Setelah mengantarkan Mbah Susilo menuju rumahnya, Yogi kembali lagi menuju kampusnya. Karena jadwal kuliah belum selesai masih ada jadwal mata kuliah lainnya.
Ketika masih di perjalanan, tiba-tiba handphone Yogi yang didalam saku celana berbunyi.
Yogi melipir dulu sebentar ke pinggir jalan dan melihat siapa yang menelepon sebelum Yogi angkat teleponnya.
Beberapa detik kemudian, Yogi pun mengangkat teleponnya. Rupanya dari tantenya yang sedang bekerja di pabrik boneka tak jauh dari desa tempat rumah Yogi berada.
Tantenya memberitahu Yogi kalau di pabrik tempat tantenya bekerja ada sebuah kejadian kesurupan masal.
‘ Aduh, ada apa lagi ini ?’ gumam Yogi dalam hati.
Setelah mengobrol dengan tantenya lewat telepon, Yogi akhirnya menelepon Mbah Susilo, tapi sayang, hari ini Mbah Susilo tidak bisa menuju ke pabrik boneka untuk menetralisir makhluk astral.
Sebagai gantinya, Aki Agenglah yang akan menetralisir area pabrik boneka itu. Karena Aki Ageng hari ini kebetulan sedang santai tidak ada kegiatan apapun.
Dengan semangatnya, Aki Ageng sudah berada di lokasi yaitu pabrik boneka. Sementara Yogi masih berada di kampus untuk meminta izin dosen bersangkutan sekaligus membawa tasnya.
Yogi pun sudah berada di lokasi kejadian yaitu pabrik boneka, nampak disana sangat berisik sekali dengan teriakan-teriakan orang yang kerasukan makhluk astral penghuni pabrik boneka.
“ Mana kepala kerbaunya, aku lapar.” Teriak seseorang yang kerasukan makhluk astral penghuni pabrik boneka.
Mendengar teriakan para karyawan yang kerasukan itu, lalu Aki Ageng segera menghampiri para karyawan yang sedang kesurupan sembari membaca mantra-mantra supaya makhluk astral itu keluar dari tubuh para karyawan yang dipinjam raganya oleh makhluk astral penghuni pabrik boneka.
“ Sepertinya pabrik ini selalu rutin memberikan persembahan kepala kerbau tiap waktu tertentu, sehingga makhluk-makhluk disini menagih janjinya ketika pengelola pabrik ini lupa memberikan persembahannya.”
Yogi yang mendengar sekilas aki Ageng berbicara, lalu Yogi pun bertanya “ Apa benar Ki, mereka rutin memberikan persembahan kepala kerbau?”
“ Iya, mereka rutin memberikan persembahan ketika malam bulan purnama tiba, ketika para pengelola pabrik lupa makanya mereka menagih janji.”
***
Teman-teman Yogi pun mendatangi pabrik boneka tempat kesurupan massal karena penasaran.Edwin, Ruri,dan juga Restu sudah tiba di lokasi pabrik boneka tempat kesurupan masal itu terjadi.
Mereka saling bengong satu sama lain karena heran di siang hari begini terjadi kesurupan.
Proses produksi terpaksa dihentikan sementara waktu, karena karyawan yang lain ikut panik dengan adanya kejadian ini.
***
Aki Ageng pun memanggil pihak pabrik untuk dimintai keterangan kenapa terjadi seperti ini, akhirnya pihak pabrik pun mengakui jika setiap bulan dan dalam keadaan bulan purnama selalu melakukan ritual.
“ Lain kali jangan melakukan ini ya pak, karena akan menimbulkan rasa senang para penghuni dedemit sini,”
“ Tapi sebaiknya melakukan pengajian rutin, agar para penghuni menjadi tidak betah dan tidak akan mengganggu kalian lagi yang sedang beraktifitas.” Lanjut aki Ageng menasehati pihak pabrik.
“ Baiklah kalau begitu Ki, maafkan atas kecerobohan kami.” Ucap pihak pabrik sambil tertunduk lesu.
***
Aki Ageng kemudian melakukan netralisasi area pabrik yang sering menjadi tempat kerasukan para karyawan oleh dedemit penghuni pabrik.Setelah selesai melakukan netralisasi ruangan, para karyawan pun perlahan sudah mulai sadar karena dibantu oleh para kyai sekitar juga.
Lalu, Tantenya Yogi pun menghampiri Yogi yang sedang berdiri dekat aki Ageng.
“ Terima kasih ya Gi, untung ada kamu dan teman-temanmu,”
“ Maafkan Tante sudah mengganggu kuliahmu, oiya ini Tante ada sedikit buat uang bensin mu.” Lanjut tantenya Yogi sambil memberikan selembar uang limapuluh ribu.
“ Iya Tante sama-sama, terima kasih juga tan ini uang bensinnya, ya sudah Yogi pamit dulu ya tan.” Ucap Yogi sambil pamit kepada tantenya.
***
Karena jam mata kuliah di kampus sudah selesai dari tadi, Yogi dan yang lainnya pun segera pulang menuju ke rumahnya masing-masing karena hari mulai gelap sepertinya akan turun hujan.
Dan benar saja, ketika masih setengah perjalanan, hujan pun mengguyur begitu derasnya.Terpaksa Yogi dan yang lain berteduh dulu di depan sebuah gudang yang tak terpakai.
Suasana didalam gudang itu gelap dan pengap serta terlihat dari luar sangat menyeramkan karena ditumbuhi rumput-rumput liar dan tidak adanya lampu penerangan.
Tapi beruntunglah, hujannya tidak lama dan begitu hujan reda, Yogi dan yang lain segera tancap gas lagi mengendarai motornya hingga menuju ke rumah masing-masing.
***
Lanjut
Comment on chapter Hantu Penunggu Jembatan Tua