Read More >>"> Evolvera Life (Episode 6) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Evolvera Life
MENU
About Us  

Di tengah reruntuhan dan kehancuran, kota tanpa pemimpin tenggelam dalam kegelapan yang merayap di setiap sudutnya. Sisa-sisa kehidupan manusia tercerai berai di antara bangunan-bangunan yang roboh, sementara langit terus tergores oleh warna-warna suram pasca kiamat. Kericuhan melibatkan kelompok-kelompok yang berjuang untuk bertahan hidup, tanpa pandangan yang jelas untuk masa depan. Di bawah sinar rembulan pucat yang sulit ditemukan di balik awan hitam, kota ini menjadi medan pertempuran gelap yang membelah harapan.

“Serius gitu, Luna?” Aku terkesima.

“Dia berlebihan, Rika,” sahut Cedric.

“Dari mana kau tau itu tidak seburuk itu?” jelas Freya. Kami berempat berjalan bersama berbentuk 2 banjar.

“Kota tanpa pemimpin atau juga bisa disebut kota tanpa hukum tidak seharfiah itu juga. Itu hanya kota yang dipimpin oleh 2 kelompok politik. Walaupun sebagian perkataan Freya benar, hanya saja tidak selalu berakhir dengan pertumpahan darah.

“Jika kita tidak masuk ke dalam urusan politik mereka, maka kota itu hanya seperti kota pada umumnya, hanya saja lebih kumuh dan banyak bangunan hancur pasca perang kelompok di sana.”

“Bagaimana jika mereka sedang berperang di sana ketika kita datang?” Aku bertanya, kemudian mensejajari langkahku dengan Freya di kiri. Di depanku Luna dan di depan Freya ada Cedric.

“Mereka tidak selalu berperang dalam skala besar. Hanya ada pembunuhan 2-3 orang itu pun hanya beberapa minggu sekali. Pemimpin mereka tidak segegabah itu untuk melakukan pembunuhan.”

Aku mengangguk paham, begitu juga Luna yang memperhatikan dan Freya yang terus berjalan seolah tidak peduli lagi karena opini nya kalah telak.

“Semuanya berhenti, jangan ada gerakan atau suara!” Sontak Cedric berseru, aku tidak tahu apa yang terjadi tapi itu seruan yang serius. Kami menghentikan langkah, mematung tidak bergerak bahkan sesenti.

“Kalian, coba rasanya perubahan kerapatan udaranya, ada yang aneh,” Cedric berseru kecil, suaranya hampir tidak terdengar. Tapi aku paham maksudnya dari gerakan mulutnya. Sesaat aku menutup mata, memeriksa sesuatu, apakah ada yang aneh di sekitar kami. Semuanya, aku yakin mereka menutup mata merasakan perubahan drastis kerapatan udara dan suhu ini, serta suara aneh yang tidak biasa. Kami bisa mendengar suara siul angin karena insting kami meningkat bersamaan dengan peristiwa itu.

“Imagination, Pathography,” suaraku tipis tidak terdengar oleh orang lain. Kepala ku terasa sakit tapi sudah mulai terbiasa, tidak ditemukan apapun dalam jarak 1km—aku harus membuka jarak 5km. Lagi-lagi tidak ditemukan sesuatu yang aneh. Tapi ada sesuatu mulai terasa di tangan—udaranya mulai merapat dan angin semakin kencang, kicau burung terdengar berlarian menjauh dari kananku.

“Huh.” Mataku terbuka lebar begitu juga yang lain, mereka keluar dari mode pengamatan.

“Anginnya hilang.” Itu aneh maksudku sebelumnya angin terasa kencang dan rapat menyentuh kulit tapi sekarang anginnya menghilang tidak tahu kemana dalam waktu seperkian detik. Suara derit melengking terdengar menyakitkan merambat di udara yang tipis.

“Semuanya cepat lari menjauh sekarang!!!” Cedric teriak berseru lari menjauh dari titik kami berdiam sekarang.

“Cepat, tinggalkan barang kalian sekarang!!!” Cedric terus bersihkan keras untuk menyuruh kami mendekat. Suara derit melengking semakin keras memekakkan telinga.

“BARRIERS: BARRIER DOME.” Cedric berteriak kencang hampir mengalahkan deritan melengking di udara. Sesaat kemudian laser ungu yang sangat cepat menghantam sisi kanan gelembung tameng. Di susul dengan gelombang udara yang sangat rapat dan cepat hampir menerbangkan kami membawa masuk ke dalam laser yang sangat mematikan. Suara derit melengking itu menusuk-nusuk gendang telinga kami. Cedric terus berusaha menahan kubah Bariernya bertahan sekuat mungkin dengan kuda-kuda yang dia mantapkan. Matanya menyala kuning, tangannya ikut membesar begitu dengan otot tubuhnya, rambutnya berdiri aura kuning mengerumuni tubuhnya, angin kuat tidak bisa membuat kuda-kudanya patah dan bergerak sesenti-pun.

“Sebentar Cedric tahan sebentar lagi, aku sedang mengumpulkan energi untukmu.” Tangan Freya menjulur memegang bahu kanan dan kiri Cedric. Bersiap mengirimkan energi. Aura hijau yang sejuk mengerumuni tubuh Freya. Rambut kuncir kudanya bergoyang-goyang di terpa angin terlihat lucu.

Tapi aku masih panik, Apa yang sebenarnya terjadi, aku harus berbuat apa. Freya dan Cedric sedang berjuang untuk bertahan sedangkan Luna sedang berusaha menutupi kehadiran kami di tempat ini dengan ilusi. Tangan mereka semua gemetar tidak kuat menahan hingga akhir—Aku harus apa.

“Rika, bisa lacak asal energi ini datang?”

“Akan ku coba, kapten.” Sesaat aku menutup mata, merasakan sedikit demi sedikit setiap unsur alam yang menyentuh kulitku—debu, tanah, daun, angin, dan terakhir energi besar yang melintas di kananku.

“Imagination, Pathography,” aku hanya perlu melacak titik mula laser besar ini di tembakan. Lima kilometer masih belum ditemukan, sepuluh kilometer masih sama, lima belas kilometer, masih juga belum aku harus memperkuat radiusnya. Fokusku meningkat 80% kepala ku sakit seperti di terjepit dan di tekan benda yang berat. Mataku masih menutup untuk fokus melihat samar. Lima puluh kilometer masih juga nihil, seratus kilometer, masih juga tidak ada. Ini yang terakhir kekuatan hampir habis.

“Huh.” Nafasku tersengal, detak jantungku nyaris berhenti berdetak. Aku terkulai lemas pasrah tidak bisa bergerak. Termangu tidak berdaya. Sekilas isi pemikiran ku hanya tentang siapa yang menembakkan laser dari jarak sejauh itu, bahkan jangkauan seratus lima puluh kilometer tidak bisa menemukan titik awal laser itu di tembakan. Dengan nafas yang terengah-engah dan tenaga terakhir melaporkan hasil yang ku dapat.

“Kapten, maaf—aku tidak bisa menemukan siapapun yang melakukannya. Tampaknya pengguna berjarak lebih dari 150km dari sini.”

Mereka yang mendengar informasi itu hanya bisa diam dan fokus pada kemampuan masing-masing. Sampai situasi menjadi sangat rumit dan membahayakan. Barrier Cedric akan pecah dalam hitungan detik lagi.

“Gawat, aku tidak bisa menahannya lagi, Freya.”

“Tenaga ku hampir habis Cedric!”

Semuanya menjadi lebih buruk tidak tahu kapan akan selesai laser energi ini. Yang jelas Barrier buatan Cedric akan hancur dalam hitungan 20 detik.

“Kalian, cepatlah pergi secepat mungkin dari kubah Barrier ini, aku tidak punya banyak waktu menahan kemampuan Barrier.”

“Tapi Cedric kau bagaimana?”

“Tidak ada waktu untuk berbincang. Cepat pergi, lawan angin kencang di luar kubah, kalian akan bisa menjauh dari titik serangan ini.”

Sejenak semuanya diam, menunduk kemudian saling tatap.

“Hei!, kalian tidak dengar perintahku? Cepat pergi, aku akan segera membuka lubang kecil di—”

Aku menggeleng, tubuhku dipapah Luna berusaha membuatku berdiri. Freya dan Luna juga kompak menggeleng. Keputusan bulat 3 lawan 1 tidak akan pergi dari tempat ini. Mati dan hidup bersama sampai akhir.

“Huh,” Cedric menghela nafas panjang menatap ke depan, tetap fokus dengan tangan merentang. “Aku tahu wanita itu memang keras kepala, tapi kalian ini lebih keras kepala dan naif.”

“Tapi ya sudahlah, jika itu mau kalian.” Sejenak tidak berbicara Cedric fokus ke depan. “Kalian tidak perlu berdiam-diam di belakang ku, bisakah kalian melakukan transfer energi yang tersisa untukku, aku yakin bisa bertahan enam menit ke depan.”

Semuanya berjalan menegangkan, udara semakin padat membuat sesak dan sakit tenggorokan. Aku berusaha mengirim sisa energi terakhir hingga akhirnya jatuh dengan pandangan pitam.

“Cedric, laser energi mulai lenyap.” Freya berseru senang. Wajah kami menjadi lebih bersemangat, tinggal sedikit lagi sebelum semuanya berakhir. Detik-detik terakhir suara yang tidak kuharapkan, retakan di Barrier semakin besar sebelum akhirnya aku pingsan.

                                 ***

Mataku mengerjap-ngerjap, cahaya oranye di langit menyilaukan. Aku melihat Freya di saat aku tersadar.

“Freya? Itu kamu?”

“Iya Rika, akhirnya kau siuman.” Aku bergerak duduk tapi terasa tidak kuat untuk melanjutkan. Tenagaku belum pulih. Freya berusaha mendudukkan aku dengan sandaran pohon besar.

Aku bertanya, tidak melihat Luna dan Cedric.

“Semuanya selamat?”

“Iya, semuanya selamat. Luna dan Cedric hanya pergi mencari makanan dan berburu di hutan tandus di utara.”

“Begitu ya.” Aku menghela nafas panjang dan tersenyum senang. Tidak lama kemudian Cedric dan Luna meneriaki aku dari jauh berlari di padang rumput dekat jalan besar.

“Rika, kau baik-baik saja?” Aku tahu itu wajah cemas Cedric tapi karena dia terlihat berwibawa aku merasa itu wajah seseorang yang percaya diri.

Aku mengangguk.

“Syukurlah.” Ucap Cedric sembari melanjutkan meletakkan kelinci yang dia bawa entah dari mana dia dapat kelinci putih itu.

“Kita akan bermalam di sini, masih ada 3 hari perjalanan menuju kota tanpa hukum.”

“Apa! Tiga hari?”

“Kenapa wajahmu kaget begitu Freya? Bukankah kau dulu sering bertugas di sana?”

“Iya tapi kenapa sampai tiga hari? Biasanya hanya 30 menit atau paling lama 3 jam.”

“Kita berjalan kaki Freya, kita perlu berhenti untuk makan dan mencari makan, ini berbeda dengan kondisi sebelumnya yang bisa memakai transportasi mobil terbang dan kereta magnetik.”

“Apa kita tidak bisa pergi menggunakan kendaraan?” Aku ikut meramaikan pembicaraan.

“Aku juga sempat berpikir seperti itu, berharap satu di antara seratus kendaraan mobil terbang yang bisa kita pakai, tapi ledakan Evolvera ternyata mirip dengan ledakan badai Matahari, sama-sama membunuh jaringan dan mesin serta teknologi mutakhir sekalipun.”

Wajah Freya seketika kesal, aku juga demikian dan Luna hanya ikut mendengarkan membantu membuat menumpuk kayu.

“Sudah-sudah, barang bawaan kita juga masih aman. Ini tidak begitu buruk, masih ada tenda dan perlengkapan masak. Hanya saja kita perlu mencari bahan makanan dan buat api manual, itu tidak buruk.” Cedric berusaha meyakinkan kami dengan pemikiran positif. Aku mengangguk ikut membantu, Freya juga ikut membantu. Makan malam harus segera kami buat sebelum matahari berganti bulan.

Satu jam berlalu. Matahari telah tenggelam di cakrawala. Makan malam yang Cedric buat kali ini adalah sup kelinci. Aku merasa jijik melihat daging kelinci. Ini pertama kali aku mencobanya tapi terpaksa perutku sudah lapar.

“Bagaimana, enak?” Cedric bertanya kepada aku. Seruku tertahan, mataku melebar, makanan ini rasanya enak. Seperti sup ayam tetapi dengan daging kelinci lebih alot.

“Enak, tidak buruk juga, kukira rasanya akan aneh.”

Semua ikut tertawa mendengar kalimatku. Sepertinya Freya dan Luna sudah terbiasa dengan makanan dari hewan liar seperti ini. Mereka begitu lahap tidak peduli apakah ada yang kurang, yang mereka pikirkan mungkin apakah perut sudah kenyang atau belum.

“Rika.” Cedric memecah lengang.

“Iya?” Aku menoleh ke arahnya. Mangkuk besi berada di tangannya yang kiri, sementara sendok ada di tangan kanannya. Wajahnya terlihat lembut terkena cahaya unggun.

“Apa kau tahu pengguna laser tadi?”

Aku menggeleng. “Tidak tahu, tapi yang pasti itu kekuatan yang besar.”

“Pengguna yang bisa melakukan tembakan dari jarak seratus lima puluh kilometer lebih,” Freya ikut menyahut.

“Tapi kenapa laser itu mengenai kita, seolah kita memegang target laser itu,” Luna ikut meramaikan.

“Benar, aku juga bingung kenapa sosok itu bisa membidik dari jarak sejauh itu dengan tepat. Bahkan setelah kita bergeser, seolah dia tahu kita akan bergeser ke arah lain.”

“Dia membaca masa depan?” Aku menyahut, semua menatapku.

“Itu kemampuan luar biasa jika benar ada,” Luna terlihat semangat membahasnya.

“Baiklah, lupakan sejenak tentang laser itu,” Cedric berdiri mengambil kuah sup di panci besi yang menggantung di atas api supaya tetap panas. “Mari kita bahas langkah kita berikutnya.”

Pembahasan dilanjutkan hingga pembagian tugas berjaga, memasak, mencari bahan makanan, dan rute perjalanan yang aman. Setelah itu selesai, tidak banyak hal lagi yang dibicarakan. Bulan juga sudah berada di posisi tertingginya, menunjukkan tengah malam.

“Hoaaaaaah, aku ngantuk, aku akan tidur duluan,” Freya duluan pergi masuk ke tenda, diikuti oleh Luna yang juga menguap kemudian masuk ke tenda. Hanya menyisakan aku dan Cedric dengan suara hening, kecuali dari jangkrik yang krik-krik nyaring dari tadi.

“Sebaiknya kamu tidur, Rika,” Cedric memecah hening sekali lagi.

“Sebentar lagi, Cedric, aku hanya ingin tenang sekarang,” kembali hening lima menit, kecuali suara jangkrik.

“Tidurlah, Rika, dua jam lagi kau harus berjaga.”

Aku mengangguk dan akhirnya pergi tidur ke dalam tenda. Aku melirik sekali, Cedric masih menatap langit yang penuh bintang.

***

Tidak terasa sama sekali, aku mendengar suara Cedric memanggilku dari depan pintu tenda. Dia tidak berani masuk sepertinya.

“Rika, ayo gantian berjaga.”

“Iya, Cedric, sebentar,” aku ikut menyahut berbisik, lalu keluar dari tenda.

“Jam berapa sekarang?”

“Jam 2 atau 3 pagi, udara terasa dingin sekarang, jadi pastikan api tetap menyala.”

“Baik, Kapten,” aku meniru gaya hormat seperti tentara. Cedric tertawa kecil dan kembali untuk bersiap tidur dengan sleeping bag miliknya dekat dengan api unggun kecil.

Dua jam berlalu, aku membangunkan Freya, kemudian kembali tidur. Freya lanjut membangunkan Luna setelah dua jam dia berjaga.

Pagi tiba sesuai jadwal yang ditetapkan. Kami semua bangun menyiapkan sarapan seadanya dengan sisa daging yang harus kami bakar sendiri. Daging kelinci ini alot ketika dibakar di atas api. Rasanya juga aneh karena tidak ada bumbu atau garam. Mau bagaimana lagi, kami harus memakan daging kelinci ini untuk energi perjalanan.

Satu jam semuanya selesai, kami berjalan menyusuri jalan raya yang megah penghubung antar kota yang saling berjarak, dan jarak diisi oleh hutan-hutan buatan.

“Aku tidak menyangka orang-orang zaman dulu bisa membuat kota semegah ini hanya dalam beberapa puluh tahun,” aku membuka topik pembicaraan di perjalanan yang membosankan ini.

“Iya, aku juga berpikir begitu. Kita pertama yang berdampingan dengan hutan dengan teknologi canggih ramah lingkungan,” Cedric menyahut.

“Aku juga suka dengan mobil terbang mereka. Walaupun dulu terlihat kuno dengan hanya mengandalkan baling-baling di keempat sisinya seperti drone, tapi sekarang semua kendaraan darat tidak perlu ban ataupun baling-baling lagi karena menggunakan teknik magnetik.”

“Bicara tentang teknologi, aku pernah baca, ada seseorang yang menciptakan energi untuk menggantikan minyak dari air atau apalah itu, yang penting itu mudah didapat dan terbarukan. Herannya, setelah dipublikasikan, orang itu hilang tanpa jejak, begitu juga dengan penemu teknologi mobil terbang Maglev,” Freya ikut meramaikan pembicaraan dengan berita lama. Kemudian Cedric menyahut.

“Begitulah dunia ini, para elite menguasai bisnis dan teknologi. Mereka bisa saja dengan mudah melakukan apa pun, termasuk eksploitasi manusia atau menghilangkan orang-orang yang mengganggu rencana bisnis atau kekuasaan mereka.”

“Itu kejam sekali,” aku berseru ngeri.

“Itu kejam, hanya saja itu tidak bisa diubah. Bahkan sudah ribuan tahun sistem seperti ini terbentuk dan hingga sekarang tidak ada satu pun yang berani menentang mereka dan tahu siapa wajah-wajah orang elite itu.”

                                ***

Perjalanan hari ini sampai pada titik yang telah kami targetkan untuk beristirahat. Kota itu belum terlihat, dan kali ini yang harus pergi mencari makanan adalah aku dan Cedric.

“Tapi aku tidak punya kemampuan serangan,” ucapku kepada Cedric yang sudah membawa panah dan pisau kecil. Dia melemparkan anak panah, busur, dan pisau kecil itu kepadaku.

“Sejak kapan membuatnya?”

“Kemarin malam, aku membuatnya saat kamu tertidur lelap di tenda,” dia menjawab.

Pantas saja wajahnya pucat, rupanya dia tidak hanya mematung berjaga, tapi juga membuat panah dan busur. Aku menerimanya dengan senyuman. “Terima kasih, Kapten, aku akan menangkap buruan yang besar hari ini.”

Namun, tidak semudah yang ku kira

                                ***

“Astaga, membidik satu kelinci pun aku tidak bisa.” aku berseru kesal karena bidikan ke-30 belum juga mengenai satu pun kelinci. Aku berbalik menatap Cedric. Entah apa yang dia lakukan, dari tadi hanya merakit sesuatu berbentuk kotak tapi dengan ranting kayu dan tali dari akar.

“Aku tidak peduli, hari ini minimal aku harus dapat 2 kelinci,” aku berlari menyelusuri semak-semak, bersembunyi, berusaha tetap diam dan tenang. Aku melihat bidikanku, tepat 5 meter jaraknya. Aku membidik.

Pushhh!

Anak panahku melinting ke udara, nyaris mengenai perut kelinci itu. Lagi-lagi gagal, aku mengepal tangan dan memukul ke tanah.

“Kenapa sulit banget sih?”

Satu jam berlalu, aku hanya mendapatkan 1, itupun karena kakinya luka. Cedric bilang itu tidak bisa dimakan karena kelinci itu sakit, jadi harus kurelakan buruan pertama itu. Sedangkan Cedric yang dari tadi hanya merangkai sesuatu, ternyata mendapat 6 kelinci cukup besar. Itu cukup untuk makan sampai besok siang.

“Kenapa Kapten bisa menangkap tapi tidak bergerak sedikit pun membidik atau melempar pisau dari tadi?” aku bertanya ketus. Perjalanan kami menuju titik berkumpul masih cukup jauh.

“Karena aku mengerti tabiat kelinci itu, dan aku memanfaatkan tabiat itu dengan memancingnya ke dalam perangkap.”

“Perangkap? Maksudnya benda kuno tadi dengan ranting dan akar adalah perangkap?”

“Ha-ha-ha,” Cedric tertawa lepas. Dia tidak menyangka aku berpikir demikian.

“Jangan lihat dari bentuk luarnya, tapi lihatlah dari kegunaannya. Benda tua itu sudah terjamin dari ratusan hingga ribuan tahun. Ini adalah perangkap sederhana, tapi begitulah yang dinginkan hewan-hewan. Semua perangkap yang persis dengan rumah mereka, bukan dengan perangkap teknologi tinggi seperti zaman sekarang.”

Aku paham sebagian besar, tapi tetap saja ini mengesalkan. Aku kalah dengan perangkap kuno ratusan tahun lalu.

Beberapa menit kemudian, kami sampai di titik pertemuan. Setelah mempersiapkan tenda dan api, kami mulai membagi tugas masak dan menyiapkan peralatan makan. Semuanya berjalan lancar dengan tawa dan canda yang terus mengiringi.

Pukul 7 malam tiba, kami sudah mulai menghidangkan makanan. Makan malam kali ini masih sup. Sisanya, kelinci sengaja dibakar kering untuk membuatnya tetap bertahan tidak basi hingga esok siang.

“Cedric, berapa lama lagi kita sampai ke kota itu?” Freya memutuskan membuka topik pembicaraan lebih dulu.

Cedric menatap langit, melihat bintang, kemudian balik menatap Freya. “Besok sore kita akan sampai di sana.”

“Baguslah, aku sudah mulai muak dengan sup kelinci ini,” ujar Freya.

Sontak, tawa pecah mendengar celotehan Freya. Malam ini berlalu aman dan damai. Masih seperti sebelumnya, berlaku jadwal jaga malam, dan aku kali ini ditugaskan menjaga di terakhir.

***

“Rika, bangun, jangan curang, heh!,” Luna ribut membangunkanku. Sekejap mataku mengedip-ngedip. Langsung berdiri dan keluar dari tenda. Ini sepertinya masih jam 4 pagi.

“Hoaaaaah,” aku menguap, udaranya dingin menyerang tulang. Bibirku seketika membiru. Tapi ini baik-baik saja selama api tetap menyala. Setidaknya aku bisa melihat sunrise di pagi ini.

Jam enam pagi, matahari mulai memunculkan mahkotanya. Mataku melebar dengan pupil yang mengembang, pemandangan yang indah setelah ledakan komet itu di langit malam. Aku menghirup lega oksigen bersih di pagi ini. Tetapi sesaat kemudian, ada yang aneh terjadi.

“Perasaan ini,” aku menutup mata, merasakan tiap partikel yang menyentuh kulitku. Benar saja, ada yang aneh, udara terasa semakin rapat hingga berusaha mencekik tenggorokanku. Apa yang sebenarnya terjadi?

TIK-TAK-TUK, suara ketukan jam yang perlahan berhenti menggema di sekitarku. Aku menatap panik, burung di langit tidak bergerak, daun-daun, rumput tidak ada yang bergerak, semuanya diam di posisi terakhir mereka. Aku tidak bisa bergerak. Semuanya telah terhenti, bahkan foton sekalipun.

Perlahan pandanganku gelap seperti orang buta. Aku tidak bisa membuka mulut, percuma saja tidak ada yang akan terdengar, dan nafasku, aku tidak bisa bernafas. Ini seperti ruang vakum. Tidak ada suara, tidak ada udara, tidak ada oksigen. Seluruh organ tubuhku berhenti. Aku seperti mati, kecuali kesadaran ku.

“Hai, gadis kecil, aku tidak peduli jika kau penuh pertanyaan sekarang.”

Heh, suara itu terdengar dari mana? Aku yakin tidak ada orang lain. Suara itu terdengar kembali, tidak asing bagiku. Suaranya dingin, tetapi seperti suara wanita dewasa.

“Datanglah ke kota tanpa hukum, kau akan menemukan ku di sana. Temukan jati dirimu dan temukan tujuanmu di sana.”

Aku yakin suara ini berasal dari kepalaku—siapa pun kamu, di mana posisimu sekarang.

“Kamu tidak akan tahu aku di mana, dan aku juga tidak akan tahu kamu ada di mana, Rika kecil.”

“Sampai jumpa, Rika kecil.”

TIK-TAK-TUK, ketukan suara jarum jam terdengar kembali. Beberapa detik kemudian, aku bisa bernafas kembali, udara kembali merenggang tipis, suara pohon tertimpa angin mulai terdengar kembali, aku kembali bisa melihat, burung, rumput, dan daun bergerak kembali sesuai seharusnya. Suaraku juga kembali. Jantung ku juga kembali berdetak hidup.

Sosok itu hilang tanpa bekas, kejadian barusan sangat menyakitkan juga menakutkan. Aku tidak akan berani menceritakan ini kepada siapa pun. Sampai semua petunjuk itu jelas mengarah pada apa.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • silvius

    Halo readersvol. ada perubahan jadwal upload mulai bab berikutnya. Evolvera Life akan upload bab baru setiap 3 hari sekali. Terimakasih sudah menikmati cerita.

    Comment on chapter Episode 22
  • silvius

    Halo pembaca. Ini merupakan novel pertama saya. Saya sangat senang jika mendapatkan kritikan atau saran atau mungkin hal bagus yang membangun. Mari bersama membangun komunitas terbaik. Terimakasih telah membaca dan memberikan tanggapan yang jujur

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Yu & Way
899      474     28     
Romance
Dalam perjalanan malamnya hendak mencari kesenangan, tiba-tiba saja seorang pemuda bernama Alvin mendapatkan layangan selembaran brosur yang sama sekali tak ia ketahui akan asalnya. Saat itu, tanpa berpikir panjang, Alvin pun memutuskan untuk lekas membacanya dengan seksama. Setelah membaca selembaran brosur itu secara keseluruhan, Alvin merasa, bahwa sebuah tempat yang tengah dipromosikan di da...
Ghea
423      272     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
Lusi dan Kot Ajaib
7251      1192     7     
Fantasy
Mantel itu telah hilang! Ramalan yang telah di buat berabad-abad tahun lamanya akan segera terlaksana. Kerajaan Qirollik akan segera di hancurkan! Oleh siapa?! Delapan orang asing yang kuat akan segera menghancurkan kerajaan itu. Seorang remaja perempuan yang sedang berlari karena siraman air hujan yang mengguyur suatu daerah yang di lewatinya, melihat ada seorang nenek yang sedang menjual jas h...
After School
1432      853     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...
LINN
11607      1717     2     
Romance
“Mungkin benar adanya kita disatukan oleh emosi, senjata dan darah. Tapi karena itulah aku sadar jika aku benar-benar mencintaimu? Aku tidak menyesakarena kita harus dipertemukan tapi aku menyesal kenapa kita pernah besama. Meski begitu, kenangan itu menjadi senjata ampuh untuk banggkit” Sara menyakinkan hatinya. Sara merasa terpuruk karena Adrin harus memilih Tahtanya. Padahal ia rela unt...
THE HISTORY OF PIPERALES
1811      653     2     
Fantasy
Kinan, seorang gadis tujuh belas tahun, terkejut ketika ia melihat gambar aneh pada pergelangan tangan kirinya. Mirip sebuah tato namun lebih menakutkan daripada tato. Ia mencoba menyembunyikan tato itu dari penglihatan kakaknya selama ia mencari tahu asal usul tato itu lewat sahabatnya, Brandon. Penelusurannya itu membuat Kinan bertemu dengan manusia bermuka datar bernama Pradipta. Walaupun begi...
Gue Mau Hidup Lagi
354      223     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?
Coneflower
2937      1415     3     
True Story
Coneflower (echinacea) atau bunga kerucut dikaitkan dengan kesehatan, kekuatan, dan penyembuhan. Oleh karenanya, coneflower bermakna agar lekas sembuh. Kemudian dapat mencerahkan hari seseorang saat sembuh. Saat diberikan sebagai hadiah, coneflower akan berkata, "Aku harap kamu merasa lebih baik." — — — Violin, gadis anti-sosial yang baru saja masuk di lingkungan SMA. Dia ber...
Dua Warna
420      307     0     
Romance
Dewangga dan Jingga adalah lelaki kembar identik Namun keduanya hanya dianggap satu Jingga sebagai raga sementara Dewangga hanyalah jiwa yang tersembunyi dibalik raga Apapun yang Jingga lakukan dan katakan maka Dewangga tidak bisa menolak ia bertugas mengikuti adik kembarnya Hingga saat Jingga harus bertunangan Dewanggalah yang menggantikannya Lantas bagaimana nasib sang gadis yang tid...
Code: Scarlet
21703      4059     15     
Action
Kyoka Ichimiya. Gadis itu hidup dengan masa lalu yang masih misterius. Dengan kehidupannya sebagai Agen Percobaan selama 2 tahun, akhirnya dia sekarang bisa menjadi seorang gadis SMA biasa. Namun di balik penampilannya tersebut, Ichimiya selalu menyembunyikan belati di bawah roknya.