Read More >>"> Para Pencari Keadilan (Mengunjungi Rumah Klien) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Para Pencari Keadilan
MENU
About Us  

Hari sudah berganti pagi lagi, Iwan sudah janjian dengan pengacara untuk mengunjungi rumah terduga tersangka. Kunjungan itu merupakan untuk menggali berbagai informasi calon kliennya yang sampai saat ini sedang mendekam di balik jeruji besi.

Hari ini kebetulan cuaca sedang cerah, pukul 08.00 pagi Iwan sudah berangkat menuju rumah pengacara. Begitu sudah sampai, Iwan langsung disambut pengacaranya “ Selamat pagi Mas, gimana sudah siap kita mengunjungi rumah klien?”

“ Selamat pagi juga Pak, alhamdulilah sudah siap.”

“ Ya sudah, mari ikut saya ke dalam mobil, tunjukan rute jalannya nanti ya, Mas!”

“ Siap,Pak!”

Iwan pun memasuki mobil bersama dengan pengacaranya Pak Tono, Mobil sedan hitam pun siap mengantarkannya menuju ke rumah terduga tersangka.

Beberapa menit kemudian, mobil pun sudah sampai di lokasi Pegi beserta keluarganya tinggal. Kebetulan, Ibunya Pegi sedang berada di teras depan sepertinya sedang duduk-duduk santai.

Iwan dan pengacara pun turun dari mobil, dan langsung bergegas menemui ibunya Pegi.

“ Asalamualaikum, Tante Desi sehat?” sapa Iwan sambil menanyakan keadaannya.

“ Waalaikumsalam, Alhamdulilah sehat, itu siapa Wan?” Tante Desi bertanya balik karena penasaran.

“ Oh ini, kenalin ini Bapak Tono pengacara yang mau urusin kasus Pegi.” Jawab Iwan

Lalu, Bapak Tono pun menghampiri Tante Desi mamanya Pegi.

“ Asalamualaikum, Bu ini saya dengan pak Tono, saya siap menangani kasus putra ibu,” ucap Pak Tono

“ Cerita awalnya bagaimana kok bisa seperti itu?” lanjutnya lagi.

“ Ceritanya begini Pak, kata Iwan itu si Pegi ditangkap polisi katanya dituduh pelaku pembunuh waktu tahun 2016 silam, padahal anak saya saat itu sedang bekerja di Lewigajah.” Ucap Tante Desi

“ Oh begitu ya Bu, tapi dari informasi pamplet yang tersebar dan didapat dari lokasi kok berbeda ya alamatnya?” tanya pengacara

“ Nah iya, saya juga bingung pak.” Jawab Tante Desi

“ Boleh pinjam dulu data-data seperti KK dan KTPnya Bu?” tanya pengacara lagi

“ Oh boleh, sebentar ya saya ambil dulu ke dalam.”

Tante Desi lalu meninggalkan pengacara dan Iwan menuju ke dalam rumah untuk mengambil data-data penting dan mengambil air minum untuk tamu.

Tak berapa lama, lalu Tante Desi keluar lagi menuju ke teras dengan membawa map berisi data-data penting dengan ditemani anak Tante Desi yang lain dengan membawa nampan berisi dua gelas minuman dan satu toples cemilan untuk tamunya.

“ Silakan Pak Tono dan Iwan dicicipi, mohon maaf seadanya ya.” Ucap Tante Desi sambil menyodorkan gelas yang berisi minuman satu persatu kepada tamunya.

“ Oh iya, gak apa-apa Bu, saya cicipi ya.” Jawab Pak Tono sambil menyeruput minuman.

“ Saya juga ya Bu.” Ucap Iwan

“ Oh iya silakan nak Iwan.”

Lalu, setelah Pak Tono dan Iwan beres minum, Tante Desi kembali dengan pembahasan pentingnya.

“ Oh iya Pak, ini dokumen-dokumen pentingnya.” Tante Desi kemudian menyerahkan map merah berisi dokumen-dokumen penting pribadi.

“ Boleh saya pinjam sebentar?”

“ Boleh Pak, silakan.” Ucap Tante Desi

Pak Tono lalu menerima map merah itu dan mengamati satu-satu dokumennya termasuk kartu keluarga dan kartu tanda penduduknya.

Setelah agak lama mengamati, Pak Tono pun merasa agak janggal juga dengan informasi yang terpampang di pamplet itu karena dari umur dan alamatnya pun beda.

Pak Tono pun menghubungi rekan-rekan sesama pengacaranya yang lain, setelah video call dan berdiskusi rekan pengacara yang lain. Meminjam dulu potocopiannya untuk diurus lebih lanjut dengan dugaan salah tangkap.

Pak Tono pun meminta izin untuk mengambil satu potocopian kartu keluarga dan kartu tanda penduduk untuk mendata supaya bisa didaftarkan ke pengadilan, agar bisa lebih cepat untuk menjalani sidang praperadilan sebagai syarat untuk menggugurkan status tersangka sebelum berkas-berkas dari Polda diajukan ke kejaksaan.

“ Nanti minggu depan ibu siap menjenguk putra ibu ke rutan?” tanya pengacara.

“ Iya Pak, saya sangat siap terlebih saya bersyukur ada yang mendampinginya kesana, saya sangat ingin sekali bertemu anak saya.”jawab Tante Desi.

“ Oke, saya nanti atur waktu lagi, dan saya akan diskusi kembali dengan rekan-rekan saya nanti.”

“ Terima kasih banyak ya,Pak!”

“ Iya Bu, untuk sementara ibu tenang dan sabar dulu, perkara kami akan urus.”

Mendengar ucapan-ucapan pengacara tersebut, Tante Desi menjadi lebih sumringah dan agak sedikit tenang.

“ Kalau begitu, saya dan Mas Iwan mohon pamit dulu ya, nanti Minggu depan saya kesini lagi.” Ucap pengacara.

“ Silakan pak, terima kasih ya sebelumnya sudah mau membantu keluarga saya.”

“ Iya Bu, sama-sama.”

Pengacara dan Iwan pun lalu bersalaman dengan Tante Desi dan meninggalkan kediaman Tante Desi.

***

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Happiness
338      251     2     
Mystery
Tidak ada jejak, tidak ada saksi, tidak ada rekaman CCTV, semua kejahatannya dilakukan dengan begitu rapih untuk memusingkan pihak kepolisian. Tak memandang usia, tak memandang gender, ia menargetkan siapapun yang menurutnya pantas untuknya. Selama dua tahun para polisi di Satreskrim kantor Polres Metro Jakarta Barat, berusaha untuk mencari tahu dan menangkap sang pembunuh berantai yang me...