Read More >>"> Evolvera Life (Episode 11) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Evolvera Life
MENU
About Us  

Pertarungan di luar prediksi ku. Aku mengira mereka akan membuka pertarungan melesat beradu senjata dingin. Tetapi si Pak Riko itu, justru membuat badai pasir—apa dia menghalangi penglihatan Cedric.

“Argh, sial, jadi kau memainkan penglihatan dengan pasir-pasir dan debu beterbangan ini.” Keluh Cedric.

“Kena kau.”

“Ahck.”

Kapten terkena serangan!. Apa yang terjadi? Pertahanan kapten terlihat mudah tertembus di sini. Apa kapten melemah?

“Barriers: Space barrier.”

Arena pertarungan tertutup debu dan pasir. Kami tidak bisa melihat apapun.

“Aku tidak bisa lihat” keluh Freya.

Beberapa detik badai pasir terbuka memperlihatkan situasi arena.

“Kapten mengurung dirinya dengan musuh dengan barrier.”

“GGWP.” Seru ku bersemangat.

“Apa yang terjadi di dalam? Badai pasir itu tetap menghalangi, walau sudah dikurung di dalam barrier.” Freya berbicara setelah diam menyaksikan tidak berkutik sedikit pun.

“Lihat? Badai pasirnya mulai menghilang perlahan. Apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana?” Stark berseru, dan nafas kami tertahan, jantungku berdetak kencang.

“Pertandingan selesai, pemenangnya Cedric.” Coach Lilyfa berseru, mengangkat tangan kanannya ke atas pertanda pertandingan selesai.

“Cedric, ah maksudku kapten. Dia bisa menyelesaikan dalam waktu 5 menit, apa ini kekuatan sesungguhnya dari kapten.”

“Tidak.” Freya tiba-tiba menyahutku.

“Maksudnya?”

“Cedric masih menahan serangannya.”

“Kalau segitu saja dianggap masih menahan diri, maka sekuat apa sebenarnya kapten.”

“Cedric lebih kuat dari yang kita semua pikirkan.”

Aku jadi sangat penasaran tentang Cedric, masa lalunya. Kenapa dirinya yang masih muda bisa sekuat ini. Aku ingin menjadi sepertinya, aku ingin melindungi orang-orang yang kucintai dengan kekuatanku sendiri.

Kapten keluar dari arena. Penghalang itu membuka pintu kecil di depan Coach Lilyfa.

Coach Lilyfa berseru mantap.

“Selanjutnya, Freya melawan Stark.”

Sepertinya dia juga sangat menikmati tontonan ini. Walaupun matanya tidak berubah, masih mengintai.

“Ini yang ku tunggu.” Freya melangkah mantap menuju arena. Lubang setinggi 2 meter terbuka membiarkan masuk untuk pertarungan berikutnya.

“Semangat, Freya.” Teriak Cedric yang melambai-lambai memberi semangat. Namun balasan dari Freya yang menoleh. Matanya tajam menusuk, seolah ada aura hitam di matanya. Itu jelas mata marah dan kekesalan.

“Eh, loh, dia kenapa, Rika?” Cedric bertanya, menurunkan lengannya yang melambai-lambai.

“Itu urusan wanita,” jawabku, pasti terlihat sangat cuek di hadapannya, aku inginnya tidak begitu, tapi aroma dari Cedric dan wajahnya dengan tubuh yang besar dan tinggi di sebelahku membuatku salah tingkah.

“Angkat senjata...

Senjata kedua petarung terangkat.

“Bersedia...

Kuda-kuda kedua petarung menguat. Tangan Coach menghentak turun memberikan aba-aba. “Action!”

Mereka berdua tidak bergerak sama sekali, ini berbeda dari pertarungan sebelumnya yang menggunakan jarak dekat. Apa yang Freya tunggu, dia bisa menggunakan panah dari jarak itu dan berpeluang mengenai Stark.

“Sepertinya pemikiran kita sama ya, kalau begitu aku akan bertaruh siapapun yang bergerak dari titik ini akan dinyatakan kalah.”

“Taruhan yang tidak berbobot, tapi bagaimanapun ini tidak buruk juga, monyet percobaan.” Stark tersenyum angkuh.

Mereka berbicara taruhan dengan taruhan yang tidak menguntungkan bagi mereka sama sekali. Apa yang sebenarnya akan terjadi?

“Aku akan mulai membidik pertama kali, dan kita mulai semuanya.”

Freya akhirnya melepaskan bidikannya, itu pasti kena. Stark tidak akan bergerak dari titik itu untuk menghindari.

“Constellation: Orion!”

Ziiing!

Apa yang terjadi? Panah itu terbelah menjadi dua di udara. Apa itu bintang, tapi kenapa kecil? Lalu, sepertinya membentuk sesuatu. Hingga aku menyadarinya.

“Orion!!!” Ucap serentak aku dan Freya.

Sepertinya Freya sudah mulai mengerti. Dia mulai menyerang dengan panah beruntun. Dalam pertandingan ini, Freya tidak diuntungkan sama sekali. Ini seperti healer melawan pemain dengan basic pertarungan.

Whoos-whoos-whoos. Tiga anak panah beruntun mengarah tepat ke Stark. Lagi-lagi kemampuan aneh itu seperti pelindung, tapi satu sisi terus menghentikan membelah anak panah yang melesat kencang.

Whoos-whoos-whoos-whoos-whoos. Lima anak panah di tembakan tidak hanya lurus ke depan, tapi juga ke atas, berharap perhitungan Freya bisa mengenai tepat di atas kepala Stark yang kosong dari tameng aneh itu.

Tapi Freya salah. Anak panah yang tepat meluncur jatuh, di tepis dengan tangan yang muncul dari rasi bintang itu. Tameng itu hidup.

Suasana lenggang sejenak. Nafas Freya mulai tersengal-sengal.

Aku mengerti sekarang. Rasi bintang Orion, jika digambarkan dalam sebuah gambar, adalah seorang pemburu dengan panahnya. Pantas saja setiap panah yang melesat ke arah Stark langsung terbelah dan hancur di udara. Ternyata sosok Orion itu menjadi nyata, dan anak panah mereka saling bertubrukan di udara dengan sengit.

“Wind; double Arrows.”

Freya menggunakan kemampuan di luar healing. Apa itu kemampuan ganda? Aku tidak pernah melihat pengguna dua kemampuan.

Whoos-whoos-whoos-whoos-whoos. Sepuluh anak panah melesat, lalu Stark mengirimkan sepuluh anak panah dari Orion untuk menepisnya di udara.

Tak-tak-tak. Anak panah itu berguguran, terbelah menjadi dua di udara.

“Baiklah, mari beradu kemampuan memanah.

“Wind: Unlimited arrows.”

Whoos-whoos-whoos-whoos-whoos, tidak terhitung lagi. Seperti hujan anak panah, dari atas, lurus, dan dari kanan serta kiri. Itu serangan segala arah.

Stark membalas memberikan serangan juga, menepis satu per satu anak panah di udara. Akurasinya 100% tepat, mengenai walau secepat apa pun itu.

Tapi tetap saja, Stark juga manusia. Dia kesulitan mengimbangi semua anak panah yang melesat. Satu-dua anak panah lolos dari perlindungan Orion, menusuk bahu, lengan, dan menggores wajah Stark yang tampan.

“Aku menyerah.” Stark mengangkat tangan memberikan aba-aba menyerah.

“Pertandingan berakhir, pemenangnya Freya.” Coach Lilyfa berseru. Kami berteriak menang, loncat-loncat memberikan tepuk tangan dan siulan.

“Hey, kau tidak apa-apa?” Freya berlari menemui Stark, dia tertusuk di lengan dan terluka di wajahnya.

“Cih. Pertanyaan seperti apa itu. Sudah jelas anak panahmu menusuk lengan ku.”

“Ah, maaf. Aku akan cabut, jadi tahanlah.”

“AHAAACHK.” Dia berteriak kesakitan.

“Sebentar lagi, tahan. Healing: Wound covering.”

Freya, kau sangat baik, bahkan masih mengasihani musuhmu. Mataku berbinar haru. Mereka seperti pasangan yang cocok.

“Selamat, Freya, atas kemenanganmu.” Ucapku sambil memeluknya.

“Tidak kusangka akan tumbuh benih-benih cinta... AHCK.” Ucap Cedric, bermaksud bercanda, tapi sepertinya Freya menganggap itu serius sampai memukul keras Cedric, hingga benjolan tumbuh setinggi 3cm.

“Berikutnya, Rika VS Kesya.” Coach Lilyfa kembali berseru memberikan aba-aba persiapan.

Aku panik, sekarang giliranku. Aku harus apa sekarang? Kekuatanku hanya bisa melempar benda dan memanipulasi suhu. Sisanya hanya pertahanan dan tidak berguna. Aku tidak punya pilihan lain selain maju dan melawan dari jauh.

Aku berjalan menuju dinding penghalang arena. Lubang terbuka di penghalang tepat di depanku, setinggi 2 meter, membiarkan aku masuk. Tidak banyak bicara, hanya diam menatap kaki-kaki kami. Belum saja dimulai, kakiku sudah bergetar, dan tanganku mengepal.

Coach Lilyfa berseru, memberikan aba-aba untuk memulai pertarungan. Aku harus mundur sejauh mungkin sekarang. Aku tidak mengerti, tapi dia maju dengan anggun ke arahku. Apa serangannya dari jarak dekat?

Ah, ada benda tepat di belakangnya. Aku akan coba. “Imagination: Telekinesis.” Beberapa kotak besi berisikan peluru melayang jauh di belakangnya. Tanganku bergetar berusaha menahan setiap serpihan peluru dan kotak.

Whoos, peluru dan kotak itu bergerak cepat menuju target. “Aku akan menyanyikan satu lagi untukmu,” Kesya menyadari 5 detik sebelum hantaman keras ke tubuhnya. “Flute: Scream.” Kemampuan gelombang suara intensitas tinggi keluar dari seruling yang dia mainkan. Suara itu menyengat di telingaku. Konsentrasiku buyar, serangan itu tertahan di udara, sepertinya dihentikan oleh gelombang suara berfrekuensi tertentu. Aku tidak bisa menggerakkan atau mengendalikan benda itu lagi. Benar-benar terjebak, padahal Kesya membelakangiku tapi ini sudah sekak.

“Aku harus menjadi kuat, itulah yang kusadari sekarang. Jadi terimalah hasil latihanku.” Aku menutup mata, mengucapkan kalimat perintah “Imagination: Magnetic field.” Fokusku membayangkan Kesya sebagai medan magnet kuat. Sekarang, setiap peluru tajam yang ku sebar akan menyerang dari segala sisi.

“Kemampuanmu sedikit curang,” Kesya berkomentar, suaranya lembut dan anggun membuatku terpesona. Matanya menutup, aura merah muda menyelimutinya. Dia tidak bisa bergerak sekarang karena harus fokus menahan serangan besar di hadapannya. Dia seharusnya tidak punya waktu untuk menahan sisanya yang terus meluncur cepat. Ini akan menjadi sekakmat.

“Flute: Shockwave shot.” Woom, gelombang kejut berfrekuensi tinggi menghantam seluruh arena. Semua benda yang meluncur cepat bersiap menusuk jatuh begitu saja ke tanah. Gelombang itu berdampak ke telingaku, sekarang telingaku mengeluarkan darah segar. Terasa sakit, demikian juga kepala ku terasa pusing setelah gelombang kejut itu melewati begitu saja.

Wooom, gelombang kejut kedua keluar dari seruling itu. Semua benda yang ku kirimkan kembali menyerang ke segala arah telontar bersamaan dengan gelombang kejut itu.

“Imagination: Transparent shield.” Tanganku teracung ke depan. Tameng transparan sedikit biru keluar dari telapak tangan, bergegas menutup area depan.

Tak-tak-tak. Peluru tajam itu melesat cepat, menghantam sisi depan. Semua kotak besi juga terlempar, membuatku terhempas mundur 2 langkah. Aku harus fokus untuk mempertahankan posisi tameng, salah sedikit saja tubuhku bisa terkena peluru.

Tak-ting-tak. Intensitas peluru semakin besar, berusaha menembus tameng. Tanganku berdarah terkena serpihan besi dari kotak juga peluru menggores pipiku yang tembam.

“Cuman itu kemampuanmu, wahai seniman favoritku.” Mataku membesar mendengarkan kalimat dari Kesya. Ini benar-benar serius sekarang. Orang ini berbahaya buatku.

“Apa yang kau maksud?” Ucapku berusaha mencari penjelasan. Aku yakin dia tahu sesuatu tentang diriku, tapi sampai sejauh apa informasinya.

“Rika, kau adalah seniman favoritku saat SMP. Sudah menjadi anak jenius dalam dunia lukis sejak di bangku SMP. Dengan lukisan terkenalmu berjudul: hampa namun berisi.”

Dia gila, bagaimana masih mengingatnya dengan kondisi dunia seperti ini—bahkan aku lupa kapan terakhir kali menyentuh lukisan itu.

“Sebelum aku menghabisimu, kau harus jawab pertanyaanku.” Aku diam memperhatikan, suaranya lembut dan kecil tapi cukup terdengar ke telingaku yang basah karena darah segar. Semoga orang di luar tidak bisa mendengarnya.

“Kenapa engkau, wahai pelukis favoritku, menghilang dari dunia seni tanpa kabar dan jejak?” Aku terdiam sejenak, ini pertanyaan berat. Aku tidak perlu menjawab sepenuhnya.

“Aku mendapatkan hal buruk.”

“Apa maksudmu? Siapa yang memperlakukan hal buruk kepada mu, wahai seniman favoritku, akan ku pastikan dia menyesal.” Suara wanita itu meninggi kesal, suara anggun dan lembutnya kini berubah menjadi sangat berkarisma.

“Berhenti, aku menyerah.” Aku mengangkat tangan. Ini bentuk penyerahan diri.

Priiiit. “Pertandingan berakhir, pemenangnya Kesya.”

“Aku tidak menyangka akan jadi seperti ini, tapi Rika, aku akan membawamu ke dunia itu lagi. Aku yakin di luar sana banyak orang-orang yang memerlukan keindahan seni.”

“Dunia ini sejak lama sudah membuang kata-kata seni.” Aku tidak peduli, sama sekali tidak mendengarkan, aku sudah mematahkan kuas sejak lulus SMP. Itu pilihan berat, walau aku harus tetap lakukan demi kebaikanku juga.

Aku beranjak keluar meninggalkan Kesya dengan tatapan prihatin. Aku tahu diriku memang layak mendapatkannya.

“Rika!” Freya berlari menemui ku yang terluka, wajahnya selalu membuat ku tertawa kecil.

“Tahan sebentar rasa sakitnya, aku akan menyembuhkanmu, Healing: Wound covering.”

Argh, sakit juga ternyata. Padahal ini kemampuan penyembuhan tingkat menengah. Serpihan besi seperti butir peluru memaksa keluar dari tubuhku. Secara perlahan sel-sel mati diganti yang baru, kulitku yang koyak dijahit kembali dengan sendirinya. Ini seperti sihir, sangat luar biasa, walaupun ada penjelasan ilmiahnya kenapa kami para Hyper bisa menggunakan kekuatan.

“Sudah Freya, aku baik-baik saja.”

Freya menatapku senyum, wajahnya yang cemas terlihat lega, begitu juga dengan Cedric. Ini hanya luka kecil mereka berdua terlalu berlebihan, malah mirip ayah dan ibuku.

“Semuanya kembali berkumpul!” Teriak coach, tanpa disuruh dua kali kami segera mendekat membentuk barisan yang rapi di hadapannya. Mungkin saatnya evaluasi.

“Kemampuan kalian masih lemah, terutama untuk kalian tim konstelasi. Aku tidak menyangka kalian bisa dikalahkan anggota baru.”

“Maaf, kapten,” jawab Kesya.

“Aku tidak menyuruhmu bicara, Kesya.” Balas coach dengan tegas, Kesya langsung menundukkan kepalanya karena malu.

“Lalu kalian tim Alaya. Tidak banyak yang perlu dievaluasi kecuali, kamu Rika.”

“Iya, coach?”

“Aku tidak menyuruhmu bicara!”

“Maaf, coach.”

Astaga, kenapa aku juga kena serempet sih.

“Rika, aku tidak tahu apa kemampuanmu sebenarnya. Apakah hanya seperti hari ini yang kulihat, tapi aku yakin kau tidak selemah itu. Tuan Yeriko telah memberikan aku tanggung jawab melatih kalian untuk misi, aku mohon jangan kecewakan diriku, camkan itu.” Coach menambahkan beberapa hal sebelum akhirnya ia pergi dan membubarkan barisan.

Freya datang memelukku erat.

“Sudah jangan pikirkan, Rika, kamu sudah hebat. Coach itu hanya tidak melihat kemampuan aslimu.” Freya berusaha membesarkan hatiku. Tapi tetap sulit bagiku untuk tidak memikirkannya.

“Bagaimana kalau coach benar. Seperti inilah kekuatan ku. Tidak berguna.”

Cedric datang menghampiri dan berdiri di depanku yang masih menunduk, mematung memikirkan setiap kata yang menyakiti itu.

“Rika, mari balik. Tidak perlu dipikirkan. Kau hanya lelah dan perlu istirahat, lagian kita baru sembuh itu mungkin faktornya. Ayo balik.” Tangan Cedric mengulur, memberikan sahutan penyemangat. Kepalaku mendongak menatapnya. Sosoknya terlihat bercahaya, masih memberikan harapan, seperti ahli dalam membesarkan hati seseorang.

Aku mengangguk, meraih tangannya. “Ayo Cedric,” ucapku, berusaha tersenyum.

“Jadi kemana kita? Ke markas langsung? Masih pagi ini,” tambah Freya, menambahkan daftar tujuan.

“Iya, kita harus mengambil barang-barang bawaan kita,” sahut Cedric.

“Untuk apa?” tanyaku.

“Kita akan pindah malah malam ini, atau mungkin siang ini.”

“Hah, serius!?”

“Iya,” jawab Cedric singkat. Freya yang mendengarnya langsung melompat dengan gembira, berputar-putar mengajakku meniru kesenangannya. “Akhirnya kita tidak tidur di bawah tanah lagi, horeee!” sambil berputar putar memusingkan.

“Iya-iya Freya, tapi berhenti dong, aku pusing nih!” seruku.

”Ah, iya, maaf,” jawab Freya sambil tersenyum.

Sekarang aku bertanya, “Kemana kita pindah?”

“Penginapan bertingkat di sekitar sini, ada yang menyediakan tempat untuk 4 orang.”

“Lalu uangnya?”

“Aku akan berhutang uang ke Yeriko dan membayarnya dengan pemotongan gaji kita dari misi kedepannya.”

“Yah, mau bagaimana lagi, setidaknya aku gak hidup di bawah tanah lagi seperti cacing,” sahut Freya tanpa peduli.

“Ya, ayo pergi ke markas secepatnya.”

“Ayoo!” serentak aku dan Freya, penuh semangat menuju petualangan baru.

 

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • silvius

    Halo readersvol. ada perubahan jadwal upload mulai bab berikutnya. Evolvera Life akan upload bab baru setiap 3 hari sekali. Terimakasih sudah menikmati cerita.

    Comment on chapter Episode 22
  • silvius

    Halo pembaca. Ini merupakan novel pertama saya. Saya sangat senang jika mendapatkan kritikan atau saran atau mungkin hal bagus yang membangun. Mari bersama membangun komunitas terbaik. Terimakasih telah membaca dan memberikan tanggapan yang jujur

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Yu & Way
899      474     28     
Romance
Dalam perjalanan malamnya hendak mencari kesenangan, tiba-tiba saja seorang pemuda bernama Alvin mendapatkan layangan selembaran brosur yang sama sekali tak ia ketahui akan asalnya. Saat itu, tanpa berpikir panjang, Alvin pun memutuskan untuk lekas membacanya dengan seksama. Setelah membaca selembaran brosur itu secara keseluruhan, Alvin merasa, bahwa sebuah tempat yang tengah dipromosikan di da...
Ghea
423      272     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
Lusi dan Kot Ajaib
7251      1192     7     
Fantasy
Mantel itu telah hilang! Ramalan yang telah di buat berabad-abad tahun lamanya akan segera terlaksana. Kerajaan Qirollik akan segera di hancurkan! Oleh siapa?! Delapan orang asing yang kuat akan segera menghancurkan kerajaan itu. Seorang remaja perempuan yang sedang berlari karena siraman air hujan yang mengguyur suatu daerah yang di lewatinya, melihat ada seorang nenek yang sedang menjual jas h...
After School
1432      853     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...
LINN
11607      1717     2     
Romance
“Mungkin benar adanya kita disatukan oleh emosi, senjata dan darah. Tapi karena itulah aku sadar jika aku benar-benar mencintaimu? Aku tidak menyesakarena kita harus dipertemukan tapi aku menyesal kenapa kita pernah besama. Meski begitu, kenangan itu menjadi senjata ampuh untuk banggkit” Sara menyakinkan hatinya. Sara merasa terpuruk karena Adrin harus memilih Tahtanya. Padahal ia rela unt...
THE HISTORY OF PIPERALES
1811      653     2     
Fantasy
Kinan, seorang gadis tujuh belas tahun, terkejut ketika ia melihat gambar aneh pada pergelangan tangan kirinya. Mirip sebuah tato namun lebih menakutkan daripada tato. Ia mencoba menyembunyikan tato itu dari penglihatan kakaknya selama ia mencari tahu asal usul tato itu lewat sahabatnya, Brandon. Penelusurannya itu membuat Kinan bertemu dengan manusia bermuka datar bernama Pradipta. Walaupun begi...
Gue Mau Hidup Lagi
354      223     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?
Coneflower
2937      1415     3     
True Story
Coneflower (echinacea) atau bunga kerucut dikaitkan dengan kesehatan, kekuatan, dan penyembuhan. Oleh karenanya, coneflower bermakna agar lekas sembuh. Kemudian dapat mencerahkan hari seseorang saat sembuh. Saat diberikan sebagai hadiah, coneflower akan berkata, "Aku harap kamu merasa lebih baik." — — — Violin, gadis anti-sosial yang baru saja masuk di lingkungan SMA. Dia ber...
Dua Warna
420      307     0     
Romance
Dewangga dan Jingga adalah lelaki kembar identik Namun keduanya hanya dianggap satu Jingga sebagai raga sementara Dewangga hanyalah jiwa yang tersembunyi dibalik raga Apapun yang Jingga lakukan dan katakan maka Dewangga tidak bisa menolak ia bertugas mengikuti adik kembarnya Hingga saat Jingga harus bertunangan Dewanggalah yang menggantikannya Lantas bagaimana nasib sang gadis yang tid...
Code: Scarlet
21703      4059     15     
Action
Kyoka Ichimiya. Gadis itu hidup dengan masa lalu yang masih misterius. Dengan kehidupannya sebagai Agen Percobaan selama 2 tahun, akhirnya dia sekarang bisa menjadi seorang gadis SMA biasa. Namun di balik penampilannya tersebut, Ichimiya selalu menyembunyikan belati di bawah roknya.