“Freezing!”
Swrom! Udara dingin mendadak menyelimuti tubuhku, menembus kulit hingga ke tulang. Bebatuan yang menahan kami mulai membeku, retak, dan akhirnya hancur berkeping-keping di bawah kekuatan Halley.
Bum!
Dengan satu pukulan keras, Halley memecahkan sisa-sisa medan magnet yang menjebak tubuh kami. Aku bisa merasakan energi dingin yang begitu kuat mengalir melalui setiap sarafku.
“Jadi kau menggunakan kekuatan dingin untuk menetralisir magnet,” Artemis mencemooh, berdiri di seberang kami dengan wajah penuh kebencian.
Halley hanya tersenyum dingin, menggunakan suaraku. “Menurutmu? Kurasa aku tak perlu menjelaskan hal ini kepada seseorang yang konon salah satu yang terpintar di negeri ini.”
Tanpa memberi kesempatan untuk Artemis merespons lebih lanjut, Halley melompat tinggi ke udara. Aku bisa merasakan gravitasi menarik tubuhku, tapi Halley mengendalikannya dengan sempurna.
“Freezing: Cold Cone!”
Wup! Wup! Wup! Tiba-tiba, kerucut-kerucut es mulai terbentuk di sekeliling kami, mengambang di udara dan berputar dengan indah, mengikuti gerakan tubuhku yang melayang.
Push! Push!
Dua kerucut es melesat dengan kecepatan tinggi seperti peluru, masing-masing mengarah langsung ke Artemis.
Bum! Bum!
Tembakan-tembakan es tersebut menghantam tanah dengan kekuatan yang setara dengan peluru senjata Alteri, namun Artemis berhasil menghindar dengan gesit. Aku bisa melihat dia bergerak cepat, memotong ruang di antara kami dengan lompatan yang tajam.
Bum!
Halley kembali mendarat, dan kini pertarungan jarak dekat tak terhindarkan. Aku bisa merasakan otot-otot tubuhku menegang saat adu jotos dimulai. Tanganku bergerak mengikuti naluri Halley, setiap pukulan dan tangkisan seperti gerakan tarian yang sempurna.
Artemis mengayunkan tangan kanannya, mencoba memutar tubuhnya untuk menghantam leher Halley. Aku merasakan jantungku berdegup kencang, tapi Halley dengan cepat menangkis pukulan itu, membelokkan arahnya dan menahan kekuatan dari serangan tersebut.
“Mati di sini.” Suara Halley terdengar begitu dingin melalui bibirku, dan dengan cepat ia mengarahkan kerucut-kerucut es yang masih melayang untuk menyerang Artemis.
Bum! Bum! Bum!
Tiga tembakan berturut-turut menghantam tubuh Artemis. Dua di antaranya mengenai sasarannya, membuka luka menganga di perut dan kaki kirinya. Darah mulai mengalir, mengotori tanah di sekitarnya.
Artemis berteriak marah. “Kau ini!”
Flash!
Dalam sekejap, Artemis menghantamkan pukulan keras yang dilingkupi petir ke arah kami. Aku bisa merasakan energi itu mendekat dengan cepat.
Bum!
Halley berhasil menangkis pukulan itu, namun dampaknya begitu besar hingga tubuhku terhempas mundur sejauh empat meter. Aku merasakan tanah yang keras di bawah punggungku saat tubuhku terjatuh.
Artemis semakin marah, auranya membesar, dan gerakannya menjadi lebih cepat. Kali ini tidak ada jeda, serangannya terus mengalir tanpa henti. Meskipun Halley tetap bisa menghindar dan menangkis beberapa serangan, aku mulai merasakan kelelahan merayap ke dalam tubuhku. Napas terasa berat, dan meskipun aku tak merasakan rasa sakitnya, ada sesuatu yang salah. Tubuhku... tidak bisa menahan beban kekuatan Halley lebih lama lagi.
“Aku harus menggunakan kemampuan itu,” gumam Halley dengan suaraku yang terdengar lelah. Tubuhku sudah berada di batas kemampuannya. Artemis, meskipun terluka, tetap menyerang dengan intensitas yang sama. Setiap pukulannya semakin cepat dan semakin kuat. Aku bisa merasakan ketegangan di seluruh tubuhku.
Dug!
Sebuah pukulan keras lagi menghantam kami sebelum Halley sempat memfokuskan kekuatan barunya. Tubuhku merespons secara otomatis, detak jantungku terasa berhenti sesaat. Keringat dingin membasahi dahiku.
“Tubuh ini belum siap menampung kekuatan sepenuhnya,” gumam Halley.
Flash!
Sebuah pukulan berikutnya melesat, dan kali ini kami tidak bisa sepenuhnya menangkisnya. **Bum!** Aku merasakan dampaknya, tubuhku terdorong mundur beberapa langkah.
“Yeriko, bisakah kau gunakan transfer pemikiran?” Halley tiba-tiba bertanya, nadanya terdengar mendesak. Aku bisa melihat ekspresi bingung di wajah Yeriko, yang berada di tepi medan pertempuran. Mungkin dia bertanya-tanya dari mana Halley tahu tentang kekuatan itu—kekuatan yang bahkan aku sendiri belum pernah dengar.
Namun, tak ada waktu untuk bertanya-tanya. “Untuk apa?” Yeriko berteriak, mencoba mengatasi kebisingan medan pertempuran.
“Aku perlu membaca pergerakannya!” Halley menjawab dengan tegas.
“Baiklah, tahan selama 15 detik.” Yeriko bersiap.
Detik-detik itu terasa seperti selamanya. Bum! Bum! Pukulan demi pukulan Artemis datang semakin cepat. Setiap pukulannya sulit dihindari, dan aku bisa merasakan tubuhku semakin melemah. Halley masih berusaha menangkis, tapi waktu tersisa semakin sedikit.
“Waktu tersisa 10 detik!” pikirku panik, menyadari bahwa kami terpojok. Kami tak bisa terus bertahan seperti ini.
“Kau iniii!” Artemis berteriak, serangannya semakin gila. Aku bisa merasakan Halley berusaha keras untuk mempertahankan tubuh ini, namun dengan keadaan seperti ini, aku hanya bisa berharap bahwa strategi Yeriko akan berhasil sebelum semuanya berakhir.
Flash!
Halley melakukan teleportasi ke belakang Artemis dalam sekejap, nyaris tidak memberi Artemis kesempatan untuk bereaksi. Rasanya seperti gravitasi tiba-tiba berubah, seluruh dunia bergeser dengan instan. Aku bisa merasakan setiap otot tubuhku menegang saat Halley mengirimkan tendangan keras ke punggung Artemis.
Bum!
Artemis terlempar mundur lima meter, tapi aku tahu itu tidak cukup. Aku bisa melihatnya meluruskan punggungnya, kuda-kudanya sempurna, seolah dia tidak pernah menerima serangan apapun. Dalam sekejap, dia melesat kembali dengan kecepatan yang luar biasa, mengirimkan dua pukulan cepat.
Bum! Bum!
Tubuhku merespons secara refleks, menahan setiap pukulan dengan tegas. Namun, setiap benturan membuat tubuhku bergetar. Di tengah kekacauan ini, aku mendengar Halley berteriak.
“Woi, Yeriko, cepatlah!”
“Sudah siap!” jawab Yeriko.
Wup!
Ada sesuatu yang tiba-tiba berubah. Aku bisa merasakannya bahkan dari tempatku di ruang gelap ini. Rasanya seperti sesuatu yang kuat terhubung langsung dengan pikiranku, seolah-olah Halley kini memiliki akses ke ingatan dan strategi Artemis.
“Baiklah, mari kita lihat gerakannya,” ucap Halley dengan penuh percaya diri. Sekarang, dua layar terbuka dalam pikiranku. Satu adalah sudut pandang Halley, yang mengendalikan tubuhku dengan gerakan gesit, dan yang lain menampilkan memori serta respon pertarungan Artemis. Ini seperti memainkan catur dengan kedua tangan—memahami setiap langkah lawan sebelum mereka membuatnya.
Pertarungan mulai berbalik. Setiap gerakan Artemis sekarang mudah terbaca. Halley menghindari serangan dengan presisi yang luar biasa, membalas setiap pukulan dengan serangan balasan yang tajam.
Flash!
Dalam sekejap, Halley melesat mendekat, mengirimkan pukulan kuat yang membuat Artemis terlempar sejauh 10 meter dan jatuh tersungkur ke tanah. Debu mengepul di sekelilingnya, tapi Halley tidak memberi kesempatan untuk bernapas.
“Aku akan menghabisimu.”
Shroom! Beberapa bor es berkilauan mulai terbentuk, melayang-layang di udara di sekitar tubuhku. Warnanya biru muda, memancarkan aura dingin yang menusuk hingga ke sumsum tulang.
“Ini akan selesai lebih cepat dari yang kau kira,” ucap Halley dingin.
Puhs!
Satu perintah sederhana, dan bor es itu meluncur ke arah Artemis.
“Magnetic: Magnetic Wall!” Artemis mencoba bertahan, membentuk dinding medan magnet yang tebal.
Bum! Bum!
Namun, dinding itu tidak cukup kuat. Bor es menembus pertahanan dengan mudah. Aku bisa mendengar suara daging yang terkoyak saat empat bor es menancap di tubuh Artemis, darah segar mengalir dari luka-luka menganga di tubuhnya.
Chuk! Chuk!
Darah menetes dari mulutnya, bercampur dengan tanah yang sudah berwarna merah. Matanya terbuka lebar, penuh kebencian dan rasa sakit.
“Aku... belum kalah!” teriaknya, penuh tekad.
“Magnetic: Asteroids!”
Dengan teriakan putus asa, tanah di sekitarku mulai bergetar hebat. Retakan besar terbentuk di tanah, dan perlahan batuan besar terangkat, melayang-layang di udara. Tubuhku ikut terangkat, bersama semua orang yang masih ada di sekitar. Medan magnet yang dia ciptakan begitu kuat, hingga area seluas 500 meter terangkat menjadi bola besar di atas kami, tampak seperti meteor raksasa yang siap menghantam bumi.
Artemis tertawa liar di tengah-tengah kekacauan ini. “Jika aku kalah, maka kalian juga tidak akan menang!” teriaknya. Tawanya bergema, menyeramkan, seolah dia siap untuk melakukan serangan bunuh diri.
Flash! Flash!
Tanpa berpikir panjang, Halley mulai menyelamatkan yang lain. Satu per satu, mereka yang masih hidup berhasil keluar dari radius medan magnet, dipindahkan ke tempat aman.
“Sekarang sisanya,” gumam Halley, suaraku bergema dengan nada dingin.
Artemis menatap kami dengan mata penuh kebencian. “Kau kembali?” tanyanya dengan suara serak. Wajahnya terlihat semakin pucat, tubuhnya terlihat rapuh, hampir hancur karena kekuatan yang baru saja dia lepaskan.
“Aku harus menghancurkan meteor di atas,” jawab Halley tanpa basa-basi.
Flash!
Dalam sekejap, Halley teleportasi lagi, kali ini menendang keras Artemis, membuatnya terlempar lebih cepat menuju pusat medan magnet yang dia ciptakan.
Bum!
Tubuh Artemis terpental seperti boneka kain, sementara Halley menatap tajam meteor raksasa yang melayang di atas kami, siap menghancurkan segalanya. Dengan satu gerakan cepat, tangan Halley terangkat, fokus tertuju pada meteor besar itu.
“Fire: Fire Shot!”
Whoos! Sebuah tembakan api, secepat laser, melesat dari telapak tangan kami, menembus langit dan menghantam sisi bawah meteor.
Bum!
Benturan itu mengirimkan getaran besar melalui udara, perlahan-lahan menembus lapisan terluar asteroid.
Drag!
Aku bisa merasakan seluruh tubuhku bergetar. Hampir berhasil. Aku menahan napas.
Bum!
Meteor mulai retak. Butuh sedikit lagi.
“Sekarang ini berakhir.” Halley menjentikkan jarinya.
Klik!
Sebuah ledakan super kuat terdengar dari atas. Meteor itu pecah menjadi ribuan pecahan kecil, berubah menjadi debu dan kerikil yang berhamburan di langit. Perlahan-lahan, tubuhku jatuh ke tanah, lelah dan terbaring di atas permukaan yang kasar. Aku bisa merasakan kelegaan mengalir, meski tubuhku terasa begitu berat. Pertarungan ini... akhirnya berakhir.
Halo readersvol. ada perubahan jadwal upload mulai bab berikutnya. Evolvera Life akan upload bab baru setiap 3 hari sekali. Terimakasih sudah menikmati cerita.
Comment on chapter Episode 22