Menjelang akhir hari, mereka bersama-saka menyaksikan matahari terbenam. Langit diwarnai dengan rona jingga, merah muda, dan ungu. Itu adalah akhir yang sempurna untuk hari yang menyenangkan ini.
Di saat Arlend mengajari Hayato cara membuat es kopi, Marlin yang mengenalkan jenis-jenis kerang kepada Hitome dan Ayase, Estrella duduk berdua dengan Yuki, mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke lelaki yang melepas kemejanya dan hanya mengenakan kaos tanpa lengan itu. "Terima kasih untuk momen seperti ini, manajer Yuki."
Yuki mengangguk, membiarkan kepala Estrella yang kini menyender di pundaknya, merasakan hangatnya memori mereka hari ini. "Tidak, aku yang berterima kasih kepada kalian karena telah menjadi tim yang luar biasa. Ini baru permulaan."
Mereka bertujuh tetap berada di pantai hingga bintang-bintang muncul, menikmati udara malam yang sejuk dengan iringan suara ombak. Bagi Yuki, Estrella, Arlend, Hayato, Ayase, Hitome, dan Marlin, hari ini akan menjadi kenangan berharga, pengingat ikatan mereka yang pernah bekerja di Nagisano Shizuka.
Malam telah jatuh bersama rembulan yang semakin terangkat di atas mereka, mereka berkumpul di sekitar api unggun yang telah mereka buat dari ranting-ranting yang dikumpulkan, memanggang marshmallow dan berbagi cerita.
“Terima kasih semuanya telah menjadi bagian dari perjalanan ini,” kata Yuki, suaranya dipenuhi dengan emosi yang memenuhi dadanya. “Nagisano Shizuka tidak akan sama seperti ini tanpa kalian semua.”
Estrella mengangkat marshmallownya untuk bersulang. “Untuk Yuki, manajer kita, karena telah mempertemukan kita dan menjadikan Nagisano Shizuka sebagai tempat kerja yang luar biasa.”
Mereka saling menyulangkan marshmallow, saat bintang mulai berkelap-kelip di atas mereka, mereka tahu bahwa hari ini akan menjadi kenangan yang berharga, bukti kerja keras, persahabatan, dan bagaimana Nagisano Shizuka akan menjadi kedai terbaik di seluruh Okinawa, bahkan Jepang.
Saat malam semakin larut, Arlend mengajak mereka untuk membereskan tempat itu dan segera kembali ke mobil van untuk kembali ke Nagisano Shizuka, tempat mereka menitipkan kendaraan masing-masing.
Di kedai, Yuki mendapati Estrella yang mengangkat telefon dari Oriane, secara tidak sengaja mendengar percakapan temannya itu. Ayah Estrella, Orianne, mengatakan bahwa Albin mulai siuman, namun sayangnya, ia belum berkesempatan untuk memakan Kue Mochi dan Matcha Latte buatan Estrella. Sehingga, Oriane menanyakan apakah ia bisa berkunjung lagi ke kedai untuk memesan menu itu lagi khusus untuk adiknya, Albin, yang juga menanyakan kabar Estrella saat tahu kakak perempuannya kini bekerja di kedai kecil bernama Nagisano Shizuka.
Tanpa ragu, Estrella menyetujuinya, setelah melihat Yuki, ia kemudian berubah pikiran karena tahu bahwa dirinya harus profesional. Dimana, hari senin adalah waktu libur mereka dan setidaknya Albin harus menunggu lusa untuk bisa Estrella buatkan kedua menu itu. Estrella memohon kepada ayahnya agar meminta Albin bisa bersabar, tetapi, Oriane tampaknya tidak dapat berbuat apa-apa selain menunggu sampai Estrella menjalankan shiftnya. Estrella berjanji akan mengirimkan kedua pesanan itu melalui kurir segera setelah giliran kerjanya dimulai. Percakapan itu dipenuhi dengan rasa frustrasi dan kesedihan. Estrella menutup telepon dan meminta maaf kepada Yuki karena telah mendengar ceritanya yang menyedihkan itu.
Yuki, berdiri dan mencoba meyakinkannya dengan memberi tatapan menenangkan, berujar, "besok, kita akan membuat Matcha Latte di rumah sakit dan Albin akan tahu dengan matanya sendiri dan kita membawa beberapa Kue Mochi dari toko kue Amari."
Diliputi emosi, Estrella berdiri dan memeluk Yuki, air mata mengalir di wajahnya. Yuki membalas pelukan tersebut, mencoba menghibur perempuan yang dipenuhi emosi itu.
Dari kejauhan, Arlend mengamati mereka berdua. Meremas helm motornya erat-erat, kemudian, dia mengenakannya untuk bergegas pulang ke rumah tanpa mengucapkan sampai jumpa kepada Yuki dan Estrella yang masih di lokasi.