Sesampainya di rumah singgah, Pegi bersama keluarga beserta kuasa hukumnya yang mendampingi sejak di persidangan kemarin. Kini, mulai beristirahat setelah capek mengurus kebebasan kliennya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 malam, ruangan didalam rumah singgah tersebut penuh sesak tidak ada yang kosong. Ada yang tidur didalam kamar, di sekitar ruang tamu maupun diruang tengah.
Tak terasa, waktu pun sudah pagi lagi, hari ini rencananya Pegi beserta keluarganya akan pulang ke rumahnya. Tentu akan diantar oleh team kuasa hukumnya.
Tapi, sebelum pulang ke rumah karena waktu masih terlalu pagi jadinya ngopi dulu sambil ngobrol-ngobrol cerita pengalaman sewaktu di rutan bagaimana saja.
Setelah agak siangan, barulah bersiap-siap untuk pulang menuju ke rumahnya.
“ Sudah siap belum, Gi?” tanya pak Tono, tiba-tiba kuasa hukum pak Tono mengagetkan.
“ Alhamdulillah, sudah siap pak, sudah siap banget malahan.” Jawab Pegi.
“ Baguslah, biar gak ngaret dan lancar nanti di perjalanannya kalau tidak terlalu siang.”
“ Iya, pak!”
“ Kalau begitu, Bapak mau ke SPBU dulu ya, mau isi bahan bakar.”
“ Iya pak, silakan.”
Pak Tono kuasa hukumnya itu pun bergegas pergi menuju ke SPBU.
Beberapa menit kemudian, pak Tono sudah berada di depan rumah singgah bersama dengan mobilnya.
Tid...
Tid...
Tid...
Suara klakson mobil mengagetkan, lalu cepat-cepat keluarga beserta Pegi menuju ke depan rumah setelah tadi sudah berpamitan dengan kuasa hukum yang lainnya.
Anggota keluarga yang lain sudah memasuki mobil pengacara, sedangkan Pegi masih di luar memasuk-masukan barang bawaan menuju bagasi.
Setelah semua barang bawaan disimpan di dalam bagasi, lalu Pak Tono yang punya mobil sekaligus kuasa hukumnya menghidupkan mobilnya dan beberapa saat kemudian sudah meluncur di jalanan.
Butuh waktu kurang lebih empat jam untuk sampai menuju lokasi tujuan. Setelah melewati perjalanan yang melelahkan, akhirnya keluarga mantan salah tangkap dan pengacara sampai juga di rumah.
Rumah keluarga mantan salah tangkap itu kini sudah ramai dan penuh sesak orang, mereka penasaran ingin menyaksikan dari dekat sekaligus ingin bersilaturahmi kepada keluarganya.
Di depan rumahnya kini sudah terpasang tenda seperti di acara hajatan yang berwarna biru, karena rumahnya tidak besar jadinya menyewa tenda sementara untuk menerima tamu-tamu yang ingin bersilaturahmi dengan keluarganya.
Terlebih, sudah ada nadzar juga ingin melaksanakan acara syukuran karena telah bebas dari jeratan hukum. Tenda di depan rumah sudah terpasang rapi, kursi-kursi juga sudah tertata dengan rapi.
Kini, para tamu-tamu dari berbagai daerah mulai berdatangan memenuhi halaman rumahnya. Ada yang mengajak ngobrol orang tuanya, ada yang mengajak live aplikasi video, bahkan ada juga yang meminta berpose bareng.
Waktu sudah mulai memasuki sore hari, pengacara yang mengantar ke rumahnya pun izin pamit akan pulang menuju rumah pribadinya.
“ Pak, Ibu, dan Pegi, saya selaku kuasa hukum, izin pamit dulu ya, untuk acaranya semoga lancar, saya ada keperluan dulu, nanti kalau ada apa-apa tinggal kontek aja ya jangan sungkan.”
“ Oh iya, saya ini mewakili keluarga mengucapkan banyak terima kasih ya karena sudah membela putra saya selaku orang kecil yang tidak punya kuasa apa-apa.” Ucap orang tuanya Pegi.
“ Iya sama-sama, sehat-sehat ya semua.”
Setelah kuasa hukumnya berpamitan, kemudian kliennya menghampiri kuasa hukumnya sambil mengucapkan rasa syukur dan mengucapkan terima kasih secara langsung.
Pamitan telah usai, dan kuasa hukum pun segera menyalakan mobilnya dan segera melaju menuju jalan raya mengarah ke rumahnya yang kurang lebih tiga kilometer jarak tempuhnya.
***
Petang harinya, setelah kuasa hukum yang sudah mengurusi dan membela kliennya itu pulang menuju rumahnya. Acara syukuran pun dimulai dengan dipimpin oleh tokoh agama setempat.
Ada yang spesial juga, korban salah tangkap lain yang sudah menjalani masa hukuman selama bertahun-tahun dan telah bebas pun ikut hadir dalam acara syukuran itu.
“ Kita berjuang bersama-sama ya, semoga sidang pengajuan kembali kamu pun lancar nanti.” Ucap Pegi sambil jabat erat tangan Saka.
“ Iya Kak, terima kasih atas support nya, kita saling mendoakan saja yang terbaik, semoga ada jalan keluarnya nanti.” Ucap Saka dan Saka pun sambil tak sungkan memeluk Pegi.
“ Yuk, kita ke dalam, acara sudah mau dimulai.” Ajak Pegi kepada Saka.
“ Iya, Kak!”
Disaat sedang mengadakan syukuran karena telah terbebas dari tuduhan dan terbebas dari hukum, tiba-tiba datang Iwan bersama sepupunya untuk memberikan selamat dan temu kangen.
“ Alhamdulillah, selamat ya bro, akhirnya terbebas juga dari hukum.” Ucap Iwan sambil memeluk teman masa kecilnya itu.
“ Iya alhamdulillah, ini juga berkat Iwan yang gerak cepat mencari pengacara, coba kalau lamban bisa-bisa nih badan bonyok kena siksa terus setiap hari di lapas.” Ucap polos Pegi kepada teman masa kecil yang sudah dekat layaknya saudara itu.
“ Yuk, masuk ke dalam, kita gabung dengan yang lain, karena acara syukuran akan segera dimulai.” Ajak Pegi.
Iwan pun mengikuti langkah Pegi menuju ke dalam rumah, dimana syukuran itu dilaksanakan bersama para tetangga dan kerabat dekatnya.
Begitu acara syukuran sudah selesai, tiba-tiba Bian datang.
“ Assalamualaikum, maaf Bian datang telat.” Ucap Bian sambil bercucuran keringat.
“ Waalaikumsalam, Bian kenapa? Datang-datang sudah bercucuran keringat gitu?”
“ Tadi motornya mogok, terus dorong-dorong nyari bengkel malah pada tutup, ya udahlah tanggung akhirnya dorong nyampe sini.”
“ Kasihan temanku, nanti Saka tolong bantu, ya! Ngerti otomotif, kan?”
“ Iya kak, sini mana yang harus diperbaikinya?” tanya Saka sambil memperhatikan motor Bian.
Lalu, Saka pun dengan kemampuan dan keterampilan yang didapatnya semasa di dalam tahanan dulu, Saka akhirnya bisa membongkar dan memperbaiki motor milik Bian itu.
“ Sudah selesai, coba starter dan hidupkan,Mas!” Saka menyuruh Bian menyalakan motornya.
Bbrruumm...Bbrruumm...
“ Alhamdulillah, sudah normal lagi Mas, terima kasih ya!” ucap Bian.
“ Iya, sama-sama.”
“ Oiya, sebagai tanda terima kasih, aku mau nawarin pulang bareng, Mas tadi kesini naik apa?” tanya Bian.
“ Tadi aku diantar kakak, tapi kakak pulang lagi.”
“ Oh gitu, bareng aja sama aku mau? Tenang, aku teman Pegi juga kok.”
“ Boleh, deh!”
Akhirnya, Bian mengantar Saka dulu menuju ke rumahnya. Hingga Saka benar-benar berada tepat di rumahnya memastikan selamat tanpa berkurang suatu apapun.
“ Terima kasih ya Mas Bian, sudah antar Saka menuju ke rumah.”
“ Iya siap, aku pamit ya Saka.”
Bian pun meninggalkan rumah Saka sambil melambaikan tangannya dengan mengendarai motornya pelan. Sementara kakaknya Saka hanya melihat dari balik jendela, memastikan kondisi Saka baik-baik saja.
***