Loading...
Logo TinLit
Read Story - Catatan Hati
MENU
About Us  

Naya tak bisa memungkiri, bahwa aktivitas pagi ini cukup melelahkan. Bagaimana tidak, dia harus rela berjejal dengan pengunjung pasar lainnya di pasar tradisional, untuk membeli beberapa bahan masakan buat keperluan di kostnya selama satu minggu. Naya memilih belanja di tempat ini, selain untuk membantu pedagang - pedagang kecil berbagi rezeki, juga harga yang didapatkan cukup murah dibanding pasar modern. Sebagai seorang mahasiswa, dari keluarga sederhana, Naya harus berhemat sebaik mungkin, agar cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama berkuliah dan jauh dari orang tua.

Setelah semua bahan yang dibutuhkan sudah dibeli, Naya menuju tempat parkiran motornya. Tidak sengaja, ketika sudah dekat tempat tersebut, kakinya menyenggol sesuatu. Sebuah buku bersampul coklat dan tampak lusuh. Naya pun mengambil buku itu, dan menanyakan orang di sekitarnya tentang siapakah pemilik buku tersebut. Mereka semua menggeleng dan berkata tidak tahu. Mungkin aku bisa tau siapa pemiliknya ini, setelah ku baca buku ini, pikir Naya. Kemudian buku itu dimasukkan dalam tas belanjanya. Naya pun menstarter kendaraan dan pulang menuju kostnya. Setelah tiba dan merapikan bahan belanja, diapun segera mandi. Karena siang ini, dia ada jadwal pelajaran kuliah.

------------------

“Hi, Naya.. bagaimana kabarmu? Sudah Move on dari Mas Bram ya??”, sapa Wulan. Naya hanya bisa tersenyum menanggapi pertanyaan sahabatnya tersebut. “kamu ini Wulan, memangnya tak ada topik lain yang harus dibahas, selain bertanya seperti itu?” seringai Naya. Wulan pun tersenyum balik. Sambil menuju ke kelas kuliah hari ini, mereka berdua berjalan beriringan, sambil diiringi tawa - tawa kecil mereka yang bercerita tentang kegiatannya.

Waktu pelajaran kuliah pun selesai, Naya izin ke teman-temanya untuk pulang duluan ke kostnya sendiri untuk merehatkan badan dan pikirannya. Sedangkan teman-teman yang lainnya masih asyik berbicara tentang memilih tempat nongkrong yang tepat untuk melepas penat.

Di dalam kamar kost, sambil rebahan, Naya termenung. Sebenarnya, keceriaannya di kampus hanyalah sebuah kamuflase dari karakter Naya beberapa bulan ini. Dia masih belum bisa move on dari Bram. Lelaki yang usianya lebih tua 3 tahun dari usia Naya. Bram memilih menikahi wanita lain pada akhirnya, setelah 4 tahun menjalin hubungan pacaran dengan Naya. Katanya, ada perbedaan prinsip di antara mereka berdua. Namun, dia tak menjelaskan secara lebih spesifik, prinsip seperti apa yang menjadi alasan utama Bram memutuskan Naya.

Malam itu, tepat 4 januari 2020, hari sabtu malam minggu. Malam yang biasanya anak muda akan menghabiskan waktunya untuk kumpul bersama teman-teman atau sang kekasih untuk berbagi kebahagiaan, tapi tidak dengan Naya. Malam itu menjadi saksi, bahwa hati Naya rasanya teriris, sakit, dan seakan tak berdarah. Bram mengambil keputusan yang membuat hati Kanaya Adisti terluka. Sosok perempuan yang sering dipanggil Naya.

Suara klapson motor dari tamu tetangga kost Naya, mengagetkan pikiran Naya tentang Bram. Dia sadar, kemudian matanya tertuju kepada buku bersampul coklat yang terletak di atas meja belajarnya. Dengan perasaan ragu-ragu, iya pun membuka buku tersebut. Berharap terdapat nama dan alamat sang pemilik buku. Setelah membaca sekilas dan melihat lembar demi lembar, ternyata buku itu adalah buku harian dari sang pemilik. Di lembar pertama, Naya menemukan tulisan singkat sang pemilik, “Hidup hanya sekali, jadilah penuh arti. Tertanda Semesta”. 

Hanya nama itu yang ada, Naya tidak tahu, apakah Semesta itu adalah seorang laki-laki atau perempuan. Info alamatnya pun juga tidak dituliskan dalam buku tersebut. Tak berselang lama, Naya membuka laptopnya, membuka google dan mencoba mengetikkan pencarian tentang buku dari Semesta. Hasilnya nihil. Info yang didapatkan tidak mendukung dengan kepemilikan buku tersebut. Setelah kebingungan, Naya kemudian membuka kembali buku tersebut dan melanjutkan bacaannya pada halaman ke dua dan halaman selanjutnya. Berharap ada petunjuk yang didapatkan dari setiap catatan Semesta.

-----------------

Pagi

Banyak teman-temanku yang penikmat kopi, menyukai waktu senja untuk berjibaku melepas rutinitasnya. Ataupun hanya sekedar untuk nongkrong membahas isu kekinian di waktu senja. Akan tetapi, tidak denganku. Aku juga seorang penikmat kopi. Waktu senja penuh filosofi, menurutku ia adalah waktu persinggahan, untuk bergegas menyiapkan diri menyambut waktu malam dengan penuh ketenangan. Senja dan pagi, dua waktu yang pasti akan kita lewati dalam hidup ini.

Bagiku, pagi hari adalah waktu memulai langkah perjuangan. Menyambut hari, untuk memulai kehidupan baru, serta melangkah ke masa depan yang lebih baik. Mengawali pagi dengan rasa syukur, bahwa ternyata Tuhan masih memberikan aku kesempatan untuk menjalani kehidupan yang hanya sementara ini. 

Bagiku, pagi hadir membawa banyak cerita. Mulai dari para pejuang subuh yang terbangun dari pembaringan, dan bersiap menunaikan kewajiban. Setelah itu mereka bertebaran, di sudut-sudut kota, di jalan, di pasar-pasar, di sawah dan ladang, serta tempat-tempat lainnya, untuk berjuang mencari rezeki. Maka, aktivitas pagi yang kulihat ini, harusnya bisa menjadi pemantik semangatku untuk mengawali perjuangan, menyambut waktu pagi dengan penuh semangat dan kebermanfaatan.

------------

Naya menutup buku tersebut. Dia mencoba mengintrospeksi dirinya, bahwa dalam beberapa bulan terakhir ini, Naya melewatkan waktu paginya dengan berlalu begitu saja. Melanjutkan tidur setelah bangun sejenak, ataupun bangun tidur, tapi dengan perasaan yang masih kehilangan semangat untuk menjalankan aktivitas di hari itu. Putus dari Bram, masih menjadi alasan utama Naya untuk malas melakukan sesuatu yang lebih berarti.

“Semesta benar, seharusnya aku harus memanfaatkan waktu pagiku dengan sebaik mungkin,” gumam Naya dalam hati.

Malam haripun tiba, Naya memilih tidur lebih awal untuk bisa bangun pagi di waktu yang tepat. Diapun tertidur nyenyak.

***

Mentari mulai menyapa di langit timur. Sambil mempersiapkan peralatan kuliah di pagi ini, Naya juga tak lupa membawa buku bersampul coklat itu. Meskipun dia tahu, bahwa membaca buku harian orang adalah kurang baik karena tanpa izin pemiliknya. Tapi, apa mau dikata. Karena buku tersebut memberikan inspirasi kepada Naya, dia ingin lagi membaca halaman selanjutnya. Sembari berharap, ada petunjuk khusus tentang sang pemilik buku tersebut.

----------------

Dua Permata Hati

Sesibuk apa sih aku, hingga aku lupa menyapa dua permata hati yang ada di rumah dalam waktu lama. Aku baru sadar, aktivitasku kali ini sungguh sangat banyak menyita waktu. 24 jam yang terasa begitu singkat dilewati. 1 bulan yang tak terasa telah dilalui. Sebagai salah satu pengambil kebijakan di perusahaan ini, aku harus bijaksana, agar tak salah langkah lagi. Mulai dari memilih, mengawasi tugas dari para karyawan dan manajer, harusnya aku bisa lebih proporsional lagi. Menyetujui anggaran tahunan serta menyampaikan laporan kepada para pemegang saham  atas kinerja perusahaan juga harus aku lakukan. Tapi, aku merasa gelisah, ada satu hal yang aku rasa telah aku lupakan.

Hingga di sore hari tadi, aku pun mencari tempat yang teduh untuk melepas penat dari segala aktivitas. Aku singgah di taman kota. Menghirup udara segar yang ke luar dari pepohonan rindang. Menikmati aliran sungai, ditambah dengan jukung-jukung yang berisikan para penjual makanan. Aku duduk sendiri, sambil menyeruput segelas minuman thai tea rasa green tea. Salah satu minuman favorit aku di kota ini.

Di sebelah kanan, tak jauh dari tempat dudukku, aku memperhatikan seorang pemuda bersama dengan kedua orang tuanya. Mereka juga menikmati keindahan nuansa kota ini, dengan sembari tertawa dan bercanda. Alangkah indahnya seperti itu. Hal ini mengingatkanku kepada ke dua orang tuaku yang lama tidak aku hubungi. Aku tersadar, bisa jadi salah satu hal yang membuat hatiku gelisah adalah bahwa aku melupakan dua permata hati itu meski hanya sebentar. Lupa menanyakan kabar mereka, padahal mereka pasti merindukanku. Sungguh, aku menyesalinya.

--------------------

Angin malam menyapa lembut siapapun mereka yang berjibaku dengan aktivitas di luar rumah. Tak terkecuali Naya. Dia masih berkutat dengan laptopnya untuk menyelesaikan bagian bab IV dari skripsinya. Sering kali, dalam beberapa minggu terakhir ini, Naya juga sering berinteraksi dengan kedua orang tuanya via telepon. Buku bersampul coklat itu masih ada di ujung meja, diantara deretan buku Naya yang lainnya, yang masih tersusun rapi. Kesibukan skripsi Naya adalah fokus yang harus dikerjakannya saat ini.

Tak terasa nada dering lagu Kahitna dengan judul Cantik berbunyi dari ponselnya. Nama kontak Wulan manis, menghubunginya. Naya pun langsung mengangkat panggilan tersebut.

“Hai Naya, kamu lagi ngapain??”, tanya Wulan.

“Seperti biasa dong, lagi sibuk ngerjain skripsi. Memangnya ada apa ?”, sahut Naya.

“Skripsi terus, skripsweet nya kapan neh? Ahaha…”, ledek Wulan.

Ledekan Wulan juga dibalas Naya dengan hal serupa. Suasana panggilan teleponnya di penuhi gelak tawa dari mereka berdua. Wulan menceritakan, bahwa saat dia berbelanja di toko, dia tak sengaja bertemu dengan Bram. Akhirnya terjadilah perbincangan singkat di antara mereka. Bram mengatakan bahwa kontak Naya susah sekali dihubungi, dan dia juga ingin meminta maaf kepada Naya atas perlakuannya pada waktu itu.

“Wulan, tolong bantu aku ya. Sampaikan pada Naya, aku ingin minta maaf dan ingin bertemu dengannya jika bisa, aku ingin memperbaiki hubungan ini.”, pinta Bram kepada Wulan waktu itu.

“Bagaimana Naya? Bram bicara seperti itu padaku. Dia juga bercerita, bahwa hubungan dengan istrinya sedang tidak baik. Dia akan menceraikan istrinya, jika kamu mau kembali padanya”, tanya Wulan.

Naya pun terkejut dengan pernyataan Bram tersebut.

“Wulan, tolong kamu sampaikan pada Bram ya. Aku sudah memaafkan dia. Tapi, jika ingin bertemu, dan ingin menjalin hubungan lagi, mohon maaf aku tak bisa”, jawab Naya.

Akhirnya, Wulan pun mengiyakan pinta Naya. Kemudian mereka membahas topik lain. Seputar dunia perkuliahan mereka. Setelah 30 menit, mereka akhirnya mengakhiri perbincangan. Naya pun kemudian memilih berbaring ke tempat tidurnya. Sambil meyakinkan dirinya, bahwa keputusannya untuk menolak kembali hubungannya yang kedua kali dengan Bram adalah keputusan yang terbaik. Naya yakin, bahwa selama cinta itu belum terikat dalam ikatan pernikahan,  cinta sepasang lelaki dan perempuan hanyalah semu belaka. Biasanya, jika tak sang lelaki yang menjagakan jodoh orang lain, atau yang terjadi begitupun  sebaliknya. Apalagi, sebagai seorang perempuan, Naya pun juga tak mau menjadi orang ketiga dalam biduk rumah tangga Bram. Naya hanya harus mengambil langkah fokus untuk menata kehidupan ke arah depan. Karena jalan yang ia lalui masih luas terbentang.

Selamat tinggal Bram. Kamu hanya masa laluku. Terima kasih sudah hadir dan memberi arti dalam kehidupanku.

----------------------

Buku Semesta memberi Naya inspirasi. Meskipun, hingga saat ini Naya masih belum tau orangnya. Dia berharap suatu hari nanti, Naya bisa bertemu langsung dengan Semesta di waktu yang tepat.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
LULLABY
14662      2845     2     
Fantasy
Lowin mengingat Nasehat terakhir yang diberikan oleh sang kakak mowrine sebelum ia mengemban tugas dari kerajaan. Sang kakak mowrine juga harus melanggar larangan dan terpaksa berbohong untuk mendapat kepercayaan dari keluarga yang akan ia tinggalkan. Bukan tanpa alasan mowrine melakukan hal itu, ia melihat sesuatu didiri lowin yang mengusik ketenangan. Namun, Kenyataan tidak sesuai dengan har...
Paragraf Patah Hati
5821      1893     2     
Romance
Paragraf Patah Hati adalah kisah klasik tentang cinta remaja di masa Sekolah Menengah Atas. Kamu tahu, fase terbaik dari masa SMA? Ya, mencintai seseorang tanpa banyak pertanyaan apa dan mengapa.
Abimanyu
352      238     2     
Short Story
Story of Rein
323      217     1     
Short Story
#31 in abg (07 Mei 2019) #60 in lifestory (07 Mei 2019) Mengisahkan sosok anak perempuan yang kehilangan arah hidupnya. Setelah ia kehilangan ayah dan hartanya, gadis bernama Reinar Lani ini mengalkulasikan arti namanya dengan hidup yang sedang ia jalani sekarang. Bunda adalah sosok paling berharga baginya. Rein menjadi anak yang pendiam bahkan ia selalu di sebut 'si anak Bisu' karena ia me...
Who You?
850      542     2     
Fan Fiction
Pasangan paling fenomenal di SMA Garuda mendadak dikabarkan putus. Padahal hubungan mereka sudah berjalan hampir 3 tahun dan minggu depan adalah anniversary mereka yang ke-3. Mereka adalah Migo si cassanova dan Alisa si preman sekolah. Ditambah lagi adanya anak kelas sebelah yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk mendekati Migo. Juya. Sampai akhirnya Migo sadar kalau memutuskan Al...
Koma
19032      3429     5     
Romance
Sello berpikir bisa menaklukkan Vanda. Nyatanya, hal itu sama halnya menaklukkan gunung tinggi dengan medan yang berbahaya. Tidak hanya sulit,Vanda terang-terangan menolaknya. Di sisi lain, Lara, gadis objek perundungan Sello, diam-diam memendam perasaan padanya. Namun mengungkapkan perasaan pada Sello sama saja dengan bunuh diri. Lantas ia pun memanfaatkan rencana Sello yang tak masuk akal untuk...
Until The Last Second Before Your Death
471      336     4     
Short Story
“Nia, meskipun kau tidak mengatakannya, aku tetap tidak akan meninggalkanmu. Karena bagiku, meninggalkanmu hanya akan membuatku menyesal nantinya, dan aku tidak ingin membawa penyesalan itu hingga sepuluh tahun mendatang, bahkan hingga detik terakhir sebelum kematianku tiba.”
NAZHA
437      330     1     
Fan Fiction
Sebuah pertemuan itu tidak ada yang namanya kebetulan. Semuanya pasti punya jalan cerita. Begitu juga dengan ku. Sang rembulan yang merindukan matahari. Bagai hitam dan putih yang tidak bisa menyatu tetapi saling melengkapi. andai waktu bisa ku putar ulang, sebenarnya aku tidak ingin pertemuan kita ini terjadi --nazha
Ngakak
481      326     2     
Humor
Behind The Spotlight
3244      1586     621     
Inspirational
Meskipun memiliki suara indah warisan dari almarhum sang ayah, Alan tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang penyanyi, apalagi center dalam sebuah pertunjukan. Drum adalah dunianya karena sejak kecil Alan dan drum tak terpisahkan. Dalam setiap hentak pun dentumannya, dia menumpahkan semua perasaan yang tak dapat disuarakan. Dilibatkan dalam sebuah penciptaan mahakarya tanpa terlihat jelas pun ...