai memiliki sedikit ilmu bercocok tanam yang baik. Tim yang dibentuk kali ini memang dari berbagai macam ahli. Liora sendiri ditugaskan untuk menjadi penyuluh bahasa di tempat tersebut. Dia mengajari beberapa istilah umum yang digunakan di era ini. Cukup susah untuk mengajarkan kesemua kata itu tapi berkat keprofesionalitasnya dia berhasil membuat mereka cukup mengetahu beberapa istilah yang berkembang sekarang. Sisanya, Liora membuat satu buku besar tentang bahasa sekarang beserta penggunaannya.

Satu bulan penuh terasa lebih singkat. Sekarang saatnya dia harus kembali ke kota untuk membuat laporan kinerjanya dan kembali melakukan aktivitasnya yang lain. Saat ini dia sudah berada di bandara dan sedang menunggu waktu keberangkatan. Ponselnya berdering beberapa kali. Ada tiga notif dari tiga orang yang berbeda. Liora membukanya. Dia cukup terkejut dengan salah satu pesan yang terpampang di sana.

Naura: Ra, sampai jam berapa?

Reina: Udah take off?

Reina: Kabarin kalau udah sampai. Nanti gue jemput sama Naura.

Darren: Lagi di mana? (15 November 2024)

Darren: Kapan balik, Li? (20 November 2024)

Darren: Udah pulang? (Today)

Liora menarik napasnya dengan kuat. Pesan yang dikirimkan Naura dan Reina bahkan tidak menarik lagi. Dia baru menyadari ternyata pria itu telah menghubunginya satu bulan yang lalu. Sekarang kalau bukan karena pesan baru itu, Liora tidak akan mengetahuinya. Dia memang tidak banyak bermain ponsel ketika sedang bertugas apalagi sinyal di sana juga tidak selalu bagus. Untuk itu Liora sangat jarang menggunakan ponsel.

Liora tidak membalas pesan itu. Dia langsung mematikannya untuk masuk ke dalam pesawat. Dia lebih memilih membuka iPad-nya dan mengerjakan beberapa proyek yang sudah ada di depan matanya. Selama satu minggu yang akan datang, dia akan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk kembali bekerja. Rutinitas yang sudah bertahan selama tujuh lima tahun yang lalu. Selain menjadi pengabdi negara, Liora juga menjadi penerjemah untuk menjaga stabilitas keuangannya. Dia hanya ingin bekerja keras di usia muda dan menikmati masa tuanya.

Setelah sampai di bandara. Liora baru membalas pesan Naura dan Reina. Dia sudah menghubungi kedua orang itu tapi tidak ada yang meresponnya sampai satu jam penuh. Liora pada akhirnya memilih untuk membalas pesan pria itu. Apalagi mencari taksi di dalam bandara juga cukup susah. Beberapa kali dia harus berebut dengan orang lain. Tubuh Liora sudah terlalu lelah untuk menunggu.

Liora : Udah sampai

Pesan itu secepat kilat langsung dilihat oleh si empunya. Liora menjadi ragu harus meminta bantuan atau tidak. Tapi banyak orang yang masih menunggu taksi juga.

Darren : Di mana? Mau gue jemput nggak?

Liora : Ya, di bandara Soetta

Darren : Oke, tunggu

Liora langsung mematikan ponselnya karena kepalanya sudah mulai pusing. Dia juga belum makan lagi. Sekarang juga hampir tengah malam. Naura dan Reina juga pasti sedang tidur atau paling-paling kedua wanita itu sedang berada di bar. Wanita itu berjongkok dan menundukkan kepalanya yang terasa telah berputar.

Mobil berwarna hitam tiba-tiba berhenti di depannya. Seorang pria mendekatinya, Liora lalu mendongakkan kepalanya dan berusaha menatap pria itu. Matanya yang minus tidak cukup bisa melihat dengan jelas. Tapi Liora tahu kalau pria di depannya adalah Darren. Dia hanya menebak berdasarkan orang yang dia tunggu.

“Maaf menunggu lama.” Darren menarik Liora untuk berdiri dan memberikan wanita itu satu paperbag berisi roti lapis dan minuman dingin.

“Terima kasih.” Darren menuntun Liora masuk ke dalam mobil. Pria itu juga membukakan pintu dan menjaga kepala Liora agar tidak terkena atap mobil. Setelah itu Darren mengambil koper Liora dan memasukkannya ke dalam bagasi.

Darren membawa mobilnya keluar dari bandara dengan perlahan agar kegiatan makan Liora tidak terganggu. Liora lalu mengambil minuman yang ada di dalam paperbag itu. Dia menemukan kopi, soda, dan susu. Tidak ada minuman yang bisa dia minum. Semuanya tidak bisa masuk ke dalam tubuhnya tapi dia tetap mengambil susu.

“Lo kayaknya suka banget minum susu,” ucap Darren setelah melirik Liora.

“Hemm. Yaa. Tapi sayangnya gue laktosa intoleran.” Darren terkejut dan langsung menatap Liora. “Santai aja. Lihat depan. Gue masih pengen hidup.”

Darren menelan ludahnya. “Terus kenapa masih diminum? Masih ada yang lain kok. Ada kopi sama soda.”

Liora menatap pria itu sambil menyedot susu ditangannya. Dia menatap Darren dengan tawa kecil. Wajah panik pria itu cukup menghibur dirinya yang lelah.

“Cuma ini yang paling bisa gue toleransi,” ucap Liora pada akhirnya. Dia rasa kali ini Darren menjadi penyalamatnya. Anggap saja bayaran untuk bulan kemarin setelah dia menolongnya. Cukup setara dan impas bukan?

“Mau berhenti dulu? Kita bisa ke indo atau alfa untuk beli minuman.”

“Nggak perlu. Gue udah kenyang sama roti lapisnya.” Liora lalu mengambil iPadnya dan membuka pekerjaannya. “Langsung balik aja.”

“Oke. Maaf enggak tahu banyak makanan atau minuman yang bisa lo makan.” Darren mengucapkannya dengan perasaan bersalah.

“Enggak penting. Nggak perlu juga lo begitu. Kayak biasanya aja,” ucap Liora kembali dingin seperti sebelumnya.

“Emang biasanya gue kayak gimana?” Liora menghentikan Apple pencil-nya.

“Nggak perlu berusaha peduli.”

“Tapi sekarang gue mau peduli tentang lo. Semuanya. Gue udah membuang banyak wakti selama ini mencari-cari orang yang cocok buat gue. Tapi sejauh ini nggak ada. Setelah gue ngelihat lo, gue tahu kalau gue udah membuang banyak waktu yang nggak penting.”

Liora menggengam Apple pen-nya dengan kuat. Satu tekanan lagi, pen itu bisa saja patah. Beruntungnya Liora masih mengingat berapa harga pen kecil itu. “Dari dulu lo nggak pernah jadiin gue pilihan. Sekarang, atau pun nanti harusnya melakukan hal yang sama.”

“Gue nggak mau. Dulu, sekarang, atau nanti gue maunya lo.”

Liora menatap Darren dengan dahi berkerut. Dia menatap pria itu dengan tajam. Pikirannya semakin berterbangan tapi dia tidak ingin menyimpulkan semua itu. Dia tahu pria di depannya bukanlah orang yang akan mengatakan hal itu secara gamblang.

“Lo salah makan urat hewan?” ucap Liora dengan ragu.

“Hah?” Darren lalu menepikan mobilnya. Beruntungnya ini sudah di daerah yang sepi. Dia sepertinya perlu melurukan banyak hal kali ini. Meskipun tempatnya tidak cocok tapi Darren memang harus mengonfirmasinya sekarang atau sama sekali tidak ada kejelasan dan semakin membuat wanita itu menjauh darinya. “Dari dulu gue maunya sama lo. Sekarang juga sama. Apalagi nanti. Gue cuma mau sama lo.”

“Kalau lo mabok, lo nggak seharusnya jemput gue,” ucap Liora dengan ngeri.

Sebelum Liora kembali menatap ke depan, tangan Darren membuka sabuk pengamannya. Tubuhnya secara cepat mendekat ke arah Liora dan tangan pria itu meraih rahang tegas Liora. Pria itu mencium bibir Liora tanpa aba-aba. Liora membulatkan matanya, napasnya tercekat, jantungnya berdebar dengan kuat, dan tubuhnya berusaha merespon apa yang sedang terjadi.

Darren menatap mata Liora sebelum menutupnya dan melumat bibir itu. Liora tidak bisa melakukan apa pun. Ini menjadi yang pertama di dalam hidupnya. Begitu dia sadar kalau Darren mulai menggila, Liora mendorong tubuh pria itu. Dia mengusap bibirnya yang basah karena saliva Darren dengan cepat. Tubuhnya bergetar dengan hebat.

“Gue mau lo percaya sama gue,” liirih Darren akhirnya. Dia menatap Liora di kursi penumpang. Tubuh wanita itu terlihat ketakutan. Darren lalu kembali memakai sabuk pengamannya dan menjalankan mobilnya kembali.

Selama sisa perjalanan yang ada. Liora tidak mau menatap Darren, wanita itu bahkan memilih melihat pemandangan di sebelah kirinya. Setelah sampai, Darren mengambilkan koper Liora. Wanita itu masih sama saja tidak mau menatapnya.

“Maaf, Li. Lo pasti terkejut. Gue benar-benar minta maaf.”

Napas Liora naik turun. Dia menahan emosi yang memuncak di dadanya. “Gue bukan wanita malam lo yang bisa luluh sama ciuman lo yang nggak seberapa itu. Cara nunjukin perasaan nggak gitu, Ren. Lo bodoh kalau menyamakan semua wanita buat dapatin perasaannya.” Liora maju satu langkan di depan Darren. Wanita itu menatap Darren yang lebih tinggi tujuh sentimeter darinya dengan marah. Liora langsung menampar pipi itu dengan keras. “Ini alasan kenapa gue nggak suka sama Darren yang berumur dua puluh sembilan tahun. Bagi gue, Darren yang gue kenal cuma satu. Darren berumur sembilan belas tahun. Lo, bukan Darren.”

Liora langsung meninggalkan pria itu meskipun bibir Darren mengeluarkan darah. Dia tidak ingin melihat pria itu lagi. Jika dahulu dia takut menghubungi Darren terus-terusan karena takut diblokir pria itu, maka sekarang dia yang akhirnya memblokir nomor pria itu dari semua media sosialnya. Sudah saatnya dia mulai membuka perasaannya. Umurnya juga sudah cukup matang untuk menjalin pernikahan. Sudah saatnya dia memikirkan pasangan. Yang jelas bukan Darren orangnya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Gray November
2782      1060     16     
Romance
Dorothea dan Marjorie tidak pernah menyangka status 'teman sekadar kenal' saat mereka berada di SMA berubah seratus delapan puluh derajat di masa sekarang. Keduanya kini menjadi pelatih tari di suatu sanggar yang sama. Marjorie, perempuan yang menolak pengakuan sahabatnya di SMA, Joshua, sedangkan Dorothea adalah perempuan yang langsung menerima Joshua sebagai kekasih saat acara kelulusan berlang...
Premium
GUGUR
3673      1725     9     
Romance
Ketika harapan, keinginan, dan penantian yang harus terpaksa gugur karena takdir semesta. Dipertemukan oleh Kamal adalah suatu hal yang Eira syukuri, lantaran ia tak pernah mendapat peran ayah di kehidupannya. Eira dan Kamal jatuh dua kali; cinta, dan suatu kebenaran yang menentang takdir mereka untuk bersatu. 2023 © Hawa Eve
Seberang Cakrawala
92      87     0     
Romance
sepasang kekasih menghabiskan sore berbadai itu dengan menyusuri cerukan rahasia di pulau tempat tinggal mereka untuk berkontemplasi
Mengapa Harus Mencinta ??
3055      991     2     
Romance
Jika kamu memintaku untuk mencintaimu seperti mereka. Maaf, aku tidak bisa. Aku hanyalah seorang yang mampu mencintai dan membahagiakan orang yang aku sayangi dengan caraku sendiri. Gladys menaruh hati kepada sahabat dari kekasihnya yang sudah meninggal tanpa dia sadari kapan rasa itu hadir didalam hatinya. Dia yang masih mencintai kekasihnya, selalu menolak Rafto dengan alasan apapun, namu...
Apakah Kehidupan SMAku Akan Hancur Hanya Karena RomCom?
3488      1006     1     
Romance
Kisaragi Yuuichi seorang murid SMA Kagamihara yang merupakan seseorang yang anti dengan hal-hal yang berbau masa muda karena ia selalu dikucilkan oleh orang-orang di sekitarnya akibat luka bakar yang dideritanya itu. Suatu hari di kelasnya kedatangan murid baru, saat Yuuichi melihat wajah murid pindahan itu, Yuuichi merasakan sakit di kepalanya dan tak lama kemudian dia pingsan. Ada apa dengan m...
Redup.
456      276     0     
Romance
Lewat setiap canda yang kita tertawakan dan seulas senyum yang kerap dijadikan pahatan. Ada sebuah cerita yang saya pikir perlu kamu dengarkan. Karena barangkali saja, sebuah kehilangan cukup untuk membuat kita sadar untuk tidak menyia-nyiakan si kesayangan.
Reality Record
2510      860     0     
Fantasy
Surga dan neraka hanyalah kebohongan yang diciptakan manusia terdahulu. Mereka tahu betul bahwa setelah manusia meninggal, jiwanya tidak akan pergi kemana-mana. Hanya menetap di dunia ini selamanya. Namun, kebohongan tersebut membuat manusia berharap dan memiliki sebuah tujuan hidup yang baik maupun buruk. Erno bukanlah salah satu dari mereka. Erno mengetahui kebenaran mengenai tujuan akhir ma...
Ludere Pluvia
873      504     0     
Romance
Salwa Nabila, seorang gadis muslim yang selalu berdoa untuk tidak berjodoh dengan seseorang yang paham agama. Ketakutannya akan dipoligami adalah penyebabnya. Apakah doanya mampu menghancurkan takdir yang sudah lama tertulis di lauhul mahfudz? Apakah Jayden Estu Alexius, seorang pria yang tak mengenal apapun mengenai agamanya adalah jawaban dari doa-doanya? Bagaimanakah perjalanan kisah ...
Adopted
453      361     0     
Romance
Yogi Ananda dan Damar Raditya dua pemuda yang terlihat sempurna dan mempunyai keluarga yang utuh dan bahagia. Mereka bertemu pertama kali di SMA dengan status sebagai kakak dan adik kelas. Terlahir dengan wajah tampan, dikaruniai otak cerdas, memiliki perangai baik sehingga banyak orang menyukai mereka. Walau berasal dari orang tua kalangan kelas menengah tidak menghentikan langkah mereka untuk m...
Say You Love Me
101      92     0     
Romance
Mendapati suaminya sendiri berselingkuh dengan adik tirinya, Adelia merasa hatinya hancur berkeping-keping. Ia akhirnya percaya, bahwa peringatan Raffi - sahabatnya - benar. Namun semuanya telah terlanjur terjadi, ia telah memilih melepaskan Raffi dan menerima Morgan sebagai pemilik hati.  Setelah pernikahannya rusak, hidupnya perlahan hancur, kemalangan terus menerus menimpanya. Hingga berak...