Di sebuah desa terpencil yang jauh dari pusat keramaian, tepatnya di desa Dedeuhratu. Ada sekelompok pemuda menyukai kegiatan mistis, yang mana setiap malam selasa dan malam jumat selalu uji nyali melakukan penelusuran ke tempat-tempat yang dianggap sakral dan juga dianggap angker.
Yogi, merupakan pemuda yang dianggap tua, karena usianya jauh lebih dewasa dibanding dengan pemuda-pemuda yang lainnya. Mau tak mau, Yogi yang harus jadi ketua kelompoknya memimpin anggota-anggota pemuda desa yang lain.
Kebetulan,Yogi mempunyai kenalan supranatural yaitu orang yang mempunyai kelebihan tertentu yang bisa merasakan dan melihat kehadiran makhluk astral, nama tokoh masyarakat yang mengenal Yogi itu bernama Mbah Susilo.
Yogi, Mbah Susilo dan beserta anggota kelompok yaitu Edwin, Ruri, juga Restu akan melalukan pada malam hari ini yaitu pada malam jumat kliwon.
Mbah Susilo seperti biasa menyanggupi ajakan Yogi itu dan tidak keberatan juga karena malam nanti tidak ada jadwal untuk ronda.
“ Oke, nanti malam mbah sanggup untuk mendampingi kalian, tolong sediakan saja senter dan kopi hitam.” Perintah mbah Susilo kepada Yogi.
“ Siap, Mbah ! ” Yogi menyanggupi perintah Mbah Susilo.
Edwin tak mau kalah, dia pun bertanya kepada Mbah Susilo.
“ Kopi hitam buat apa, Mbah ?”
“ Buat diminum dan sebagai penghalau rasa kantuk kalian nanti.” Jawab Mbah Susilo sambil manggut-manggut memegang janggut panjangnya.
“ Ya sudah Mbah, kita pamit dulu mau mencari kelapa muda di kebun bapaknya si Ruri.” Ucap Yogi berpamitan sambil bersalaman dengan Mbah Susilo diikuti dengan yang lainnya.
“ Iya nak Yogi, nanti Mbah tunggu di pos ronda tempat para bapak-bapak kumpul.”
“ Iya, Mbah!” Yogi dan yang lainnya serentak menjawab.
Yogi dan kawan-kawan lalu segera menuju kebun milik bapaknya Ruri, sedangkan Mbah Susilo melanjutkan menuju pasar dengan menumpang angkot terlebih dulu menunggu angkot lewat di sebelah warung kelontong.
Aktifitasnya sehari-hari Mbah Susilo adalah penjual berbagai macam jamu hasil racikan sendiri dan adapula bahan-bahan mentahnya seperti kapulaga, kunyit, jahe, sirih dan juga kencur.Tinggal Mbah Susilo berikan instruksi-instruksinya yang ditulis didalam kertas dan diperbanyak dengan menggunakan fotocopy.Sedangkan Yogi dan kawan-kawan adalah mahasiswa tingkat awal yang sama-sama satu kampus dengannya namun berbeda jurusan saja.
***
Yogi beserta teman-teman yang lain sudah berada di kebun milik bapaknya Ruri. Dilihatlah diatas pohon kelapa, ternyata sudah banyak buah kelapa terutama yang masih muda. Sangat enak diminum bersama airnya karena mengandung berbagai macam khasiat.
Saat akan hendak memanjat pohon kelapa, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh ke tanah.
Bouggghtt….
Seketika Yogi dan yang lainnya merasa kaget mendengar suara benda yang jatuh itu.Dan mereka saling berpandangan satu sama lain.
Lalu kemudian, Ruri bangun dari duduknya dari batu yang dibuat untuk alas duduk tadi.
“ Tak usah takut kawan, mungkin itu suara buah yang jatuh dari atas pohon.” Ucap Ruri menenangkan.
“ Yang benar, Rur? Kenceng banget suaranya.” Timpal Edwin yang mulai bersuara.
“ Gak percaya, ayo kita buktikan.” Ajak Ruri sambil memegang golok, golok itu nantinya untuk memotong ranting-ranting pohon yang mulai patah dan rusak.
Begitu dilihat ke arah Utara, ternyata ada satu pohon durian yang buahnya sudah banyak yang mulai masak berjatuhan ke bawah tanah.
“ Nah, gue bilang juga apa, hanya suara jatuhan buah yang jatuh dari atas pohon saja.” Ucap Ruri
“ Syukurlah bukan hal aneh-aneh, duhhh..kayaknya sambil menyelam minum air nih, sambil kita mencari buah kelapa kita dapat buah durian juga.” Ucap Edwin merasa senang.
Yogi yang merasa tidak enak, akhirnya bersuara “ Ini gak apa-apa Rur, kan gue pertama ngajak Cuma mau nyari buah kelapa muda aja.”
“ Gak apa-apa Gi, santai aja…lagian mubadzir juga kalau tidak diambil buahnya, nanti malah busuk dan menimbulkan bau tak enak di sini.” Ucap Ruri anak yang punya kebun.
“ Oh, ya sudah kalau gitu, berarti yang sudah jatuh ini kita pungut buahnya satu-satu?” tanya Yogi.
“ Iya, lu pungutin aja satu-satu, kalau yang lain mau tinggal ambil aja lalu bawa ke rumah, jangan lupa beri Mbah Susilo nanti.” Suruh Ruri.
“ Siaplah kalau gitu, nanti gue minta ya, emak gue demen banget es durian.” Ucap Edwin
“ Gue juga mau Rur, ya sudah gue pungutin ya.” Ucap Yogi.
“ Iya, Win..Gi..pungutin aja, kalau kalian mau ambil aja, keluarga gue gak ada yang doyan soalnya.” Ucap Ruri.
Setelah buah kelapa sudah di bawah semua, lalu buah kelapa itu dimasukan ke dalam karung bersama dengan buah durian. Pembagiannya nanti saja di rumah Ruri biar bapaknya Ruri bisa tahu mana yang kualitasnya jelek mana yang bagus untuk dikonsumsi.
Siang telah berakhir, kini berubah menjadi malam, seperti yang telah dijanjikan sebelumnya Yogi beserta kawan yang lainnya janjian dengan Mbah Susilo di dekat pos ronda.
“ Akhirnya kalian datang juga.” Sapa Mbah Susilo sambil menyeruput kopi hitam yang masih mengepul asap panas dan juga sepiring pisang goreng camilan dengan warga yang lainnya sedang melakukan ronda bergiliran.
“ Iya Mbah, seperti yang dijanjikan Mbah disini.” Ucap Yogi.“ Ya sudah kalau gitu, kita mulai perjalanan dan penelusuran perdana kita menuju jembatan legenda dan tua peninggalan belanda.” Ajak Mbah Susilo mengajak anak muda dengan masing-masing membawa tumbler yang berisi air kopi hitam seperti yang telah disuruh Mbah Susilo tadi siang.
“ Hati-hati saja, disana angker, dek.” Teriak seseorang warga yang merupakan penduduk asli desa sini.“ Iya, pikiran kalian jangan sampai kosong, jika tak mau dirasuki makhluk astral penghuni jembatan tua itu.” Mbah Susilo mengingatkan.“ Baik Mbah, siap.” Ucapnya bersamaan.
Mbah Susilo, Yogi beserta teman yang lain pun meninggalkan pos ronda dan berjalan menuju jembatan tua itu berada.Tidak jauh, hanya berjarak sekitar 300 meter dari arah pos ronda menuju jembatan tua itu dengan melewati semak-semak dan perkebunan warga.
Setelah cukup berjalan dengan melewati semak-semak dan perkebunan, akhirnya sampai juga ke tempat jembatan tua itu berada. Baru sampai jembatan tua, sudah disambut orang yang kebetulan lewat jembatan itu dengan kerasukan.
“Hai mau ngapain kalian datang kesini hah?!” teriak orang yang kesurupan itu.
Mbah Susilo kemudian mendekat dengan memegang kepala orang itu sambil membaca mantra.
“ Saya datang kesini hanya untuk lewat saja,”
“ Pergi kau jin laknatullah, ini bukan tempatmu! Banyak yang takut lewat sini karena ulahmu.” Lanjut Mbah Susilo lagi.
“ Keparat…ngajak ribut lelaki tua bangka ini, ayo kita adu kekuatan.” Ucap orang yang kerasukan makhluk astral yang berbentuk siluman ular bermahkota.
Orang yang kerasukan tadi bukannya sembuh dan sadar, malah semakin menjadi-jadi dan ganas. Suasana di sekitar jembatan menjadi tak karuan, Ruri yang merupakan perdana mengenal dunia mistis dan mengikuti uji nyali semacam ini tidak berkutik sama sekali, terus berdiri dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya terdiam menyaksikan pemandangan yang begitu mengerikan karena banyaknya yang kerasukan dari warga yang secara kebetulan lewat sana.
Sementara Mbah Susilo bertarung dengan siluman ular bermahkota dengan merasuki raga manusia, dari arah depan ada yang kerasukan lagi. Seorang tukang ojek yang pikirannya mulai kosong karena banyak beban yang ditanggungnya. Kali ini yang merasuki tukang ojek adalah sepasang pengantin baru yang tewas menjadi tumbal proyek pembangunan jembatan yang dipasang di tiang-tiang beton penyangga jembatan.
Singkat cerita, Mbah Susilo telah selesai bertarung dengan siluman ular tadi dan siluman ular itu telah mengakui kekalahannya. Mbah Susilo kemudian menghampiri tukang ojek yang kerasukan itu.
“ Kenapa kamu merasuki raga orang ini, siapa namamu?” tanya Mbah Susilo
“ Hik…hik… saya sakit….hik…hik….”
Makhluk astral yang merasuki tukang ojek terus meraung kesakitan dan menangis.
“ Saya lihat kamu masih pakai baju pengantin, apa yang menyebabkan kamu dan pasanganmu terjebak di jembatan ini?” tanya Mbah Susilo lagi.
“Hik..hik..saya Sumiati dan suami saya Guntur dibohongi oleh pasukan Belanda, katanya kami mau dikasih kejutan nyatanya kami malah dijadikan tumbal mereka, raga kami ditanam hidup-hidup di bawah tiang penyangga itu.” Ucap makhluk astral yang merasuki tukang ojek tadi.
Dilihat oleh mata batin Mbah Susilo, suaminya Sumiati hanya terdiam menunduk dengan aura yang menyedihkan dan sesekali mengangguk bahwa yang dikatakan istrinya tadi itu benar.Yogi dan teman-temannya yang dari tadi sibuk merekam kejadian diluar nalar itu, hanya bisa takjub melihat kemampuan Mbah Susilo yang bisa berkomunikasi dengan makhluk astral yang dibantu media manusia untuk mediumisasi.
Kini Yogi dan teman-temannya memperoleh informasi baru mengenai asal usul jembatan tua itu kenapa disebut sangat horor oleh warga sekitar. Setelah Mbah Susilo mendoakan agar arwah-arwah yang menghuni jembatan tua itu sempurna dan tenang, Situasi menjadi normal kembali. Orang-orang yang kerasukan kembali sadar dan Mbah Susilo menyuruh pulang dan tak lupa disepanjang jalan melakukan doa-doa sebisa mereka.
Suasana semakin malam dan gelap, acara uji nyali pun diakhiri. Karena Mbah Susilo sudah mulai lelah juga kopi yang dibekal di dalam tumbler pun mulai habis. Yogi dan yang lain juga sudah mulai ngantuk, Mbah Susilo akhirnya mengajak pulang menuju ke rumahnya masing-masing.
***
Lanjut
Comment on chapter Hantu Penunggu Jembatan Tua