Malam ini cuaca hujan rintik-rintik dan suhu udara agak dingin, tapi tak mengerucutkan semangat Iwan untuk berangkat ke rumah pengacara.
Butuh waktu lima belas menit untuk bisa sampai ke rumah pengacara. Sesampainya di kediaman pengacara, Iwan lalu dipersilakan masuk menuju ke dalam rumahnya oleh asistennya.
Begitu sudah memasuki rumah, Iwan lalu disambut oleh pengacara itu.
“ Selamat malam, silakan duduk Mas Iwan.” Pengacara yang bernama Bapak Tono itu mempersilakan duduk calon kliennya.
“ Selamat malam juga Pak Tono, terima kasih, saya duduk ya.”
Iwan pun lalu duduk didekat pengacaranya yang bernama Pak Tono.
“ Ada yang perlu saya bantu, Mas Iwan ?”
“ Begini pak, tujuan saya datang kesini bermaksud ingin meminta bapak menjadi kuasa hukumnya teman saya pak.”
“ Teman Mas yang mana? Terus kasusnya apa?”
“ Teman saya namanya Pegi Pak, Padahal teman saya ini seringnya kerja di Leuwigajah tapi malah dituduh pembunuh.”
“ Waduh, terus sekarang temanmu sudah di bawa ke kantor polisi ya?”
“ Iya Pak sudah waktu semalam katanya.”
“ Cerita awalnya bagaimana? Kok bisa sampai ditangkap?”
“ Ceritanya begini Pak...”
*Flashback on 2016*
Waktu itu temanku pada hari senin bulan agustus berangkat menuju Leuwigajah karena ada proyek pembangunan kantor kelurahan. Nah, saya juga sempat ikut sih cuma hanya bertahan beberapa hari karena tidak betah.
Lalu, pada waktu malamnya saya diantar ke terminal dengan Pegi, begitu mobil busnya sudah ada saya masuk ke dalam mobil sedangkan Pegi pulang lagi menuju ke Bedeng tempat bekerjanya.
Singkat cerita, ketika saya sudah sampai di tempat tujuan kan dari jalan raya ke rumah lumayan ya harus jalan kaki. Ketika saya turun dari mobil, dijalanan itu sudah penuh dengan orang-orang yang sedang berkumpul.
Saya tanya tuh orang-orang sekitar situ, katanya korban kecelakaan korbannya ada dua satu cowok satu lagi cewek.
Nah, sudahlah ya saya percaya aja, Lalu saya meneruskan perjalanan saya menuju rumah kurang lebih sepuluh menitan dengan berjalan kaki. Karena aksesnya sangat susah untuk dilalui kendaraan umum.
Tapi, selang tiga harian ada desas-desus lagi katanya bukan korban kecelakaan melainkan korban pembunuhan.
Terus katanya lagi, rumahnya teman saya ini juga sempat digeledah dulu sama pihak kepolisian. Padahal posisi orangnya sedang tidak ada di rumahnya dan hanya ada ibu kandungnya.
Mungkin karena nama pelakunya sama atau bagaimana, sehingga sampai detik ini pun pihak kepolisian masih menyangka bahwa teman saya ini yang menjadi otak pelakunya.
Ntah siapa dulu yang menuduh duluan sehingga sekarang menjadi rumit begini.
Usut punya usut, ini ada kaitannya dengan kasus sebelumnya, kasus bubuk putih yang diganggu bisnisnya sama polisi. Nah, yang jadi korbannya itu anaknya dan sialnya pacarnya juga kena.
Hingga sampai saat ini, kasusnya masih belum nemu titik terang. Masih berputar-putar saja disitu. Begitulah ceritanya.
*Flashback off*
“ Oh begitu, baik saya siap menjadi kuasa hukumnya, kemungkinan besok saya ke rumahnya.”
“ Siap Pak, terima kasih banyak sebelumnya.”
“ Iya Mas.”
“ Oiya, Pak saya mau pamit dulu ya 🙏 sudah larut malam, ini no wa saya, besok kalau Bapak bersedia dan mau datang ke rumah orang tuanya saya bersedia mengantarkannya.”
“ Siap..siap..terima kasih ya, Mas!”
“ Sama-sama Pak, kalau begitu saya pamit dulu ya wassalamu’alaikum.”
“ Waalaikumsalam.”
Sebelum meninggalkan ruangan advokat, Iwan pun berjabat tangan dulu dengan pengacara. Sesudah jabat tangan lalu Iwan pulang menuju rumah karena sudah larut malam.
***
Ketika sedang di perjalanan menuju rumahnya, Iwan kemudian bertemu dengan Bian secara tidak sengaja.
Lalu, Bian pun menyapanya “ Wan.”
Seketika Iwan menoleh ke arah Bian, Lalu Iwan pun mendekat ke arah Bian.
Dan Bian bertanya “ Gimana sudah bertemu belum dengan pengacaranya?”
Iwan terdiam sejenak lalu berdehem “ hmm..”
“ Sudah bertemu kok tadi, gua langsung nemuin ke rumahnya.” Lanjutnya lagi.
“ Ya syukur deh, cepat-cepat atur waktu buat ketemuan, jangan kelamaan kasihan nanti yang butuh jasa bantuan hukum.” Ucap Bian mengingatkan.
“ Iya, ini juga gua sudah atur waktu kok, rencananya sih besok kalau gak ada halangan.”
“ Sip, gua doain semoga lancar dan gua juga gak tinggal diam, gua masih menyelidiki akun-akun terduga.”
“ Terima kasih ya Bian, maaf gua repotin lu, lagian gua minta tolong siapa kalau bukan sama lu.”
“ Iya, nyantai aja bro, oiya gua pamit dulu ya gua mau beli sesuatu ke toko.” ucap Bian sambil pamit pergi.
“ Oh iya udah, gua juga mau pulang ke rumah, hati-hati dijalan lu.” Balas Iwan
Akhirnya Bian dan Iwan meninggalkan lokasi dimana tadi sempat mengobrol sebentar dan sekarang sudah tancap gas dengan berbeda arah.