Kamar asrama putri Asrama Bastari bisa dibilang memiliki ruangan yang berukuran luas. Kamar itu memiliki lima buah tempat tidur single yang letaknya berjajar. Tiap tempat tidur dibatasi oleh lemari pakaian. Tempat tidur Isaura terletak di bagian pojok kamar. Sementara tempat tidur Mei paling dekat dengan pintu keluar. Shilla dan Ayu di tengah.
Jendela kamar terletak di samping pintu keluar, ditutupi gorden berwarna hijau toska. Di dekatnya ada meja kayu panjang yang dilengkapi cermin berbentuk bundar. Sementara itu kamar mandi dan tempat untuk mencuci pakaian terletak di luar.
"Ada satu tempat tidur kosong di dekat milik Shilla dan Ayu. Memang satu kamar di asrama ini biasanya diisi berapa orang?" tanya Isaura.
"Yah...biasanya 4-5 orang, sih," jawab Mei. "Narra belum kembali, ya?"
Isaura terlihat bingung. Narra?
Mei sepertinya bisa menebak ekspresi Isaura yang bingung, lalu bercerita. "Sebenarnya kami punya satu teman sekamar lagi. Narra namanya. Tapi sejak seminggu lalu, ia izin pulang kampung..."
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka. Keempat gadis itu menoleh dan terkejut saat melihat seorang gadis berkacamata dan rambut ikal cokelatnya tergerai, membuatnya terlihat mirip salah satu karakter Harry Potter, Professor Sybill Trelawney. Yang membedakan tentu saja parasnya yang cantik dan kemeja kotak-kotak hijau yang dikenakannya.
"Kudengar kalian sedang membicarakanku,ya?"
"Yah, tadi Mei yang menyebut namamu," tunjuk Shilla.
Ternyata gadis itu adalah Narra. Ia melangkah ke tempat tidur kosong yang ada di sebelah tempat tidur milik Shilla dan Ayu. Sudah jelas tempat tidur itu miliknya.
"Ya, tadi aku memang menyebut namamu," Mei mengaku. "Ngomong-ngomong kau dari mana saja? Kau bahkan tidak memberitahu kami kalau ingin kembali,"
Narra diam. Ia lalu menatap Isaura yang terlihat gugup.
"Kau anak baru,ya?" tanya Narra.
"Eh? I-iya,"
"Kau punya kakak yang juga ikut pindah ke sini,kan?"
Pertanyaan itu membuat Isaura kaget. Bagaimana Narra tahu segala hal tentang dirinya, sementara mereka baru saja bertemu?
"Iya...benar," jawab Isaura takut-takut.
"Narra itu punya kemampuan khusus, Ra," jelas Shilla. "Dia bisa meramal seseorang, dia juga seorang indigo,"
Isaura ternganga tidak percaya.
Sementara itu, setelah menaruh beberapa barang di atas tempat tidurnya, Narra mendatangi Isaura sambil menyodorkan tangannya, mengembalikan kesadaran gadis itu.
"Ngomong-ngomong, salam kenal. Aku Narra. Semoga betah di sini, ya,"
Isaura mengangguk. "Salam kenal juga,"
Malam itu Isaura terlelap di tempat tidurnya, bersama teman-teman sekamarnya, yang sekaligus mengawali malam pertamanya di Asrama Bastari.
***
Bunyi dentang jam besar membangunkan Isaura dari tidurnya. Saat melihat jam di ponselnya, ternyata sudah pukul enam pagi.
"Selamat pagi," sapa Shilla yang melihat Isaura.
Isaura beranjak dari tempat tidur, lalu membalas sambil menguap, "Selamat pagi..."
Isaura melihat Shilla yang sudah tampak rapi mengenakan seragam Asrama Bastari. Ayu sedang menjepit rambut, sedangkan Mei sedang memakai pelembab bibir. Isaura kemudian melihat ke arah tempat tidur di sampingnya. Berbeda dengan yang lain, Narra justru masih tidur.
"Lho? Narra tidak sekolah?" tanya Ayu.
"Tadi sudah kutanya begitu. Tapi dia mau izin dulu hari ini. Dia masih capek karena baru kembali dari kampung halamannya," jawab Mei.
"Memang kampung halamannya di mana?" tanya Isaura.
"Surabaya," jawab Mei. "Oh ya, kau juga hari ini tidak sekolah,ya, Isaura,"
"Ah, benar juga. Dia murid baru,kan. Dia butuh adaptasi dulu selama 3 hari," sahut Mei. "Oh ya, subuh tadi Shilla sudah membuatkan sarapan untukmu dan Narra. Sudah kutaruh di meja dekat jendela. Jangan lupa dimakan,"
"Terima kasih," ucap Isaura. "Oh ya, teman-teman. Ada yang punya nomor WhatsApp (WA) Penny? Ketua asrama putri?"
"Aku punya," Ayu berjalan ke tempat tidur Isaura sambil membawa ponselnya. Gadis blasteran Jepang itu menyebutkan nomor Penny. Isaura langsung mencatat dan menyimpan nomor itu di daftar kontaknya. Tak lupa, Ayu juga memberikan nomor WA-nya pada Isaura.
"Kalau ada apa-apa, telepon saja," pesan Ayu.
Isaura mengangguk. "Iya, terima kasih,"
"Nanti malam saja tukar-tukaran nomor WA. Kita mau berangkat dulu," pamit Shilla.
"Ah, ya. Hati-hati," balas Isaura. Shilla, Ayu, dan Mei kemudian keluar kamar sambil membawa tas berisi perlengkapan sekolah masing-masing, lalu menutup pintunya.
Kini Isaura hanya tinggal bersama Narra yang masih tidur. Gadis berambut panjang itu kemudian melihat menu sarapan yang ditinggalkan Shilla untuknya. Nasi goreng dan telur mata sapi.
Isaura memotret menu sarapannya dengan kamera ponsel, lalu mengirimnya pada Aldi melalui WhatsApp.
[*FOTO*]
[Selamat pagi]
[Jangan lupa sarapan]
[Bagaimana semalam?]
Tiga baris pesan itu terkirim. Ia kemudian memakan nasi gorengnya. Rasanya lumayan enak. Ternyata Shilla pandai memasak.
Isaura baru memakan lima suap saat Narra tiba-tiba bangun.
"Pagi," sapa Isaura. Ia menawarkan sarapannya pada gadis berambut ikal itu. "Makan, Ra,"
"Ah, ya. Sarapan buatan Shilla, ya," kata Narra dengan suara parau, mungkin karena masih mengantuk. Ia kemudian mengambil piring nasi goreng yang ada di atas meja dan ikut makan bersama Isaura.
"Mei dan yang lain cerita kalau kamu dari Surabaya, ya?" tanya Isaura. Ia berusaha mengajak gadis itu mengobrol.
Narra mengangguk.
"Jauh, ya," Isaura memaklumi. Jarak ke Surabaya sangat jauh. Jika ditempuh dengan kereta api bisa memakan waktu hampir 12 jam. Wajar saja jika gadis itu kelelahan.
Tiba-tiba terdengar bunyi di ponsel Isaura. Terdapat balasan dari Aldi.
[Pagi]
[Not bad. Teman sekamarku baik. Mereka membawakan sarapan]
Isaura tersenyum.
"Sedang chatting dengan kakakmu?" tanya Narra, yang dengan kemampuannya mengetahui dengan siapa Isaura berkomunikasi.
"Ya," jawab Isaura yang sepertinya mulai terbiasa dengan gadis indigo itu.
Tiba-tiba Isaura dan Narra mendengar pintu diketuk. Isaura bergegas membukanya.
"Oh, Penny,"
Penny tersenyum pada Isaura. Ia menyerahkan sebuah kantung plastik besar. "Ini, aku datang mengantar seragammu,"
Isaura menerimanya, tak lupa ia mengucapkan terima kasih. Setelah itu ia menutup kembali pintu kamar.
"Seragam baru, ya," kata Narra begitu melihat Isaura membawa barang pemberian Penny. Kedua mata Isaura berbinar saat melihat seragam barunya.
Seragam Asrama Bastari terdiri dari kemeja putih dengan rompi terusan bermotif kotak-kotak warna biru muda. Seragam itu juga dilengkapi almamater berwarna biru tua, sepasang kaus kaki putih panjang, serta kotak yang berisi sepasang sepatu Mary Jane warna hitam yang mengkilat.
"Seragam yang cantik," puji Isaura.
Narra meneguk segelas air, setelah menelannya ia kemudian berkata,"Mau coba seragamnya?"
"Kurasa tak ada salahnya," angguk Isaura. Ia kemudian pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaian. Tak sampai lima menit kemudian, ia keluar dengan mengenakan seragam baru.
"Wah, seragam itu cocok untukmu!" puji Narra begitu ia melihat Isaura.
"Benarkah?"
Narra mengangguk.
Isaura tersenyum senang. Rasanya, ia tak sabar menunggu hari pertama sekolah.
***