Lampu utama ruang keluarga itu mati namun tetap semarak sebab digantikan oleh cahaya warna-warni berseliweran sana-sini mengenai dinding, plafon dan segala perabotan yang tertata rapi. Tiga orang –dua perempuan dan satu laki-laki– bersorak gembira, bertepuk tangan sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Seorang perempuan, mengenakan cocktail dress merah tua, berdiri malu-malu di sebalik meja dengan hidangan tart angka delapan belas. Tidak ada orang yang lebih tua di sana, semuanya tampak pada usia yang sama.
“Make a wish! Make a wish!” seru salah seorang perempuan yang bertepuk tangan saat lagu itu sudah usai. “AKU INGIN TERUS BERSAMA RIKO!” seru si perempuan yang berulang tahun tak kalah semangat sambil menunjuk satu-satunya laki-laki di ruangan itu. Yang ditunjuk tampak tersenyum puas dan bangga sambil mengangguk. “Janji?” tanya si perempuan lagi.
“Ya, babe. Janji.” Laki-laki dengan tampilan rapi ini mendekati perempuan, tidak lama kelingking mereka bertautan. Mereka tersenyum dan berbalas tatap dengan mesra.
Tiga bulan kemudian, saat mereka tamat SMA, laki-laki bernama Riko itu terpaksa tidak melanjutkan kuliah, dia harus mengalah sebab perut lebih mendesak daripada otak. Sebulan sebelum kelulusan, sebuah musibah menimpa keluarganya yang membuat hanya dia sendiri yang berada di atas tanah. Dia bukan orang yang akan kaya jika orang tuanya meninggal. Bukan warisan justru surat hutang yang dia dapatkan. Pacarnya, yang enam bulan lalu berulang tahun itu, sepertinya malu. Semenjak foto bersama kelulusan mereka tampak tidak pernah lagi berdua. Satu hari mereka bertengkar di laboratorium sekolah.
Pada suatu malam yang penuh dengan deru hujan, laki-laki itu terburu-buru masuk ke kontrakan. Kantong plastik yang di bawanya dia dekap erat di dalam jaket kuning cerahnya.
“Hah~ untunglah masih hangat,” desahnya saat menuangkan isi kantong plastik itu ke dalam mangkuk murahan. Sup ayam dengan kepulan asap itu dia taruh di atas meja. Dia menyendokkan sup itu kepada seorang perempuan yang duduk lemah sambil berurai air mata.
“Makanlah, sayang. Kalau sudah dingin tidak enak,” ucap laki-laki itu dengan tatapan kasih. Si perempuan mengelak.
“MAKAN!” Si laki-laki dengan murka memukul meja, membuat sup dalam mangkuk murahan itu beriak dan sedikit tumpah. Si perempuan terkejut dan menerima saja suapan demi suapan yang diantarkan oleh tangan si laki-laki yang bisa tiba-tiba bersikap manis. Televisi menyala menampilkan berita hilangnya seorang wanita muda setelah pesta kelulusan. Si laki-laki menyeringai, “Lagipula, kamu yang menginginkannya. Kamu yang membuatku berjanji untuk bersamamu selamanya. Jangan kuliah ke Sydney, di sini saja bersamaku. Aku hanya menjauhkanmu dari dosa karena tidak menepati janji, Emily,” bisik laki-laki ini dan raungan Emily lindap bersama deru hujan. Mulutnya kembali dibekap dan dia kembali diikat saat si laki-laki menyeka seluruh tubuh perempuan ini dengan handuk dan air hangat.
(Tamat)
Bjirrr plot twist!
Comment on chapter ES DOGER YANG BANYAK SUSUNYA