Tidak terasa waktu pun sudah pagi lagi, hari ini Edwin ada kegiatan di kampusnya untuk mengunjungi hutan wisata pinggiran kota. Namun, ternyata hutan itu merupakan daerah bekas kerajaan terdahulu. Sehingga, kemungkinan besar terdapat banyak peninggalan-peninggalan yang terkubur di tempat itu.
Edwin teringat bahwa Restu mempunyai kamera yang hasil jepretannya lumayan jernih, lalu tak lama kemudian Edwin pun segera menuju rumahnya Restu untuk meminjam kamera tersebut.
Ketika sudah tiba di rumahnya Restu, Edwin kemudian meminta izin meminjam kamera itu.
“ Res, gue di kampus ada acara menuju ke lokasi hutan wisata pinggir kota itu, boleh gak gue pinjam sebentar kamera lu ?”
“ Boleh Win, kebetulan kamera gue nganggur gak gue pake.”
“ Oh, ya sudah gue pinjam dulu ya, gak lama kok besok juga gue balikin lagi.”
“ Iya, nih kameranya, tapi ingat ya dipake yang benar, awas aja dibalikin dalam keadaan rusak.” ucap Restu memperingatkan sambil menyerahkan kameranya kepada Edwin.
“ Siappp.”
“ Oh iya, gue lupa hari ini mau nganter nyokap ke pasar, lu ada perlu lagi gak?”
“ Ya sudah kalau lu sibuk, gue izin pamit ya, gue cuma perlu kamera doang.”
“ Iya Win hati-hati di jalan, sorry bukan gue ngusir lu ya.”
“ Iya Res, nyantai aja, nanti gue balikin lagi kameranya.”
“ Siappp.”
Edwin pun kemudian pulang menuju rumahnya dan segera bersiap-siap menuju hutan wisata pinggiran kota.
***
Setibanya di hutan, bulukuduk Edwin terasa merinding, entah ada apa karena di hutan sana dikelilingi pohon bambu.
Edwin kemudian keliling mencari objek untuk memotret, setelah keliling ketemulah suatu objek yang unik yaitu semacam batu yang bila diketuk akan mengeluarkan bunyi seperti alat musik yaitu gamelan.
Sekilas, disana juga terdapat penampakan berupa prajurit dengan bajunya yang khas jaman dahulu.
Edwin mengucek-ngucek mata takut dikira halusinasi, namun penampakan itu memang nyata adanya sedang memerhatikan Edwin dari kejauhan. Edwin pun kemudian lari dan memilih berkumpul dengan temannya yang lain tidak berjalan menyendiri lagi.
Setibanya di Gazebo tempat teman-temannya berkumpul, lalu seseorang bertanya kepada Edwin yang baru saja tiba.
“ Lu kenapa kayak yang habis dikejar-kejar hewan buas?”
“Gue..gue..lihat penampakan tadi, duh serem.”
“ Masa ? Siang-siang begini ? Halusinasi lu.”
“ Serius, gak percaya ya udah gak apa-apa kok.” Ucap Edwin sambil menjauh pergi dari orang yang tadi diajak ngobrol.
Edwin pun duduk di tempat yang lain, sambil mengeluarkan handphonenya dari dalam tas selempang kecil lalu Edwin pun mulai menelepon Yogi. Teman satu tongkrongan di desanya yang cukup ngerti dunia mistis.
Yogi ternyata tidak aneh dengan kejadian yang Edwin alami, kejadian tersebut memang bisa saja terjadi di waktu-waktu tertentu.
Sesudah selesai menelepon Yogi, Edwin mulai tenang kembali dan tidak gemetaran seperti tadi. Karena makhluk astral yang Edwin lihat tadi tidak mengganggu sama sekali, hanya menampakan diri memperkenalkan bahwa mereka memang benar ada.
***
Lanjut
Comment on chapter Hantu Penunggu Jembatan Tua