Aku duduk berhadapan dengannya, hanya berjarak sebuah meja. Ini tengah malam dan aku tidak bisa tidur. Aku memutuskan membicarakan masalah ini dengannya. Dia hanya tertunduk lemah, membuat rambutnya jatuh menutupi nyaris seluruh wajahnya.
Aku memutar-mutar gelas kosong yang isinya aku minum dalam sekali teguk. “Dengar. Aku lelah. Seharian telah bekerja.” Kataku padanya. Dia bungkam, masih setia menekukkan lehernya.
“Kau sudah aku biarkan di sini, di rumah ini, tanpa menyewa sama sekali. Siang malam kau bebas berkeliaran. Pakailah setiap sudut rumah ini sesukamu,” kataku lagi, kali ini dengan sangat tegas. Perempuan dihadapanku mengetuk-ngetukkan jarinya pada meja, namun wajahnya masih tertunduk juga.
“Tapi ingat. Jangan mengganggu barang-barang. Masa aku pulang juga harus merapikan barang yang kau main-mainkan? Aku ini lelah. Hanya malam saja berada di rumah. Benar-benar untuk tidur sebelum besok subuh harus berangkat lagi,” ucapku yang mulai kehabisan sabar menghadapi perempuan satu ini.
“Juga jangan menangis, apa pun masalahmu. Jangan menangis tersedu. Berisik!” Aku berdiri untuk mengisi gelas kosong lagi.
“Oh, ya! Juga apa pun yang lucu bagimu, jangan tertawa kencang. Aku tidak suka. Sejujurnya membencinya.” Suara air dari keran galon mengalir masuk ke gelas. Mengisi hingga penuh nyaris tumpah.
“Kau paham?” tanyaku menoleh padanya. Dia menatapku dan menyeringai dengan mulut sangat lebar. Matanya menyala merah, sangat kontras dengan wajahnya yang putih seperti cat tembok.
“PAHAM TIDAK?” Aku membentaknya meskipun merasa terancam.
“HIHIHIHIHIHIIII …,” tawanya yang aku benci itu menggema pada seluruh ruangan. Dia terbang denga cepat, kesana-kemari hingga menyentuh plafon. Menatapku lagi seolah mengejek.
“Ah! Sialan! Dia tidak paham! Dasar setan!”
Aku meninggalkannya yang masih tertawa mengerikan. Membawa gelasku ke kamar dan berusaha untuk pura-pura tidak mendengar saat dia menjatuhkan piring-piring dekorasi.
(Tamat)
Bjirrr plot twist!
Comment on chapter ES DOGER YANG BANYAK SUSUNYA