Read More >>"> Dearest Friend Nirluka ([Arch 1] - Teruslah Menulis, Pemberani!) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dearest Friend Nirluka
MENU 0
About Us  

Manik tidak sanggup melanjutkan halaman ketiga, ia meminta waktu kepada Nirluka untuk mengambil nafas. Manik berjalan dengan langkah cepat di lorong sekolah yang saat ini baginya terasa gelap dan remang-remang. Dengan naskah di tangannya, ia tampak gelisah. Ia melihat Nirluka kembali di depannya, murid kelas sebelah itu, berdiri di dekat loker, wajahnya tampak pucat di bawah cahaya lampu yang berkedip-kedip.

Tidak tahu harus bersikap apa, dengan cemas, suara dari kerongkongannya seakan memaksa untuk keluar, "hei, bisa kau beri aku sesuatu untuk membuat narasi ini menjadi hidup?" Manik benar-benar mengucapkan hal yang sama kedua kalinya, ia menjadi ketakutan.

Nirluka melirik naskah di tangan Manik, suaranya serak dan pelan, "tentu saja, mari kita lihat", dengan jawaban yang berbeda dari yang pertama saat ia meminta tolong kepada Nirluka, ia mengambil nafas panjang dan memejamkan mata.

"Naskah halaman ketiga selesai siang ini," suara Nirluka terdengar mengesalkan, Manik tahu keadaan menjadi normal, sehingga ia membuka mata. Kenyataannya, dia tidak kemana-kemana. Kenyataannya lagi, perempuan itulah yang menyelesaikan sendiri halaman ketiga sementara ia memejamkan mata dan pikirannya bepergian, "hampir-hampir aku berpikir kau kehilangan akal sehat dengan bernafas dan memejamkan mata selama itu sementara aku menyelesaikan bagianmu juga," Nirluka kembali melayangkan satir dengan senyum mengejeknya.

Setelah menyelesaikan tiga halaman naskah Navaphare, mereka berdua kemudian duduk di bangku yang tersedia di lorong. Sejumlah siswa yang berlalu-lalang memiliki tatapan kosong, bayangan mereka juga tampak aneh terlihat di dinding, namun Manik mencoba menghiraukannya kali ini.

"Bagaimana kalau kita selesaikan halaman keempat ini dan anggap sebagai yang terakhir saat ini? Aku ingin makan siang juga tahu," pungkas Nirluka, dengan sedikit sebal karena merasa ia terlalu banyak berkontribusi sementara Manik malah menjadi bengong dan kehilangan fokus menulisnya.

Setelah Manik setuju, mereka bertukar camilan yang kebetulan Nirluka bawa sebelumnya. Berdua, mereka mulai menulis naskah bersama-sama kembali. Manik secara perlahan menyusun kalimat yang keluar dari buah pikir keduanya, tetapi setiap kata yang ditulisnya tampak lebih menenangkan dari sebelumnya. Nirluka tersenyum melihat raut wajah puas Manik kali ini.

Lorong sekolah mulai sepi, jam makan siang hampir berakhir, baik Manik dan Nirluka menghabiskan waktu bersama dengan kudapan yang saat ini tidak lagi tersisa. Nampaknya, sepenuhnya mereka terbenam dalam diskusi merangkai naskah Navaphare satu per satu agar selesai menjadi narasi utuh.

Nirluka, yang saat ini matanya penuh dengan pancaran perhatian, menyimak setiap kata dari Manik untuk halaman terakhir diskusi kali ini. Ia pun sangat jeli dalam memberi respon, membuat diskusi menjadi hidup. Tulisan Manik mencerminkan pikiran mereka saat ini, dan Nirluka adalah bagian tak terpisahkan dari proses kreatif itu. Untuk saat ini, perempuan itu dan si narator nyentrik itu tertawa bersama ketika diselingi dengan satu dan dua candaan.

“Kau percaya pada perasaan kehilangan?” Manik memulai dengan sebuah pertanyaan serius, menatap Nirluka dengan penuh rasa ingin tahu. Menghentikan aktivitas menulisnya.

“Menurutku, iya. Aku termasuk mempercayainya. Manusia pasti merasakan itu setidaknya beberapa kali dalam hidupnya,” jawab Nirluka dengan nada yang serius.

Manik mengangguk pelan, lalu melanjutkan, “pertanyaan kedua, apakah ada orang di dunia ini yang bahkan kehilangan dirinya sendiri dan tahu akan hal itu menyakitkan?”.

Hening sejenak. Nirluka terdiam, memandang ke luar jendela akademi yang menampilkan langit cerah di siang itu. Pemandangan tersebut membuat hatinya hangat. Ia tersenyum, lalu berkata pelan, “jikalau boleh, aku lebih suka untuk jawabanku ini kau tuliskan sebagai kelanjutannya.”

Manik tersenyum kecil, memahami maksud Nirluka. Ia kemudian mulai menulis kembali, sebagai penanda akhir halaman keempat itu;

...

Di dunia yang hangat, di bawah langit yang membiru, 

Sang puteri berjalan dengan hati yang sepi. 

Usah berpikir tentang semesta, dia ratu di alamnya sendiri, 

Mengarungi lautan hidup, tanpa ragu dan cemas.

 

Manik berhenti menulis setelahnya, melihat kembali tulisan itu dan merasakan kehangatan yang muncul dari kolaborasi mereka. Ia menatap Nirluka yang masih memandang ke luar jendela, menyadari bahwa dalam momen ini, mereka telah menciptakan sesuatu yang berarti. Narasi tersebut tidak hanya menjadi bagian dari naskah Navaphare, tetapi juga cerminan dari perasaan dan pemikiran mereka berdua. Jam makan siang selesai dengan ditandai denting lonceng sekolah yang keras, keheningan yang hangat mengiringi suara melenting itu hingga berakhir, menyatu dengan suasana cerah di luar sana, bagi Manik, diskusi dengan Nirluka selalu penuh makna.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
ALL MY LOVE
530      364     7     
Short Story
can a person just love, too much?
Pertama(tentative)
891      478     1     
Romance
pertama kali adalah momen yang akan selalu diingat oleh siapapun. momen pertama kali jatuh cinta misalnya, atau momen pertama kali patah hati pun akan sangat berkesan bagi setiap orang. mari kita menyelami kisah Hana dan Halfa, mengikuti cerita pertama mereka.
Forget Me After The Rain
401      288     1     
Short Story
\"Kalau begitu, setelah hujan ini, lupakan aku, seperti yang aku lakukan\" Gadis itu tersenyum manis
Dunia Tiga Musim
3057      1237     1     
Inspirational
Sebuah acara talkshow mempertemukan tiga manusia yang dulunya pernah bertetangga dan menjalin pertemanan tanpa rencana. Nda, seorang perempun seabstrak namanya, gadis ambivert yang berusaha mencari arti pencapaian hidup setelah mimpinya menjadi diplomat kandas. Bram, lelaki ekstrovert yang bersikeras bahwa pencapaian hidup bisa ia dapatkan dengan cara-cara mainstream: mengejar titel dan pre...
Bisakah Kita Bersatu?
577      324     5     
Short Story
Siapa bilang perjodohan selalu menguntungkan pihak orangtua? Kali ini, tidak hanya pihak orangtua tetapi termasuk sang calon pengantin pria juga sangat merasa diuntungkan dengan rencana pernikahan ini. Terlebih, sang calon pengantin wanita juga menyetujui pernikahan ini dan berjanji akan berusaha sebaik mungkin untuk menjalani pernikahannya kelak. Seiring berjalannya waktu, tak terasa hari ...
Hamufield
27649      3170     13     
Fantasy
Kim Junsu: seorang pecundang, tidak memiliki teman, dan membenci hidupnya di dunia 'nyata', diam-diam memiliki kehidupan di dalam mimpinya setiap malam; di mana Junsu berubah menjadi seorang yang populer dan memiliki kehidupan yang sempurna. Shim Changmin adalah satu-satunya yang membuat kehidupan Junsu di dunia nyata berangsur membaik, tetapi Changmin juga yang membuat kehidupannya di dunia ...
Nope!!!
1369      616     3     
Science Fiction
Apa yang akan kau temukan? Dunia yang hancur dengan banyak kebohongan di depan matamu. Kalau kau mau menolongku, datanglah dan bantu aku menyelesaikan semuanya. -Ra-
Cinta Semi
1903      844     2     
Romance
Ketika sahabat baik Deon menyarankannya berpacaran, Deon menolak mentah-mentah. Ada hal yang lebih penting daripada pacaran. Karena itulah dia belajar terus-menerus tanpa kenal lelah mengejar impiannya untuk menjadi seorang dokter. Sebuah ambisi yang tidak banyak orang tahu. Namun takdir berkata lain. Seorang gadis yang selalu tidur di perpustakaan menarik perhatiannya. Gadis misterius serta peny...
Kumpulan Quotes Random Ruth
1827      958     0     
Romance
Hanya kumpulan quotes random yang terlintas begitu saja di pikiran Ruth dan kuputuskan untuk menulisnya... Happy Reading...
HOME
283      210     0     
Romance
Orang bilang Anak Band itu Begajulan Pengangguran? Playboy? Apalagi? Udah khatam gue dengan stereotype "Anak Band" yang timbul di media dan opini orang-orang. Sampai suatu hari.. Gue melamar satu perempuan. Perempuan yang menjadi tempat gue pulang. A story about married couple and homies.