"Kamu serius mau bekerja paruh waktu juga, Ra?" tanya Aldi. Ia dan Isaura sedang berjalan di koridor setelah mengikuti pelajaran Musik hari itu.
Gadis berkepang itu mengangguk. "Aku ingin membantumu, juga tak ingin terus-terusan merepotkan Tante Regina dan Om Johan,"
"Aku dan orangtuaku tak merasa direpotkan, kok,"
"Tapi aku juga ingin membalas kebaikan kalian," kata Isaura teguh, membuat Aldi menoleh dan menatapnya. Laki-laki itu pun menghela napas. Ia tak bisa membantah keinginan saudari angkatnya itu.
"Ngomong-ngomong, selamat, ya," ucap Isaura. "Kamu sudah mendapat pekerjaan paruh waktu,"
Aldi sudah mendapat pekerjaan sebagai guru les piano. Ia direkomendasi oleh Nancy, salah satu kakak kelas mereka yang juga ketua ekskul Musik di Asrama Bastari. Ia sedang mencari seseorang untuk mengajar piano pada keponakannya, yang kebetulan tinggal di sekitar asrama. Rencananya, ia akan mengajar dua kali dalam seminggu, setiap pukul empat sore.
Karena Aldi bekerja mengajar piano, Isaura pun memilih bidang pekerjaan lain. Kebetulan, Narra menawarkan Isaura untuk menjadi anggota perpustakaan sekolah.
"Thanks," Aldi membalas ucapan selamat dari Isaura.
Isaura dan Aldi pun sampai di persimpangan koridor antara asrama putra dan asrama putri.
"Bye, Ra," ucap Aldi yang kemudian berpamitan dan melangkah ke koridor wilayah asrama putra.
"Ya," jawab Isaura seraya melambaikan tangan pada Aldi. Ia kemudian berjalan ke arah sebaliknya, menyusuri koridor menuju asrama putri.
Karena hari sudah malam, koridor sepi. Tampaknya murid-murid sudah kembali ke kamar masing-masing. Isaura berjalan menyusuri koridor sendirian.
Sesampainya di lantai tiga, ia masuk ke toilet perempuan. Toilet tersebut terdiri dari tujuh bilik, dan sering digunakan untuk mandi oleh penghuni asrama putri. Keadaan di dalamnya sepi. Isaura berdiri menghadap cermin. Ia mengelap keringat di dahinya dengan sapu tangan dan juga merapikan rambutnya.
Tiba-tiba, dari cermin terlihat seorang murid perempuan yang masuk ke dalam toilet. Isaura pun mengenali siapa perempuan itu.
"Oh, Mei,"
Mei hanya balas tersenyum pada Isaura, lalu masuk ke kamar mandi paling ujung.
Tak butuh waktu lama, Isaura selesai merapikan rambutnya.
"Aku duluan ya, Mei," kata Isaura setengah berteriak, lalu ke luar dari dalam toilet.
Ada yang aneh. Mei tak menjawab ucapannya. Isaura juga sempat merasa heran, namun ia berusaha tak terlalu memikirkannya. Mungkin teman satu asramanya itu sedang sibuk dengan kegiatan buang hajatnya, karena itu ia tak menanggapi perkataan Isaura.
Isaura pun kembali ke kamar asramanya. Namun, sesampainya di kamar, ia dibuat terkejut saat melihat...Mei ada di kamar dan sedang mengobrol dengan Narra.
"Lho? Mei? Kamu kapan kembali dari toilet?" tanya Isaura bingung.
"Hah? Aku tidak ke toilet, kok!" sahut Mei.
"Apa maksudmu? Tadi jelas-jelas aku bertemu kamu di toilet, kamu bahkan sempat tersenyum padaku!" Isaura bersikukuh.
"Mei jelas-jelas sejak tadi ada di kamar, ngobrol sama aku, Ra," bela Narra.
Isaura terkejut dan bingung mendengar ucapan kedua temannya. Sesaat kemudian, Isaura pun ketakutan.
"Kalau Mei ada di sini...lantas siapa perempuan yang kulihat di toilet tadi?"
****