3. Ada Yang Tertinggal Di Tahun 1996
Sampai rumah, gue gak bisa langsung istirahat. Pertemuan dan pembicaraan dengan Kinar di Kemang, sungguh bermakna buat gue. Gue duduk di kursi kamar dan termenung. Luar biasa sekali malam ini. Batin gue. Kemudian otak seperti refleks memberikan perintah untuk membongkar sebuah koper yang ada di dalam lemari di kamar belakang. Koper itu adalah tempat gue menyimpan banyak benda kenangan dari masa lalu. Gue kemudian melangkah ke kamar belakang dan membongkar isi koper. Saat dibuka, gue tertegun melihat satu per satu benda di dalam koper. Lalu mata tertuju pada sebuah binder file campus yang walau telah berusia lebih dari 20 tahun, tapi masih terlihat bagus. Binder semacam ini dulu adalah benda wajib bagi anak-anak SMA sebagai media untuk menuangkan hasrat seni pop dan kontemporer selain tentunya untuk mencatat pelajaran. Ada juga coretan-coretan iseng teman-teman gue. Salah satunya dari seorang teman, namanya Boim, yang nulis: No Woman No Cry, No Money No Donk, No Kancut Nongol. Gue ketawa membaca coretan Boim.
Lalu gue membalik halaman per halaman dari binder yang di sampulnya terselip pin-up Kurt Cobain - vokalis Nirvana, bonus dari majalah HAI- dan stiker Blind Skateboards, merk skateboarding yang berlogo the Reaper si mahluk dari kegelapan berjubah hoodie hitam yang selalu membawa sabit panjang, yang saat itu populer banget di kalangan remaja. Mengoleksi pin up artis atau atlet luar negeri, dulu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Biasanya dapat dari bonus majalah. Makin keren lagi kalo pin up-nya bonus dari majalah luar negeri, yang pada zaman itu adalah sebuah prestise tersendiri kalo bisa punya.
Di balik sampul binder ada stiker band-band indie Indonesia yang saat itu kalo elo punya, menjadi penanda, kalo, fix, elo anak gaul! Ada stiker dari band Waiting Room, Parklife, Anti Septic, Orange, Daily Feedback, Wondergel, R.U Suck, Toilet Sounds, Chapter 69, Pestolaer, Rumah Sakit, dll. Kelak, beberapa personel dari band-band tersebut, hari ini dikenal sebagai selebritas papan atas, influencer ataupun Youtuber ternama dengan follower ribuan hingga jutaan di media sosial. Meski banyak juga di antara mereka yang hari ini gak lagi ketahuan rimbanya. Di halaman-halaman berikutnya, ada catatan-catatan pelajaran, corat-coret curhatan teman (biasanya cewek), sama pin-up Tony Hawk, atlet skateboarding legendaris. Di paling belakang binder ada tempelan stiker-stiker brand surfing, macam: Mambo, Alien Workshop, Stussy, Billabong, Rip Curl, Quiksilver, Rusty, Kuta Lines, Ocean Pacific, No Fear dan Hot Tuna. Brand-brand tersebut dulu populer banget di kalangan remaja, dan kalo elo pakai itu, rasanya elo adalah ABG paling trendy di ibu kota.
Gue senyam-senyum sendiri melihat-lihat isi binder. Gue baru sadar, ternyata udah lama banget gue gak pernah lagi membuka koper berisi kenangan ini. Selain binder, ada koleksi majalah-majalah HAI lama gue. Salah satu cover-nya adalah band Dewa 19, masih dengan vokalis Ari Lasso dan Ahmad Dhani rambutnya masih gondrong. Kembali gue tersenyum. Kemudian ada beberapa kumpulan CD dan kaset. Salah satunya adalah CD bergambar anak kecil lagi tersenyum lebar, kompilasi band-band indie Jakarta dan Bandung yang judulnya: masaindahbangetsekalipisan. Emang begitu tulisannya. Dulu waktu gue punya ini, banyak banget yang ngiri sama gue, karena memang CD ini limited edition. Susah banget dapatnya. Salah satu band di album ini sampai sekarang masih eksis bahkan makin besar. Yaitu, Burgerkill. Tapi koleksi CD dan kaset gue terbanyak bukan di sini. Ada di satu kardus khusus.
Lalu tangan mengarah pada sebuah album foto bersampul Fuji Image Plaza, dengan modelnya Sonia Carrascalao, model cantik dari Timor Timur (alias Timor Leste setelah merdeka dari Indonesia). Perlahan gue membukanya. Mata gue menatap cukup lama pada foto demi foto di dalam album. Mendadak ada sesuatu yang menerobos masuk ke hati: Gue kangennnn... banget sama orang-orang di dalam album. Gue sadar, karena takdirlah kami harus berpisah dan akhirnya kehilangan kabar. Lalu sebuah foto akhirnya sukses membuat hati gue berantakan. Di situ ada gue, Raska, Kinar, Lovi, Boim, Naya, David, Lila, Prisa, Anit dan Amanda. Latar belakang foto adalah 1)Taman Situ Lembang, Menteng, Jakarta Pusat – November 1996. Di situ kami berfoto lepas sekali, dengan tawa lebar menghiasi setiap wajah. Foto itu terasa istimewa, karena saat foto itu diambil, Raska dan David belumlah mengenal drugs. Lalu ada foto gue bareng Raska dengan latar mobilnya Raska, Mitsubishi Evo 3 warna merah. Foto itu diambil di suatu malam Minggu saat Krazy Squad lagi hangout di 2)Jalan Mahakam, Jakarta Selatan. Tapi ada satu foto yang membuat gue jadi emosional, yaitu, foto gue berdua aja sama Lovi. Foto diambil oleh Kinar memakai kameranya Lovi yang waktu itu sengaja dia bawa dari rumah, saat gue, Lovi, Raska dan Kinar sedang double date di rooftop restoran Wendy’s yang saat itu masih berdiri tunggal di parkiran Mall Kelapa Gading 1. Di kemudian hari gedung restoran itu dihancurkan dan berganti dengan sebuah mall lain bernama La Piazza. Kemudian mata menangkap dua buah benda kecil, yaitu empat tiket nonton di 21 Mall Kelapa Gading yang terlihat menyelip di antara foto. Warna tiket udah memudar tapi gue bisa melihat dengan jelas judul film yang tertera di tiket: Romeo + Juliet. Film ini dulu dibintangi Leonardo Dicaprio dan Claire Danes. Gue lalu ingat, nonton film ini terjadi di acara double date tersebut. Foto di Wendy’s itu diambil sebelum nonton. Satu album foto pun sukses membuat waktu seperti membeku di benak gue.
Gue tersenyum melihat foto-foto dan semua benda kenangan tersebut. Terlalu banyak cerita dari isi di dalam koper. Apalagi setelah melihat foto bersama Lovi. Semua yang pernah terjadi di antara kami berdua, itu bagaikan sebuah arsip lama yang terbuka lagi dalam pikiran gue. Tapi dari semua, ada satu benda yang membuat jantung gue nyaris berhenti. Itu adalah sebuah jam tangan Baby-G, milik Lovi. Warnanya kuning transparan. Tapi jam itu udah gak lagi berfungsi dan fisiknya terlihat usang. Maklum udah lebih dari lima belas tahun tersimpan. Gue tertegun lama memandangi jam usang itu. Tapi kenapa jam itu bisa ada di gue, nanti gue akan cerita.
Malam itu gue langsung tau, bahwa ada sesuatu yang ternyata masih tertinggal di tahun 1996, enam tahun setelah Dilan merayakan cintanya dengan Milea di kota Bandung. Ada cerita yang belum selesai dari masa remaja gue dan sekarang, setelah ‘sekolah usai’ sepertinya gue harus ‘kembali’ ke sana, menyelesaikannya hingga tuntas. Hati gue udah penuh dengan tekad.
Iya, cerita setelah sekolah ini harus diselesaikan!
1): Taman asri terletak di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Bentuknya bulat. Di tengahnya ada danau kecil. Dulu adalah tempat favorit remaja Jakarta hangout dan menghabiskan waktu.
2): Sebuah jalan ramai di daerah Bulungan, Jakarta Selatan. Tiap malam terutama malam minggu, kawasan ini jadi sasaran remaja Jakarta menghabiskan malam. Kadang sampai pagi.