Malam semakin larut ketika Yuki tiba di rumah sakit, membawa sebungkus Tofuyo untuk kakeknya. Dia berjalan dengan hati-hati menyusuri koridor yang sepi, menuju kamar Benjiro. Ketika masuk, ia mendapati kakeknya itu duduk di tempat tidur dengan senyum lebar di wajahnya.
“Suster memberitahu bahwa kau bisa segera pulang, Kek,” kata Yuki dengan gembira, menyerahkan Tofuyo kepada kakeknya.
Benjiro nampak sudah mengetahui berita itu, “Bahkan suster itu lebih dulu aku untuk tahu tentang berita itu, Yuki, aku lebih tahu kondisi diriku sendiri. Dan Tofuyo, ah, terima kasih sudah membawakanku ini.”
Setelah berbincang sejenak dengan kakeknya, Yuki pamit dan keluar dari kamar, mengingat bahwa dia harus mencari ruang di mana adik Estrella dirawat. Berjalan cepat menuju sisi lain rumah sakit, menyusuri koridor yang penuh dengan aroma antiseptik.
Di luar ruangan, Yuki melihat Estrella duduk bersama ayahnya, seorang jangkung berambut pirang dengan kulit putih. Keduanya tampak cemas dan lelah. Estrella menatap kosong ke depan, matanya berkaca-kaca. Terlihat di dalam kamar, ibu Estrella terlihat terus mengelus kepala lelaki kecil yang masih belum siuman itu.
Yuki mendekati mereka dengan hati-hati. “Estrella, bagaimana keadaannya?” tanyanya pelan.
Estrella mengangkat wajahnya dan mencoba tersenyum. “Masih sama, Yuki. Albin belum sadar.”
Yuki merasakan kesedihan yang mendalam dalam tatapan mereka. “Saat aku membawa Tofuyo untuk kakekku, suster memberitahuku bahwa dia bisa segera pulang.” Katanya, mencoba membawa sedikit berita baik, meski kenyataannya Estrella tidak lebih baik dari dirinya.
Ayah Estrella mengangguk pelan. “Itu kabar yang baik, Yuki. Kami senang mendengarnya.”
Estrella menarik napas dalam-dalam. “Aku berharap adikku juga bisa segera pulih. Ini sangat sulit bagi kami semua.” Lalu berdiri dan memalingkan wajah, mencoba menyembunyikan ekspresinya saat ini.
Yuki merasakan beban yang sedang mereka tanggung. Dia tahu Estrella dan keluarganya telah tinggal di Okinawa selama empat tahun terakhir, membuat tempat ini menjadi rumah kedua mereka meskipun berasal dari Swedia. “Aku yakin adikmu akan segera pulih. Kalian telah melalui banyak hal bersama, kekuatan itu akan membantunya untuk pulih sepenuhnya.”
Estrella tersenyum tipis, merasa sedikit terhibur oleh kata-kata Yuki. “Terima kasih, Yuki. Dukunganmu sangat berarti.”
Malam itu, Yuki tinggal bersama Estrella dan keluarganya di rumah sakit, memberikan dukungan moral yang sangat dibutuhkan. Mereka berbicara pelan, berbagi cerita dan harapan, berusaha menemukan sedikit kedamaian di tengah-tengah kekhawatiran mereka.
Ketika akhirnya mereka meninggalkan rumah sakit, malam telah benar-benar larut. Yuki yang diantar oleh Estrella berjalan menuju tempat skuter matik Yuki diparkirkan, keduanya merasa memiliki hubungan yang lebih dekat dari sebelumnya. Mereka tahu bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan menghadapi semuanya bersama, dengan dukungan dan kepercayaan satu sama lain. Sebagai rekan kerja, ataupun sahabat.