Antara suara detak jam dan irama jantung berderap bersaing menyelimuti pola pikirku yang kacau. Malam semakin larut, aku dan Moon masih juga berdiskusi atas kemungkian apa yang terjadi pada Kenny muda di masa lalu.
“Teka-teki ini sangatlah membingungkan Moon, bagaimana mungkin ingatanmu seperti tercampur dengan kondisi masa kini?”
“Entahlah, Salli.” Moon mengedikkan bahunya tanda tak tahu. Bukan hanya aku, Moon sendiri butuh jawaban atas ingatan yang ia yakini.
“Mari kita baca lagi, Salli!” serunya tiba-tiba. Aku mengangguk mengiyakan.
Dear Salli, 2023
Akhir Desember. Sebuah peristiwa besar terjadi. Nuansa muram menggelayuti suasana kafe. Aku tak percaya dengan apa yang kudengar. Pagi hari itu, aku sedikit mengobrol dengan supir keluarga pemilik kafe yang tengah merokok. Aku mengenalnya sebagai tetangga baik, yang tengah berputus asa. Pernikahannya hancur. Berkali-kali ia ingin mengakhiri hidup bersama anak lelakinya yang masih kecil. Sungguh, ia terlihat serius saat mengatakan itu. Ia sempat melambaikan tangan padaku sebelum mobil pemilik kafe berlalu. Tak kusangka malam hari itu kudengar kabar bahwa mobil tersebut tertabrak truk dari belakang. Supir, anak dan menantu Kakek Gerimis meninggal seketika. Rumor mengenai kutukan kakek itu semakin menyebar. Kini putrinya yang terakhir juga tiada. Pagi harinya pada headline surat kabar, aku membaca sebuah truk terpaksa membanting setir untuk menghindari seorang anak yang menggendong kucing hitam di tengah jalan raya, sehingga menabrak mobil yang dikendarai supir pemilik kafe. Anak kecil itu selamat. Namun, ketiga orang dalam mobil tewas dan dua orang lainnya yang berada dalam truk hanya cedera ringan. Saat perjalanan pulang menuju kamar sewa, aku mendengar seorang anak menangis. Dia anak dari tetanggaku itu―supir yang bekerja di Kafe Gerimis. Aku memutuskan membawanya pada Kakek Gerimis. Bagiku itu adalah keputusan terbaik yang pernah kubuat. Anak kecil itu adalah anak dari supir yang turut tewas bersama putrinya yang ke-5, bukankah sewajarnya kakek itu bertanggung jawab pada kehidupan anak tersebut? Sayangnya, kakek itu menolak anak lelaki yang kubawa setelah membaca sebuah surat. Lantas ia pun mengajukan syarat. Ia bersedia membiayai asalkan anak itu tinggal bersamaku. Sungguh keputusan yang sulit. Aku belum menikah dan masih 21 tahun. Aku menatap wajah anak yang bersinar seperti matahari itu. Matanya seakan berkata ‘tinggal-lah bersamaku’. Haruskah aku secepatnya menikah dan membentuk keluarga demi anak itu?
Kenny, 2001
Aku dan Moon tercengang. Sudah pasti anak itu adalah Sun, lantas mengapa Kenny yang mengasuhnya? Bukannya Sun dirawat dan dibesarkan di Kafe Gerimis bersama Moon? Apakah surat menembus waktu telah mengubah masa lalu? Itu artinya … masa kini pun ikut berubah.
“Surat apa yang kakek baca, sehingga mengubah pendiriannya?” tanya Moon terlihat bingung. Ia memegangi kepalanya menolak benturan informasi yang berbeda dengan ingatannya. Aku membaca sekali lagi semua yang tertulis. Apakah ini tidak salah? Ada satu informasi yang baru kutahu, bahwa ayah Sun pernah berniat mengakhiri hidup bersama anaknya.
“Salli, ada yang aneh.” Moon lirih bersuara.
Aku mendongak, mengalihkan pandanganku dari kertas surat yag kubaca ulang.
“Mmm, apa kau juga menyadarinya Moon?” tanyaku penasaran.
“Iya, dalam surat menyebutkan kucing hitam, keajaiban kotak pos merah juga berhubungan dengan kucing hitam.”
“Bagaimana dengan gerimis dan gerhana? Semua itu disebutkan dalam nyanyian gerimis yang sering kau nyanyikan, Moon!” seruku menyela.
“Aku hanya mendapatkan dari Kakek,” ucap Moon lirih. Kernyit keningnya menjelaskan Moon sedang berpikir keras.
“Kalau tak salah, Kakek mengajari lagu gerimis ini sejak usiaku lima tahun.”
“Sejak kamu kecil, Moon? Artinya … jauh sebelum tragedi itu, ya.”
Jujur saja, tadinya aku mengira nyanyian gerimis tercipta akibat tragedi 2001, tetapi rupanya aku keliru, Kakek Gerimis lebih dahulu menciptakannya. Lantas mengapa dalam lagu tersebut hanya tahun 2001 yang disebutkan? Lagipula sosok kucing hitam dalam lagunya mirip seperti yang disebutkan Kenny muda dalam suratnya?
Aku dan Moon sama-sama termangu. Kami mencoba merangkai kepingan misteri apa yang membuat Kakek Gerimis menciptakan nada yang mendayu juga lirik yang membuat orang-orang justru semakin penasaran dengan kotak pos merah.