Read More >>"> Summer Whispering Steam ([Arc 2] - The Echoes of Tokyo) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Summer Whispering Steam
MENU
About Us  

Berdiri ditengah cahaya hangat Nagisano Shizuka, pikiran Yuki melayang kembali ke jalanan Tokyo yang ramai setahun silam. Itu adalah dunia yang berbeda, tempat di mana mimpinya hancur bertabrakan dengan kenyataan yang pahit. Di Tokyo, Yuki hanyalah seorang barista yang penuh harapan, penuh dengan bersemangat. Namun, kota itu tidak ramah untuk orang sepertinya.

Ia teringat masa-masa awalnya di kedai bergengsi di Tokyo, Junmai Origami, di mana beragam aroma biji kopi yang baru disangrai dengan mesin bercampur dengan aroma ambisi para kru yang bertugas. Wahtu itu Yuki memulai shift pertamanya dengan harapan besar, namun tekanan kerja segera menjadi luar biasa. Baginya, setiap hari terasa seperti ujian tanpa henti, kinerjanya seperti tidak pernah sesuai harapan.

Kumagai Hirota, seorang Shift Lead, sangat teguh pada kesempurnaan. Pandangannya yang tegas dan standarnya yang kaku hanya menyisakan sedikit ruang untuk kesalahan. "Ikuti saja Standar Operasional Prosedur, Yuki!" ulang Hirota, suaranya tanpa empati. "Presisi adalah kuncinya. Tidak ada ruang untuk melakukan kesalahan apapun!"

Tapi Yuki bukanlah mesin. Dia tidak bisa memaksakan dirinya untuk bekerja seperti robot, melaksanakan setiap tugas dengan presisi mekanis. Dia ingin menanamkan setiap cangkir kopi dengan sentuhan seni, sedikit jiwa. Kepatuhan yang kaku terhadap SOP terasa menyesakkan dadanya, menghilangkan antusiasme yang ia temukan dalam pembuatan kopi.

Hari berganti minggu, dan kegagalan terus menumpuk. Tangan Yuki semakin gemetar saat dia mencoba menyempurnakan seduhan kopinya, hatinya semakin tenggelam karena kesalahannya sendiri. Pandangan pelanggan yang tidak menyukai kopi buatannya sangat tajam dan penuh kritik, semakin mengikis kepercayaan dirinya. Yuki banyak menghabiskan malamnya untuk membaca ulang buku panduan kedai, mempraktikkan tekniknya kembali, tetapi sepertinya tidak ada yang bisa membantunya.

Suatu hari yang menentukan, kekuatan Yuki sudah mencapai puncaknya. Yuki ditugaskan untuk membuat serangkaian minuman yang rumit untuk sekelompok pelanggan kritikus kopi. “Berjuanglah, Yuki!” ucap teman di shiftnya, Ayase, saat melihat kegugupan Yuki menguasai dirinya, tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti prosedur baku, kopi yang disajikan Yuki jauh dari sempurna. Teguran Hirota dengan cepat terlayangkan saat mengetahui ketidakpuasan para kritikus itu, menyalahkan Yuki, "kau tidak cocok untuk pekerjaan ini, Yuki!" katanya, menusuk hati Yuki dan menghabiskan seluruh kekauatan yang tersisa pada lelaki itu, “menyerahlah saja.”

Malam itu, sendirian di apartemen kecilnya, Yuki berdiam diri, tak terasa meneteskan air mata, mengalir dan bercampur dengan rasa pahitnya kegagalan. Dia merasa tersesat, mimpinya hancur. Pada saat itulah dia putus asa dan mengambil keputusan untuk meninggalkan Tokyo. Dia tidak sanggup membayangkan hari lain di kota yang telah menghancurkan semangatnya itu.

Kembali ke Okinawa merupakan pilihan yang tepat menurut Yuki, didorong oleh berita penyakit kakeknya yang kambuh, dia tidak punya pilihan lain lagi. Yuki berharap menemukan harapan baru yang tersisa darinya di sekitar Nagisano Shizuka, untuk memulihkan mimpinya yang hancur di Tokyo. Kegagalannya di Junmai Origami masih melekat, menghantuinya setiap saat ia menyeduh kopi yang kurang memuaskan.

Kini, saat dia berdiri di kedai Nagisano Shizuka, Yuki bersumpah untuk mendapatkan kembali hasratnya. Dia tidak akan membiarkan masa lalu mendefinisikan dirinya. Nagisano Shizuka adalah kesempatannya untuk memulai hal baru, untuk memadukan kecintaannya pada kopi dengan pembelajaran dari kegagalannya. Di sini, ia akan menciptakan ruang di mana setiap cangkir adalah sebuah karya seni, sebuah bukti pembaruan hidupnya terhadap seni penyeduhan kopi.

Gema dari Tokyo di masa lalu tidak lagi menghantuinya, kini Yuki telah semakin kuat bertahan hidup dengan prinsipnya sendiri, Nagisano Shizuka membantunya keluar dari keterpurukannya di masa lalu. Berdiri di lobi kedai yang kecil, Yuki mengamati barisan kecil orang yang menunggu wawancara kerja. Estrella, yang saat ini sedang bertugas, berdiri di sampingnya, sementara Hayato, yang telah menyelesaikan pengirimannya lebih awal, sibuk mengatur dokumen mereka dan mengecek nama masing-masing pelamar.

Beberapa wawancara di sesi awal tidak berjalan dengan baik. Para pelamar kurang memiliki visi, menurut Yuki, mereka hanya tertarik untuk bersenang-senang saja terhadap pekerjaan barista. Yuki merasa sedikit berkecil hati melihat alasan-alasan itu, sebelum akhirnya seorang pelamar mengenalinya dan menyapa.

“Yuki, sudah lama tidak bertemu,” sebuah suara yang familiar bagi Yuki menyapanya. Dia adalah Ayase, mantan rekan kerja Yuki di Junmai Origami, Tokyo. Saat ini perempuan itu telah mengundurkan diri dari pekerjaan lamanya dan berkunjung ke Okinawa untuk berlibur. Secara kebetulan, dia melihat poster perekrutan di papan informasi kota yang sebelumnya dipasang oleh Hayato. "Aku melihat posternya dan berpikir gambar-gambar itu lucu, sebenarnya, aku ingin melihat seberapa jauh kemajuanmu dan ingin membantumu melihat mimpi yang kamu bayangkan dahulu, Yuki." Kata Ayase sambil tersenyum penuh tekad.

Penglihatannya jelas, dan hasratnya sama dengan Yuki, mengenai rasa adalah hal yang tidak bisa diukur dari nikmat atau tidaknya sebuah kopi. Untuk pertama kalinya dalam sesi wawancara ini, Yuki merasakan perasaan lega dan harapan untuk terus maju muncul kembali.

“Jadi, apa yang kamu lakukan sejak meninggalkan Junmai Origami?” Yuki bertanya.

“Semenjak Yuki keluar dari pekerjaan beberapa bulan yang lalu, sebenarnya aku telah menjelajahi budaya kopi yang berbeda dari berbagai tempat, mempelajari teknik-teknik baru,” jawab Ayase. “Tapi aku selalu percaya pada visimu, Yuki. Aku ingin melihat ke mana arahmu membawa kedai ini menuju hati setiap orang untuk merasakan pulang, seperti yang kamu utarakan dahulu tentang rasa sebuah kopi.”

Yuki tersenyum hangat, “tentu saja, Ayase, kapanpun,” kata Yuki mempersilakan Ayase untuk bergabung ke dalam kru kecilnya, “selamat datang kembali.”

 Selanjutnya, dari meja lain, Estrella melakukan wawancara dengan seorang remaja putri bernama Hitome, yang mengungkapkan keinginan kuatnya untuk meningkatkan keterampilan komunikasinya kepada  pelanggan. Ia sendiri mengagumi Estrella dalam hal komunikasi yang interaktif dan atraktif.

“Jadi, kenapa kamu ingin bekerja di sini?” tanya Estrella kepada pelamar tersebut sambil memasang senyum ramah.

“Sejujurnya,” Hitome memulai dengan gugup, “Saya selalu buruk dalam berbicara dengan orang lain. Tapi melihat bagaimana Kakak menangani pelanggan dengan begitu mudah dan menawan, saya pikir saya bisa belajar banyak dari Kakak.”

Estrella tertawa, matanya berbinar. “Oh, percayalah, tidak selalu seperti ini. Aku sangat gugup saat memulainya! Dan tidak perlu se-formal itu, perkenalkan, namaku Estrella.”

Hitome tertawa kecil, tampak santai. "Benarkah begitu? Saya... maksudnya, aku, merasa itu sulit dipercaya, untuk seorang Kak Estrella!”

"Itu benar! Namun dengan latihan dan banyak momen memalukan, seperti obrolan menjadi kikuk setelah mencoba menjadi ramah, aku menjadi lebih baik. Dan kamu pun juga akan melakukannya.” Estrella meyakinkannya.

Wajah Hitome bersinar dengan harapan. “Terima kasih, Kak Estrella. Saya akan bekerja keras untuk belajar!”

Dengan Estrella yang memberi persetujuannya, Hitome menjadi kandidat kedua yang diterima bekerja di dalam tim Yuki mengelola Nagisano Shizuka.

Sementara itu, Hayato yang sibuk dengan urusan administrasi, sedikit menggerutu tentang beban kerja tambahan. Namun, dia tetap menjaga semuanya berjalan dengan baik, karena dia sendiri mengetahui betapa pentingnya proses ini untuk masa depan Nagisano Shizuka.

Terakhir, kini Yuki mewawancarai seorang pria yang lebih muda darinya bernama Marlin, yang diutus oleh Christopher dari kedai Shiosai Kamome untuk belajar dari Yuki dalam mengelola sebuah kedai kopi, terlebih, apabila Marlin kemudian bisa belajar dari Arlend yang memiliki detail sempurna terhadap teknik penyeduhan kopi.

Marlin duduk, postur tubuhnya kaku dan sigap, matanya tajam dan fokus pada Yuki. “Saya di sini untuk belajar dan membuktikan diri,” katanya tanpa menunggu dipersilakan terlebih dahulu, suaranya tegas.

Yuki mengangguk, merasakan keseriusannya. "Kenapa kau ingin bekerja di Nagisano Shizuka? Sementara dari portofoliomu sendiri adalah berasal dari Shiosai Kamome sebagai karyawan magang mereka."

Marlin mencondongkan tubuh ke depan, tatapannya masih tajam. "Christopher mengirim saya untuk menjadi yang terbaik. Dia percaya pada metodemu dan ingin saya belajar semua yang saya bisa darimu dan juga Arlend."

Yuki merasakan tekanan personal dari Marlin yang kian meningkat. “Ini tidak akan mudah, Marlin. ​​Meski kami kedai kecil tidak seperti Shiosai Kamome tempatmu  bekerja, kami memiliki standar yang tinggi dan metode kami sangat ketat. Terlebih, ini bukan tempat bermain.”

"Saya mengerti," jawab Marlin tanpa ragu. "Saya siap menghadapi tantangan ini. Saya akan melakukan apa pun agar bisa belajar dari Anda."

Ketegangan mereka berdua terlihat jelas, Estrella yang sudah selesai melakukan sisa wawancara dan Hayato yang menumpuk berkas pelamar yang gagal menatap Yuki dan Marlin yang seolah bersitegang. Yuki pada akhirnya mengagumi tekad Marlin dan mengakuinya. "Baiklah, mari kita lihat apa yang kamu punya."

Marlin kemudian meminta izin untuk meninggalkan lokasi, ia menjadi kandidat terakhir yang diterima sebagai tim. Dengan itu, karyawan baru Nagisano Shizuka adalah Ayase, Hitome, dan Marlin. Mereka akan berada di bawah pengawasan Estrella dan Arlend yang telah bekerja di kedai selama hampir tiga minggu ini. Sebagai manajer, Yuki bertanggung jawab untuk mengembangkan kedai lebih lanjut untuk naik kelas. Sehingga, dia secara pribadi meminta bantuan Hayato untuk memasarkan kedai melalui pamflet dan platform online sebelum lelaki bertopi hijau itu pergi setelah minum kopi hitamnya.

"Hayato, bisakah aku meminta tolong untuk kamu menangani pemasaran Nagisano Shizuka?" Yuki bertanya.

Hayato menghela nafas ingin menolak, tapi kemudian mengangguk. "Baiklah, aku akan mengurusnya," dia setuju, tanpa sedikit pun menggerutu.

“Terimakasih, selain kopi tak terbatas kau akan mendapatkan bagianmu sendiri.” Kata Yuki, yang langsung disambut baik oleh Hayato dengan penuh semangat secara tiba-tiba, untuk kemudian dia pamit setelah meletakkan berkas-berkas pelamar yang sudah tertata dengan rapi dan disusun berdasarkan urutan mereka melakukan wawancara.

Dengan staf baru yang siap memberikan energi dan ide segar, Nagisano Shizuka siap melanjutkan perjalanannya menjadi tempat yang dicintai oleh pelanggan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Triangle of feeling
427      300     0     
Short Story
Triangle of feeling sebuah cerpen yang berisi tentangperjuangan Rheac untuk mrwujudkan mimpinya.
Senja Belum Berlalu
3597      1270     5     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
Katanya Buku Baru, tapi kok???
435      289     0     
Short Story
Strange and Beautiful
4204      1132     4     
Romance
Orang bilang bahwa masa-masa berat penikahan ada di usia 0-5 tahun, tapi Anin menolak mentah-mentah pernyataan itu. “Bukannya pengantin baru identik dengan hal-hal yang berbau manis?” pikirnya. Tapi Anin harus puas menelan perkataannya sendiri. Di usia pernikahannya dengan Hamas yang baru berumur sebulan, Anin sudah dibuat menyesal bukan main karena telah menerima pinangan Hamas. Di...
Tuan Landak dan Nona Kura-Kura
2419      819     1     
Romance
Frans Putra Mandala, terancam menjadi single seumur hidupnya! Menjadi pria tampan dan mapan tidak menjamin kisah percintaan yang sukses! Frans contohnya, pria itu harus rela ditinggal kabur oleh pengantinnya di hari pernikahannya! Lalu, tiba-tiba muncul seorang bocah polos yang mengatakan bahwa Frans terkena kutukan! Bagaimana Frans yang tidak percaya hal mistis akan mematahkan kutukan it...
SEPATU BUTUT KERAMAT: Antara Kebenaran & Kebetulan
5888      1818     13     
Romance
Usai gagal menemui mahasiswi incarannya, Yoga menenangkan pikirannya di sebuah taman kota. Di sana dia bertemu seorang pengemis aneh. Dari pengemis itu dia membeli sebuah sepatu, yang ternyata itu adalah sebuah sepatu butut keramat, yang mana setiap ia coba membuangnya, sebuah kesialan pun terjadi.
Mimpi Milik Shira
476      261     6     
Short Story
Apa yang Shira mimpikan, tidak seperti pada kenyataannya. Hidupnya yang pasti menjadi tidak pasti. Begitupun sebaliknya.
Call Me if U Dare
3469      1167     1     
Mystery
Delta Rawindra: 1. Gue dituduh mencuri ponsel. 2. Gue gak bisa mengatakan alibi saat kejadian berlangsung karena itu bisa membuat kehidupan SMA gue hancur. 3. Gue harus menemukan pelaku sebenarnya. Anulika Kusumaputri: 1. Gue kehilangan ponsel. 2. Gue tahu siapa si pelaku tapi tidak bisa mengungkapkannya karena kehidupan SMA gue bisa hancur. 3. Gue harus menuduh orang lain. D...
Dia yang Terlewatkan
342      228     1     
Short Story
Ini tentang dia dan rasanya yang terlewat begitu saja. Tentang masa lalunya. Dan, dia adalah Haura.
Nona Tak Terlihat
1646      1053     4     
Short Story
Ada seorang gadis yang selalu sendiri, tak ada teman disampingnya. Keberadaannya tak pernah dihiraukan oleh sekitar. Ia terus menyembunyikan diri dalam keramaian. Usahanya berkali-kali mendekati temannya namun sebanyak itu pula ia gagal. Kesepian dan ksedihan selalu menyelimuti hari-harinya. Nona tak terlihat, itulah sebutan yang melekat untuknya. Dan tak ada satupun yang memahami keinginan dan k...