Read More >>"> PurpLove (DUA) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - PurpLove
MENU
About Us  

Aku sambil mengatur bowl ke mixer hampir terkikik mendengar pekikan Viona di telepon, tapi bisa terdengar jelas sampai ke telingaku. Dia pasti benar-benar berteriak dari seberang.

“Hei. Kalian ngetawain gue?” pekik Viona lagi. Ternyata Kevin mengarahkan layar ponsel ke aku, sehingga kembaranku bisa melihat jelas aku benar-benar berjuang menahan kekehan.

“Udah-udah. Gue mau lanjut ngadon! Kalo ngobrol terus nanti adonan gue bantet.”

“Ngeden di toilet, jangan sambil bikin kue!”

“Ngadon, Sib, Ngadon!”

“Ah, sama aja. Gue jadi makin ragu lo ini kembaran siapa sih, Sib? Masa lebih kompak sama Kevin ketimbang gue?”

“Astaga. Keraguan macam apa itu, Sib?” hardikku. Kali ini tawaku tidak tertahankan. Viona terlihat kesal, tapi marahnya malah menggemaskan. Kalau tidak ngamuk ketika digoda balik, bukan Viona namanya. Entah siapa.

“Sumpah. Kevin – elo, elo – Kevin puas aja gitu kalo ngerjain gue. Kalo bukan karena nama dan wajah kita yang identik, gue sumpah nggak percaya kalo kita kembar. Jangan-jangan kembaran lo itu memang Kevin, bukan gue, Sib!” Kali ini Kevin terbahak.

“Gue cewek, dong?” jawab Kevin.

“Ya nggaklah. Kembar cowok – cewek, maksud gue!”

“Ngakak!” pekikku. “Udah udah, makin ngelantur. Lo dicari Alden, tuh.” Aku mendekati Kevin dan merebut ponsel, lalu mematikannya. Kalau dibiarkan berlanjut, obrolan kami makin tidak jelas dan bisa bersambung sampai petang.

Setelah semua orderan selesai aku bergegas merapikan ruangan, dan Kevin terlihat sedang merapikan meja ruang tengah yang sedari pagi disulap menjadi ruang kerjanya.

“Vi, kalo gue sama temen-temen mau touring, lo mau ikutan, nggak?” tanya Kevin tiba-tiba.

“Hah?” Seketika aku menoleh.

“Iya, touring ke Salatiga aja, sih.”

Aku membayangkan perjalanan panjang selama kurang lebih dua tiga jam dan artinya aku harus beralih menghidu aroma asap kendaraan. Belum lagi ketika melewati pasar bawen dan tempat-tempat pemberhentian angkutan umum yang memakan hampir setengah badan jalan. “Sekaligus camping dan masak-masak?” tanyaku kembali dengan harapan Kevin mengiakan. Namun, harapanku pupus ketika Kevin hanya menggeleng karena beberapa anggota masih harus masuk kerja.

Aku menyandarkan punggung pada meja baking dan melirik Kevin yang masih terlihat menatap ke arahku. Sejujurnya aku paling bosan duduk di motor tanpa tujuan jelas dan tanpa ada peralatan baking.

“Evan ikut?” tanyaku teringat salah satu anggota klub motor Kevin yang cukup menarik perhatianku sambil menaikturunkan alis. Dari kerutan di dahi Kevin, aku menduga ia kesal. Sorot matanya yang dari tadi berbinar penuh harap, seketika berubah menjadi layu. Aku berjalan mendekati Kevin dan duduk di sebelahnya.

“Kenapa malah nanyain Evan, sih?” keluhnya.

“Ya, kan, lo tau, Vin, kalo keberadaan Evan itu bagai kuning telor dalam adonan cake gue.”

Kevin mengedik. “Kuning telor? Amis, dong.”

“Woi!” sergahku. “Keberadaan Evan itu bikin hidup gue mengembang penuh kebahagiaan.” Aku menjatuhkan kepala ke sandaran sofa. Dengan cepat tangan Kevin mendarat mulus di dahiku.

“Sialan! Sakit, woi!” pekikku spontan.

“Lagian, manusia berengsek macem Evan lo bilang kuning telor. Telor busuk, iya!”

“Ih, apaan, sih. Sirik, lo,” celetukku.

“Gue nggak rela kalo lo ikutan brengsek kayak dia, Vi,” jelasnya kemudian.

“Brengsek apaan, sih, Vin, gue udah besar, gue bisa jaga diri. Lagian, salah ya kalo gue pengin touring esok tuh ada tujuan pasti, gitu,” rajukku ketika melihat tanda-tanda Kevin bakal batal mengajakku atau malah dia batal ikut touring.

“Tujuan lo Evan?” tandasnya sambil mematap tajam kedua mataku. Ada sorot aneh yang tidak bisa terbaca meski aku berusaha mendalami tatapannya.

“B-bukan gitu juga.” Aku menyilakan kaki di sofa dan bersedekap.

Pikiranku berkelana mencari alasan yang lebih bisa diterima Kevin, sampai aroma cake membuatku mengutarakan usulan, “Gue bawain chiffon sandwich, deh, buat camilan lo sama temen-temen. Nanti lo yang boncengin gue, bukan Evan.” Merasa ide yang kusampaikan sangat cemerlang, aku menatap Kevin dengan yakin sambil menaikturunkan alis untuk menggoda Kevin yang selama ini memang tidak pernah bisa menolak chiffon sandwich tiramisu.

Perkiraanku jelas tepat. Kevin hanya membutuhkan sedikit jeda untuk berpikir sebelum mengangguk dan mengulurkan tangan sebagai tanda setuju. Hanya saja, raut wajah Kevin terlihat aneh, entahlah.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
An Angel of Death
335      212     1     
Short Story
Apa kau pernah merasa terjebak dalam mimpi? Aku pernah. Dan jika kau membaca ini, itu artinya kau ikut terjebak bersamaku.
Hello, Troublemaker!
1133      503     6     
Romance
Tentang Rega, seorang bandar kunci jawaban dari setiap ujian apapun di sekolah. Butuh bantuan Rega? mudah, siapkan saja uang maka kamu akan mendapatkan selembar kertas—sesuai dengan ujian apa yang diinginkan—lengkap dengan jawaban dari nomor satu hingga terakhir. Ini juga tentang Anya, gadis mungil dengan tingkahnya yang luar biasa. Memiliki ambisi seluas samudera, juga impian yang begitu...
Tower Arcana
733      537     1     
Short Story
Aku melihat arum meninggalkan Rehan. Rupanya pasiennya bertambah satu dari kelas sebelah. Pikiranku tergelitik melihat adegan itu. Entahlah, heran saja pada semua yang percaya pada ramalan-ramalan Rehan. Katanya sih emang terbukti benar, tapi bisa saja itu hanya kebetulan, kan?! Apalagi saat mereka mulai menjulukinya ‘paul’. Rasanya ingin tertawa membayangkan Rehan dengan delapan tentakel yan...
Snow White Reborn
576      325     6     
Short Story
Cover By : Suputri21 *** Konyol tapi nyata. Hanya karena tertimpa sebuah apel, Faylen Fanitama Dirga mengalami amnesia. Anehnya, hanya memori tentang Rafaza Putra Adam—lelaki yang mengaku sebagai tunangannya yang Faylen lupakan. Tak hanya itu, keanehan lainnya juga Faylen alami. Sosok wanita misterius dengan wajah mengerikan selalu menghantuinya terutama ketika dia melihat pantulannya di ce...
Mimpi Milik Shira
486      269     6     
Short Story
Apa yang Shira mimpikan, tidak seperti pada kenyataannya. Hidupnya yang pasti menjadi tidak pasti. Begitupun sebaliknya.
DariLyanka
2727      927     26     
Romance
"Aku memulai kisah ini denganmu,karena ingin kamu memberi warna pada duniaku,selain Hitam dan Putih yang ku tau,tapi kamu malah memberi ku Abu-abu" -Lyanka "Semua itu berawal dari ketidak jelasan, hidup mu terlalu berharga untuk ku sakiti,maka dari itu aku tak bisa memutuskan untuk memberimu warna Pink atau Biru seperti kesukaanmu" - Daril
Why Him?
570      304     2     
Short Story
Is he the answer?
SENJA
515      398     0     
Short Story
Cerita tentang cinta dan persahabatan ,yang berawal dari senja dan berakhir saat senja...
Premium
Secret Love Story (Complete)
11237      1579     2     
Romance
Setiap gadis berharap kisah cinta yang romantis Dimana seorang pangeran tampan datang dalam hidupnya Dan membuatnya jatuh cinta seketika Berharap bahwa dirinya akan menjadi seperti cinderella Yang akan hidup bahagia bersama dengan pangerannya Itu kisah cinta yang terlalu sempurna Pernah aku menginginkannya Namun sesuatu yang seperti itu jauh dari jangkauanku Bukan karena t...
Army of Angels: The Dark Side
31780      5478     25     
Fantasy
Genre : Adventure, Romance, Fantasy, War, kingdom, action, magic. ~Sinopsis ~ Takdir. Sebuah kata yang menyiratkan sesuatu yang sudah ditentukan. Namun, apa yang sebenarnya kata ''Takdir'' itu inginkan denganku? Karir militer yang telah susah payah ku rajut sepotong demi sepotong hancur karena sebuah takdir bernama "kematian" Dikehidupan keduaku pun takdir kembali mempermai...