Loading...
Logo TinLit
Read Story - Love 90 Days
MENU
About Us  

Hari berlalu. Iago menepati janjinya. Cowok itu tak lagi mengejar-ngejar Ara, bahkan ketika mereka berpapasan di koridor sekolah atau di tempat parkir, Iago lebih memilih untuk memalingkan muka seolah enggan melihat Ara. Berulang kali Ara menepis perasaan yang diam-diam telah berhasil menyusupi hatinya, akan tetapi jika perasaan itu memang salah, kenapa hatinya resah setiap kali mendapati Iago tak lagi acuh padanya?

Ara melirik layar ponselnya. Hari-harinya sudah banyak terbuang sejak Iago ikut campur dalam kehidupannya. Andai saja Iago tidak pernah datang dan merecoki pencariannya.... Dan andai saja Ara tetap pada pendiriannya, mendekati satu per satu cowok yang pernah memiliki perasaan padanya.... Mungkin saja Ara sudah bertemu dengan cowok yang dicarinya.

Tak dapat dimungkiri, kehadiran Iago menambah kacau masalah Ara yang sebenarnya juga sudah kacau balau. Karena ini soal nyawa, bukan soal sesuatu yang bisa dibeli lagi ketika sudah hilang.

“Ara,” panggil seseorang sembari menepuk bahunya. “Tumben sendirian aja?”

Ara yang tersadar dari lamunannya langsung menoleh. “Eh, Hendra,” responsnya. Entah sudah berapa lama Ara tidak lagi memasukkan sosok Hendra dalam ingatannya, kepalanya penuh dengan sosok Iago, Iago, dan Iago. Cowok sinting itu benar-benar sudah menginvasi kepalanya.

“Tumben nggak barengan Vika sama Monic?”

“Oh.... Anu, eh, mereka lagi pacaran sendiri-sendiri, jadinya gue ditinggalin dong,” balas Ara dengan suara yang dipaksakan agar terdengar ceria.

Hendra tersenyum simpul. Dan anehnya, ketika melihat senyum itu, senyum di wajah Ara perlahan terbit. Berapa kali pun ditanya, perasaan Ara pada Hendra tak pernah berubah, tidak bertambah, tidak juga berkurang. Perasaan itu murni hanya sebatas pertemanan. Ara menyukai Hendra, tapi tidak mencintainya.

“Makanya, lo pacaran sama gue juga dong, biar nggak sendirian gini,” pancing Hendra. Dia memang memiliki cara sendiri untuk mendekati Ara, terang-terangan, tapi tidak terkesan frontal. Hendra hanya tidak ingin Ara merasa tidak nyaman dengan kehadirannya.

Ara terbelalak.

“Canda doang, Ra. Canda....” Hendra tertawa. “Tapi kalau lo mau, gue juga nggak keberatan. Malah menerima dengan senang hati kok.”

Ara meninju main-main bahu Hendra. “Apaan sih.”

“Kapan-kapan jalan, yuk! Nonton gitu,” ajak Hendra.

“Nonton apaan?”

“Film kesukaan kita, horor.”

Mata Ara langsung berbinar. “Wah, boleh tuh. Kapan?”

“Penginnya nanti malam, sekalian malam mingguan. Cuma sayangnya gue udah terlanjur janji sama nyokap buat nganter belanja.”

Mendengarnya, Ara terbahak. “Gue kasih tahu ya, di mana-mana cowok seumuran lo itu malam mingguan sama cewek atau gebetannya, Hen. Bukan malah belanja sama emaknya,” ujar Ara, bermaksud membalas candaan Hendra tadi.

“Kan lo tahu sendiri, Ra, kalau gue selalu tampil beda.”

Ara terkekeh. “Udahlah, makin ngaco aja lo.”

“Kalau besok gimana? Lo ada acara nggak?”

“Nggak sih.” Ekspresi Ara tampak ragu-ragu. “Cuma rencananya gue besok mau marathon drakor, hehe....”

“Hm, ya udah deh. Take your time. Kita bicarain lagi kapan-kapan. Secepatnya.”

Ara mengangguk.

“Gue duluan ya.”

“Oke.”

Dan Ara pun kembali sendiri.

Dengan langkah gontai, Ara berjalan menyusuri koridor sekolah. Suasana masih ramai, tapi tetap saja dia hanya seorang diri. Jika diingat-ingat, belum pernah Ara merasa sesepi ini, padahal ini bukan kali pertama dia pulang sekolah sendirian tanpa kedua sahabatnya. Kenapa baru sekarang semuanya terasa berbeda?

Ara menggeleng-geleng tak mengerti. Pasrah, mungkin hanya itu satu-satunya jalan yang Ara punya.

Sampai di gerbang sekolah, rupanya ada seseorang yang sudah menunggunya.

Daniel.

Cowok yang khas dengan senyum sinisnya itu melambai untuk menarik perhatian Ara. “Ra....”

Ara tertegun sejenak, tapi akhirnya memutuskan untuk menghampiri Daniel.

“Ada perlu apa, Dan?” tanya Ara.

Daniel maju selangkah, mendekati Ara. “Nanti malem lo ada acara nggak?”

“Ng....” Ara ragu-ragu. Dia ingat peringatan Iago untuk tidak dekat-dekat dengan Daniel. Namun di sisi lain, dia juga berpikir bagaimana jika ternyata Daniel adalah cowok yang dicarinya?

Sungguh, Ara sangat membenci situasi ini.

“Ra...?” Daniel menganyunkan tangannya di hadapan Ara. “Kok malah bengong?”

“G-gue nggak ada acara sih, tapi—”

“Kalau gitu jalan sama gue, yuk!”

Spontan Ara menggeleng. “Lain kali aja, Dan,” tolaknya halus.

“Kenapa?” Kening Daniel mengerut. “Gara-gara Iago?”

Ara tak menjawab.

Daniel menarik napas panjang. “Gue serius sama omongan gue tempo hari. Gue ... masih suka sama lo. Kasih gue kesempatan sekali lagi ya, Ra....”

“Lo gonta-ganti cewek setelah gue nolak lo, terus sekarang lo bilang kalau lo masih suka sama gue?” Ara meringis. “Jangan harap gue percaya.” Setelahnya Ara berpaling dan berjalan cepat meninggalkan Daniel, akan tetapi cowok itu dengan sigap menyambar lengan Ara.

“Eh, nggak gitu konsepnya, Ra,” kata Daniel, masih berusaha keras untuk membuat Ara percaya padanya. “Gue gonta-ganti cewek karena gue frustrasi nggak bisa dapetin lo.”

Ara mengembus napas berat. Capek!

“Nanti malam gue jemput lo, ya,” lanjut Daniel yang seolah tidak mau mendengar kata tidak.

“Dan—”

“Gue jemput lo jam tujuh.”

“Nggak! Nggak!” tolak Ara cepat. “Kita ketemuan di luar aja.”

Daniel berpikir sejenak. “Oke. Di mana?”

“Di rumah Vika. Nanti gue share loc rumahnya.”

“Oke sip! Jangan lupa dandan yang cantik.” Daniel berjalan mundur dengan wajah semringah. “Sampai nanti malam, Arabella.” Kemudian cowok itu membalikkan badan, berlarian kecil meninggalkan Ara yang lagi-lagi masih tak mengerti dengan situasi yang tengah dialaminya.

Keputusan spontan yang Ara buat, semoga saja menjadi keputusan yang benar. Meski hatinya masih meragu, Ara tetap mencoba untuk percaya. Mudah-mudahan, Daniel memanglah cowok yang dia cari. Sebab sejauh ini, hanya Daniel yang terus-terusan mengejar sekalipun sudah berkali-kali mendengar kata tidak darinya.

Lagi pula, cowok itu sepertinya memang sungguh-sungguh.

*

 

Malam ini, lo harus berhasil. Kalau nggak, lo tahu apa konsekuensinya.

 

Daniel menghela napas dalam-dalam saat membaca pesan itu. Sebelah tangannya mencengkeram setir mobil kuat-kuat, menahan geram dalam dirinya yang mulai meronta. Ini yang terakhir, sumpahnya dalam hati.

Setelah beberapa saat terdiam, Daniel akhirnya menelepon seseorang. “Ra, gue udah di depan rumah Vika nih, lo keluar dong,” ujarnya dengan suara yang dibuat agar terdengar seantusias mungkin.

“Oke.”

Tak lama kemudian, Ara muncul bersama kedua sahabatnya. Cewek itu mengenakan flare skirt dan cut off blouse biru muda. Rambut panjangnya dibiarkan terurai. Sedangkan wajahnya hanya terpoles bedak tipis dan lip gloss. Daniel tersenyum miring, dugaannya meleset. Ara yang dikiranya akan dandan habis-habisan dan mengenakan baju terbaik yang dia punya, ternyata hanya tampil sederhana seperti yang Daniel lihat sehari-hari. Meski begitu Ara tetap terlihat cantik.

“Kita mau ke mana?” tanya Ara setelah masuk ke dalam mobil.

“Rahasia.”

Rasa tidak nyaman perlahan menyusupi hati Ara. Tadinya dia berniat membatalkan janji dengan Daniel, tetapi Vika dan Monic kompak menentangnya. Kedua sahabatnya itu berharap Daniel adalah cowok yang dicari oleh Ara. Well, Ara pun berharap demikian. Hanya saja, hatinya merasa jika ada sesuatu yang tidak beres di sini.

“Dan, gue boleh tanya sesuatu nggak?”

Daniel mengangguk.

“Lo musuhan sama Iago, ya?”

“Eh?!” Daniel tersentak. Kaget. Namun dia buru-buru menyembunyikan ekspresinya agar tak terlihat oleh Ara. “Bokap Iago itu temen bokap gue. Tapi gue sama Iago nggak akrab-akrab banget kok. Soalnya nggak cocok. Gue orangnya bebas, Iago tertutup.”

“Oh....” Ara manggut-manggut. “Terus kenapa Iago ngelarang kita deket?”

Daniel mengangkat bahu. “Mana gue tahu. Tuh anak kan sering nggak jelas. Kemungkinan terbesarnya sih, Iago pengin lo jadian sama dia. Makanya dia ngelarang gue deketin lo.”

“Iago nggak bener-bener suka sama gue,” desis Ara.

“Hm, mungkin iya. Mungkin juga nggak.”

“Maksud lo?”

Daniel menggeleng. “Udahlah, jangan biarin tuh anak nyangkut di kepala lo, ganggu aja.”

“Gue juga nggak mau tuh anak nyangkut di kepala gue, Dan.”

“Makanya, have fun sama gue. Setelah malam ini, gue yakin Iago bener-bener nggak akan ngejar lo lagi.”

Sebuah tanda tanya besar menggantung di kepala Ara. Ingin rasanya bertanya lagi, karena—sekali lagi—terlalu banyak hal ganjil di sini. Namun Ara urung untuk mengatakannya, sebab mobil yang ditumpanginya berbelok masuk ke dalam gang dan berhenti di depan sebuah rumah kosong.

*

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinderella And The Bad Prince
1464      992     11     
Romance
Prince merasa hidupnya tidak sebebas dulu sejak kedatangan Sindy ke rumah. Pasalnya, cewek pintar di sekolahnya itu mengemban tugas dari sang mami untuk mengawasi dan memberinya les privat. Dia yang tidak suka belajar pun cari cara agar bisa mengusir Sindy dari rumahnya. Sindy pun sama saja. Dia merasa sial luar biasa karena harus ngemong bocah bertubuh besar yang bangornya nggak ketul...
The pythonissam
388      304     5     
Fantasy
Annie yang harus menerima fakta bahwa dirinya adalah seorang penyihir dan juga harus dengan terpaksa meninggalkan kehidupanannya sebagai seorang manusia.
Snow White Reborn
620      361     6     
Short Story
Cover By : Suputri21 *** Konyol tapi nyata. Hanya karena tertimpa sebuah apel, Faylen Fanitama Dirga mengalami amnesia. Anehnya, hanya memori tentang Rafaza Putra Adam—lelaki yang mengaku sebagai tunangannya yang Faylen lupakan. Tak hanya itu, keanehan lainnya juga Faylen alami. Sosok wanita misterius dengan wajah mengerikan selalu menghantuinya terutama ketika dia melihat pantulannya di ce...
Warna Untuk Pelangi
8523      1814     4     
Romance
Sebut saja Rain, cowok pecinta novel yang dinginnya beda dari yang lain. Ia merupakan penggemar berat Pelangi Putih, penulis best seller yang misterius. Kenyataan bahwa tidak seorang pun tahu identitas penulis tersebut, membuat Rain bahagia bukan main ketika ia bisa dekat dengan idolanya. Namun, semua ini bukan tentang cowok itu dan sang penulis, melainkan tentang Rain dan Revi. Revi tidak ...
HIRAETH
511      353     0     
Fantasy
Antares tahu bahwa Nathalie tidak akan bisa menjadi rumahnya. Sebagai seorang nephilim─separuh manusia dan malaikat─kutukan dan ketakutan terus menghantuinya setiap hari. Antares mempertaruhkan seluruh dirinya meskipun musibah akan datang. Ketika saat itu tiba, Antares harap ia telah cukup kuat untuk melindungi Nathalie. Gadis yang Antares cintai secara sepihak, satu-satunya dalam kehidupa...
Dira dan Aga
547      376     3     
Short Story
cerita ini mengisahkan tentang perjalanan cinta Dira
From Ace Heart Soul
590      357     4     
Short Story
Ace sudah memperkirakan hal apa yang akan dikatakan oleh Gilang, sahabat masa kecilnya. Bahkan, ia sampai rela memesan ojek online untuk memenuhi panggilan cowok itu. Namun, ketika Ace semakin tinggi di puncak harapan, kalimat akhir dari Gilang sukses membuatnya terkejut bukan main.
CATCH MY HEART
2848      1105     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
FORGIVE
2101      744     2     
Fantasy
Farrel hidup dalam kekecewaan pada dirinya. Ia telah kehilangan satu per satu orang yang berharga dalam hidupnya karena keegoisannya di masa lalu. Melalui sebuah harapan yang Farrel tuliskan, ia kembali menyusuri masa lalunya, lima tahun yang lalu, dan kisah pencarian jati diri seorang Farrel pun di mulai.
Bintang yang Malang
812      624     0     
Short Story
cerita ini mengisahkan tentang seorang peri bintang bernama Stella yang berkorban demi cintanya kepada seorang manusia bernama Pangeran Hanan