Hari berlalu dan Matahari pagi menyinari Nagisano Shizuka dengan cahaya hangat saat Yuki dan Arlend membuka kedai. Mereka bekerja sama menjalankan shift satu, setiap gerakan mereka terlihat tepat dan terlatih. Saat ini, mereka lebih dari sekadar rekan kerja—mereka adalah rekan yang saling bersaing untuk melihat siapa yang bisa menciptakan secangkir kopi terbaik kepada pelanggan.
"Siap menunjukkan padaku apa yang kamu punya?" Yuki menantang Arlend, kilatan jahil muncul di matanya.
Arlend menyeringai, menyesuaikan posisi kacamatanya. "Kuterima tantangan itu, bersiaplah, Yuki."
Mereka masing-masing mulai bekerja—dan bersaing, tangan mereka bergerak dengan ketelitian yang luar biasa. Aroma wangi dari biji kopi yang baru digiling memenuhi udara saat diseduh, tercium juga bagaimana kayanya cita rasa itu saat dituang, memanjakan mata siapa saja yang melihatnya saat dituang. Pelanggan menyaksikan dengan kagum, terpesona dengan keterampilan dan kecepatan mereka berdua.
Christopher, pelanggan yang memiliki pengetahuan tentang kopi dan selalu kritis terhadap pesanannya, memasuki Nagisano Shizuka. Dia mengamati aktivitas di kedai kecil yang ramai itu dengan anggukan setuju akan suatu hal, jelas bahwa ia terkesan dengan bakat yang ditampilkan Yuki dan Arlend, kemajuan luar biasa pesat, menurutnya.
"Aku akan pesan V-60 hari ini," katanya kepada Yuki sambil duduk di bar, “berikan yang terbaik dari yang kalian bisa sajikan.”
Yuki menerima tantangan itu, dengan hati-hati ia mulai mengukur gramasi biji kopi. Ia berdiri di belakang konter, siap menerima tantangan Christopher untuk membuat V-60 yang sempurna. Dia melirik Arlend, yang memberinya anggukan penyemangat. Ini adalah momen untuk menunjukkan keahliannya.
Dia memulai dengan hati-hati mengukur 14 gram biji kopi dari toples kedap udara dan menggilingnya menjadi ukuran medium-to-coarse. Aroma yang kaya memenuhi udara, menciptakan wewangian harumnya kopi bagi siapa saja yang menciumnya. Pertama, Yuki menempatkan kertas penyaring di dalam dripper V-60 yang telah berada di atas server dan menuangkan air panas ke atasnya secara perlahan untuk menghilangkan rasa kertas pada penyaring tersebut, sekaligus menyamakan suhu udara dengan suhu server. Langkah kecil ini penting untuk memastikan hasil akhir yang lebih bersih.
Dengan presisi, Yuki menuangkan bubuk kopi ke dalam kertas penyaring, memulai proses penyeduhan dengan perlahan searah jarum jam. Fase pertama, blooming, adalah menuangkan air dengan suhu 89°C sejumlah dua kali berat kopi ke dalam server—persis 28 gram—agar bubuk kopi itu kehilangan kandungan gasnya. Selama 30 detik berikutnya, dia mengamati buih kopi yang mengembang, proses blooming mengeluarkan aroma yang kaya.
Selanjutnya, ia beralih ke fase penuangan kedua sambil terus menambahkan air hingga timbangan menunjukkan angka 80 gram. Cairan kopi mengalir melalui filter, setiap tetes ini akan berkontribusi pada rasa akhir. Dilanjutkan dengan fase penuangan ketiga hingga berat total menjadi 140 gram, dan, terakhir adalah fase penuangan keempat agar mencapai 180 gram. Setiap langkah diatur waktunya dengan cermat untuk memastikan ekstraksi yang sempurna.
Yuki melirik waktu pada timbangan digitalnya, memastikan total waktu penyeduhan V-60 buatannya tepat pada 2 menit 30 detik, untuk setelahnya dilakukan cut-off agar tidak merusak rasa. Satu pesanan V-60 telah selesai di buat—berwarna pekat, tingkat keasaman sedang, dan sisa rasa yang bersih. Yuki dengan hati-hati menuangkan kopi yang sudah diseduh dari dalam server itu ke dalam cangkir kecil yang menawan, mengantarkannya kepada Christopher dengan tanpa keraguan. Christopher menyesapnya, ekspresinya berubah dari masam menjadi puas dengan cepat.
“Ini luar biasa, Yuki,” puji Christopher sambil menikmati kopinya. “Kau benar-benar telah melampaui dirimu sendiri.”
Yuki tersenyum, dia tahu tengah berada di jalur yang benar saat ini, dan cangkir V-60 yang sempurna ini hanyalah permulaan dari tujuannya untuk sampai pada frasa “ ”. Yuki percaya tentang pengalaman, ketelitian, dan kerja keras yang dicurahkan ke dalam setiap cangkir adalah cara untuk semakin mendekat pada tujuan. Arlend yang melihatnya dari kejauhan merasa senang, fakta bahwa rekannya itu menunjukkan perkembangan yang signifikan.
Seiring berjalannya hari, ponsel Yuki berbunyi menandakan terdapatnya berbagai notifikasi masuk. Lamaran untuk posisi barista baru berdatangan, dia melirik pesan-pesan itu dengan singkat, harapan serta kegembiraan kemudian muncul dalam dirinya. “Bukankah itu hebat, manajer?” kata Arlend sambil mengelap sisa kopi di meja.
Yuki mengambil waktu sejenak untuk memejamkan mata, membiarkan kejadian pagi itu menyapu dirinya. “Pejamkan matamu dan ingatlah bahwa hari-hari itu telah berlalu. Aku tidak bisa kembali, aku tidak bisa kembali lagi ke masa lalu,” gumamnya dalam hati, mengingat sesuatu, kemudian kata-kata kakeknya terbayang di benaknya, “keputusasaan bisa terputus, bahkan jika aku kehilangannya, atau bahkan jika kita kehilangannya, kita tidak punya pilihan selain hidup.” Yuki menguatkan tekadnya, tidak peduli berapa banyak biaya yang akan ia tanggung menebusnya, baginya saat ini ada sesuatu yang harus dilindungi dan dijalani, Nagisano Shizuka dan mimpi para krunya.
Yuki membuka mata, menatap Arlend dengan tekad yang kuat, “tentu saja! Ini akan menjadi hari yang hebat. Ayo selesaikan shift ini dengan kesan kuat.” Arlend tersenyum mendengar manajernya itu bersemangat. Kehadiran Estrella dan Arlend telah menjadi cahaya penuntun bagi Yuki, membawa pesan kuat yang menguatkan tekadnya untuk mencapai tujuan, mengingatkannya akan pentingnya manusia untuk terus bergerak maju, apa pun rintangannya. Bagi Yuki, ini tentang menjadi yang terbaik yang dia bisa, tentang melindungi warisan Nagisano Shizuka, dan menciptakan tempat di mana semua orang merasa seperti pulang ke rumah.
Yuki dan Arlend terus melayani pelanggannya di sisa shift, setiap cangkir kopi merupakan bukti dedikasi dan keterampilan mereka. Saat shift pagi hampir berakhir, Yuki merasakan adanya tujuan baru. Kini ia telah bersiap menghadapi tantangan apa pun yang ada di depan, yakin bahwa dengan krunya saat ini, Nagisano Shizuka akan berkembang. Yuki menarik napas dalam-dalam, merasakan seolah Kakek Benjiro kini membimbingnya, memberikan kekuatan untuk terus maju. Kini Nagisano Shizuka adalah jalan bagi Yuki.