Read More >>"> Evolvera Life (Episode 4) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Evolvera Life
MENU
About Us  

“Di sini Cedric, apa yang terjadi?”

“Gedung ini tertanam bom, kita harus pergi sebelum semuanya meledak, kapten—.” Sambungan terputus, dan suara ledakan kedua terdengar lebih jelas. Ini bukan dari HT, tapi dari getaran dan suara yang merambat di lorong bawah tanah ini.

Cedric menarik tanganku, berseru dengan wajah yang panik. “Rika, ayo cepat pergi!. Kita harus keluar dan menyelamatkan mereka.”

Lima menit kami berlari dengan nafas tersengal, suara dentuman semakin keras, suara retakan renyah di dinding terdengar menggerutu. Ini mulai menjadi bencana. Aku hanya melihat satu bayangan berlari ke arah kami dari balik debu yang gelap, lampu hidup dan mati sepertinya kosleting listrik.

“Luna, dimana Velarius dan Freya?” Tanya Cedric, wajahnya berkeringat.

“Maaf kapten, mereka tertinggal di belakang. Velarius menyuruhku menemukan kapten segera.”

“Astaga, gawat. Luna dan Rika, kalian cepat keluar dan jaga pintu keluar tetap terbuka, aku akan segera menyusul dan kembali dengan mereka.”

Cedric, tubuhnya membesar dua kali lipat. Bajunya koyak di beberapa bagian, matanya menguning keemasan, dengan otot yang ikut melebar, aura kuning keemasan keluar dari tubuhnya membentuk perlindungan. Aura itu terasa menakjubkan tapi memberikan rasa aman.

“Kapten, aku ikut.”

“Tidak!, kalian harus kembali dan kenakan ini. Hanya alat ini yang bisa kita gunakan untuk berkomunikasi di saat seperti ini.” Cedric memberikan alat pendengaran di telinga, sepertinya ini hanya berlaku untuk pendengar satu arah. Tapi setidaknya aku akan tahu apa yang terjadi di dalam.

“Jika kejadian lebih buruk, atau mungkin seluruh gedung akan meledak, aku mohon pergilah menjauh. Aku akan memberikan aba-aba jika semuanya menjadi lebih buruk.”

“Terima kasih.” Belum sempat menyambut pembicaraan, Cedric sudah beranjak pergi dengan cepat ke lorong yang terlihat hampir runtuh. Luna terus menarikku keluar, sesekali aku menolak, menahan ditarik untuk menyusul ke lokasi kejadian. Suara dentuman terdengar semakin keras. Itu suara dari bom yang ditempel di dinding, sengaja disembunyikan.

“Rika, ayo!.” Aku menghela nafas khawatir, tapi ini perintah kapten. Aku harus menuruti untuk tidak egois di saat genting. Dia telah memberi aku secarik cahaya harapan, aku tidak mau secarik cahaya itu padam hanya dalam 10 menit. Dua menit kami berjalan menuju gerbang, sesekali memeriksa ke belakang melihat situasi berharap ledakan itu tidak merambat dengan cepat, setidaknya membiarkan kami semua kabur dari gedung ini.

Benda komunikasi di telingaku bergetar menerima suara, suaranya terputus-putus seperti siaran TV rusak. Beberapa saat suara terdengar jernih, walau dengan suara ledakan keras bersama dengan teriakan Cedric yang berusaha mengalahkan suara sekitarnya.

“Velarius, cepat aku akan membantu.”

“Terima kasih, kapten.”

“Aku akan membantu memapah Freya, kita harus keluar dalam waktu 2 menit.”

Suara dentuman hebat terdengar, telingaku terasa sakit mendengar dentuman itu.

“Barier: One side!”

“Kalian tidak apa-apa?”

“Seharusnya aku yang bertanya begitu kepada mu, kapten.”

“Ha-ha-ha, yaudah cepat pergi.”

Sempat-sempatnya Cedric tertawa lepas di kondisi genting begini.

“Tapi, kapten juga harus ikut bom berikutnya dalam 15 detik.”

“Justru itu aku di sini untuk meredam ledakan. Jadi kalian cepat pergi, aku akan menyusul.”

“Baik, kapten.”

Apa maksud mereka? Apa yang mereka pikirkan—mereka gila? Lagi-lagi menggunakan protokol keselamatan yang berbahaya itu. Aku tidak bisa biarkan ini, tapi Luna, dia tetap sabar menunggu walaupun bola matanya bergetar khawatir. Aku tidak bisa meninggalkannya di sini sendirian, umurnya hanya beda sedikit dari ku. Aku tahu yang dia rasakan sama seperti aku, tapi kami tidak bisa berbuat apapun sekarang, menonton gedung itu mulai runtuh.

Ledakan yang lebih besar terdengar hingga keluar ruangan. Cedric berteriak, aku mendengarnya barusan memasang barrier.

“Aaaaahck... Aku tidak akan mati di sini. Hanya dua bom tidak akan membuatku mati.” Suaranya yang cool itu terdengar lemah, serak, dan sesekali batuk. Aku menyeka pipi membayangkan yang terjadi di lorong itu.

Beberapa detik Velarius melakukan lompatan tepat 5 meter di hadapan kami.

“Velarius, cepat kemari!” Luna memanggil dari kejauhan. Freya tangannya terkena ledakan, dan kakinya juga demikian. Untungnya, itu tidak sampai hancur dan bisa disembuhkan dengan healing. Kami memapahnya duduk di tiang panjang dekat pintu.

“Dimana Cedric?” Tanyaku dengan panik, melihat menyapu seluruh pandangan.

“Dia masih di dalam, katanya dia akan menyusul,” jawab Velarius lagi-lagi tanpa ekspresi.

“Aku akan pergi membantunya.” Aku akan pergi sendiri, lebih baik bergerak sekarang sebelum semuanya terlambat. Si Velarius ini orang bodoh tanpa perasaan.

“Jangan pergi, bangunan itu akan runtuh.” Velarius menahan lenganku.

“Huh, kau gila... Kalau aku tidak kesana, dia bisa mati.” Dia menatapku datar, tidak ada panik, sedih, senang, marah. Apapun, setidaknya tunjukkan kau peduli dengan Cedric “aku akan tetap pergi, lepaskan aku.”

“CUKUP SAMPAI DISINI... Kapten tidak mungkin mati secepat itu dan justru kau kesana hanya akan mempersulit kapten untuk keluar.”

“LEPASKAN!, aku tidak akan mendengarkan kata apapun dari seseorang yang tidak memasang ekspresi apapun melihat kaptennya akan mati di sana, aku akan pergi, lepaskan.”

Akhirnya Velarius melepaskan aku. Matanya tajam, dengan mantel bayang. Kesannya misterius dengan aura pekat terasa sekujur tubuhnya, sesekali aku yakin dia dalang dari ledakan ini. Aku tidak punya pilihan. Menunggu mereka menjalankan protokol pengorbanan ini hanya akan membuat semuanya lebih buruk. Aku tidak akan biarkan satu orang pun mati hari ini.

Suara Velarius terdengar samar-samar.

“Luna, cepat sembuhkan Freya sebisa mu, lalu Freya setelah itu sembuhkan kakiku. Aku tidak ingin kita kehilangan dua orang sekarang.”

2 menit berlari menuju lorong berdebu, bom berikutnya tidak tahu kapan akan meledak. Aku harus cepat menemukan Cedric.

“Kapten, kau dimana? Aku datang membantu.”

Mataku menyapu pandangan, aku terbatuk-batuk tertelan debu. 3 menit pencarian, Cedric, aku menemukannya tertimpa reruntuhan.

“Cedric, ayo cepat bangun kita harus pergi.”

“Ti-tidak, Rika, aku mohon tinggalkan aku di sini.” Matanya menawan, wajahnya tampan dengan otot besarnya itu. Dia tidak bisa bergerak, tidak ada penyesalan yang terukir di mata itu.

“Tapi kami tanpa kapten pasti akan berantakan, sehingga nyawa kapten sangat berharga, aku tidak akan membiarkanmu mati sekarang” aku berusaha mengangkat tembok besar yang menimpa bahu Cedric. “Kapten harus bisa bertemu adikmu.”

Suasana lenggang sejenak, aku tetap berusaha tidak peduli kapan akan meledak bom berikutnya. Mungkin saja semuanya akan tamat termasuk diriku.

“Ahck, kakiku tidak bisa bergerak lagi. Jadi biarkanlah aku di sini.” Lenggang pecah begitu saja dengan suara teriakan sakit.

“Sabar, Kapten. Aku akan mengeluarkanmu menggunakan kemampuanku.” Aku harus fokus, sedikit lagi aku akan bisa merasakan tekstur tembok ini.

Imagination: Telekinesis, Hiyaaaaak.” Aku berteriak keras berusaha mengeluarkan semua kemampuan, otakku terasa terbelit, pandanganku mulai kabur. Rona hitam mulai menutup pandangan.

Mataku menutup perlahan, tapi aku yakin itu berhasil mengangkat material yang menimpa setengah badan Cedric. Yeah, aku berhasil—aku memapahnya berusaha membawanya pergi dengan berjalan.

“Apa yang kau lakukan, Rika? Kenapa telingamu mengeluarkan darah?” Cedric bertanya, memperhatikan jelas ke arah telingaku. Nafasnya terasa menyentuh leher yang peluh.

“Ah ini, aku tidak tahu, tapi rasanya aku memaksakan diri untuk mengangkat material dan meringankan berat badanmu, Kapten... Jadi aku mohon keluarlah bersamaku dan kita akan—.”

“Cepat keluar, seluruh bom akan meledak bersamaan 20 detik lagi,” Velarius berteriak 10 meter jauhnya dari kami.

“Oh tidak, ayo, Kapten.”

“Kapten, aku akan memindahkan kalian dekat pintu keluar. Jadi tolong saling berpegangan dengan Rika,” seru Velarius.

“Oke.”

Shadow: Shadow jump .”

Dia melakukannya, tubuhku terangkat 30 cm dari tanah, tubuhku terasa ringan, dalam sekejap penglihatanku kabur.

Slip!

Kami berpindah tepat 10 meter menuju gerbang. Itu jarak yang sangat dekat.

“Velarius, cepat kesini,” Luna memanggil.

Kami tersenyum senang, berseru melambaikan tangan. Suara lain terdengar dari HT. Itu suara Velarius.

“Lapor Kapten, ini Velarius, ini pesan terakhir. Aku tidak bisa bergerak sekarang, butuh waktu 5 menit untuk pemulihan dan juga energiku sudah habis untuk melakukan teleportasi, jadi apa perintah terakhirmu, Kapten?”

Aku baru menyadarinya, Velarius hanya mengirimkan kami tetapi tidak ikut teleportasi. Ia tertinggal di belakang, jauh di belakang, kakinya kaku kecuali tangan dan badannya.

“Cedric, biarkan aku pergi menyelamatkan Velarius.” Belum sempat melangkah, dia telah menahan bahu ku. Tangannya yang besar menutup seluruh bahu kananku. Aku melirik ke belakang, bola mataku mengecil, aku menahan tangisan jatuh.

“Aku mohon, Cedric, biarkan aku pergi.”

“Berhenti, Rika, kami tidak ingin ada korban lagi.”

“Tapi lebih baik tanpa korban. Aku mohon, biarkan aku menyelamatkan Velarius sekarang, sebelum terlambat.”

“Luna, Freya, bantu aku tarik Rika dari tempat ini. Jalankan protokol keselamatan.”

Luna, Freya segera datang menghampiri dan menarikku dengan keras, badanku ditarik keluar dari pintu lorong. Tidak ada yang menangis, mereka sudah gila. Mereka menganggap perpisahan sudah biasa sampai tidak satupun dari mereka menyeka air mata di pipi mereka.

“VELARIUUSSSSSS!” Aku berteriak, aku tidak tahu mengapa emosional begini. Padahal dia hanya pria yang tidak berekspresi, hanya sekali menolong beberapa menit yang lalu.

Suara Cedric terdengar di HT. Suara serak tanpa rintihan tangis, tanpa ragu-ragu. Suara yang terdengar tenang dan tegas. Perintah terakhir untuk yang akan berpulang.

“Perintah terakhirku adalah temui keluargamu di surga, Velarius.”

BUM! seluruh sudut gedung meledak bersamaan. Membuat tanah 10 meter dari bangunan ikut bergetar. Asap dan api meninggi 15 meter ke atas.

Luna, Freya hanya bisa jatuh terduduk, tangisan mereka akhirnya pecah dengan keras di belakang Cedric yang tetap berdiri tegap dan melanjutkan kata-katanya dan berharap kata-kata terakhirnya tersampaikan ke surga. Aku terdiam berdiri, hujan datang seolah dunia tau kami sedang bersedih. Aku mematung, air mataku jatuh tidak ada yang tahu. Semuanya terasa sia-sia hari ini.

Suara serak yang percaya diri itu berbisik di sebelahku.“

Terima kasih atas jasamu, Velarius.” Cedric memberikan penghormatan terakhir.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • silvius

    Halo readersvol. ada perubahan jadwal upload mulai bab berikutnya. Evolvera Life akan upload bab baru setiap 3 hari sekali. Terimakasih sudah menikmati cerita.

    Comment on chapter Episode 22
  • silvius

    Halo pembaca. Ini merupakan novel pertama saya. Saya sangat senang jika mendapatkan kritikan atau saran atau mungkin hal bagus yang membangun. Mari bersama membangun komunitas terbaik. Terimakasih telah membaca dan memberikan tanggapan yang jujur

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Nyanyian Laut Biru
2001      708     9     
Fantasy
Sulit dipercaya, dongeng masa kecil dan mitos dimasyarakat semua menjadi kenyataan dihadapannya. Lonato ingin mengingkarinya tapi ia jelas melihatnya. Ya… mahluk itu, mahluk laut yang terlihat berbeda wujudnya, tidak sama dengan yang ia dengar selama ini. Mahluk yang hampir membunuh harapannya untuk hidup namun hanya ia satu-satunya yang bisa menyelamatkan mahluk penghuni laut. Pertentangan ...
Anak Magang
45      42     1     
Fan Fiction
Bercerita sekelompok mahasiswa yang berusaha menyelesaikan tugas akhirnya yaitu magang. Mereka adalah Reski, Iqbal, Rival, Akbar. Sebelum nya, mereka belum mengenal satu sama lain. Dan mereka juga bukan teman dekat atau sahabat pada umumnya. Mereka hanya di tugaskan untuk menyelesaikan tugas nya dari kampus. Sampai suatu ketika. Salah satu di antara mereka berkhianat. Akan kah kebersamaan mereka ...
Pertualangan Titin dan Opa
3027      1181     5     
Science Fiction
Titin, seorang gadis muda jenius yang dilarang omanya untuk mendekati hal-hal berbau sains. Larangan sang oma justru membuat rasa penasarannya memuncak. Suatu malam Titin menemukan hal tak terduga....
Cute Monster
621      346     5     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"
CHERRY & BAKERY (PART 1)
3621      890     2     
Romance
Vella Amerta—pindah ke Jakarta sebagai siswi SMA 45. Tanpa ia duga kehidupannya menjadi rumit sejak awal semester di tahun keduanya. Setiap hari dia harus bertemu dengan Yoshinaga Febriyan alias Aga. Tidak disangka, cowok cuek yang juga saingan abadinya sejak jaman SMP itu justru menjadi tetangga barunya. Kehidupan Vella semakin kompleks saat Indra mengajaknya untuk mengikuti les membuat cu...
Yu & Way
899      474     28     
Romance
Dalam perjalanan malamnya hendak mencari kesenangan, tiba-tiba saja seorang pemuda bernama Alvin mendapatkan layangan selembaran brosur yang sama sekali tak ia ketahui akan asalnya. Saat itu, tanpa berpikir panjang, Alvin pun memutuskan untuk lekas membacanya dengan seksama. Setelah membaca selembaran brosur itu secara keseluruhan, Alvin merasa, bahwa sebuah tempat yang tengah dipromosikan di da...
HOME
259      187     0     
Romance
Orang bilang Anak Band itu Begajulan Pengangguran? Playboy? Apalagi? Udah khatam gue dengan stereotype "Anak Band" yang timbul di media dan opini orang-orang. Sampai suatu hari.. Gue melamar satu perempuan. Perempuan yang menjadi tempat gue pulang. A story about married couple and homies.
Khalisya (Matahari Sejati)
2405      816     3     
Romance
Reyfan itu cuek, tapi nggak sedingin kayak cowok-cowok wattpad Khalisya itu hangat, tapi ia juga teduh Bagaimana jika kedua karakter itu disatukan..?? Bisakah menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi..?? Semuanya akan terjawab disini. Ketika dua hati saling berjuang, menerobos lorong perbedaan. Mempertaruhkan hati fan perasaan untuk menemukan matahari sejati yang sesungguhnya &...
Dunia Gemerlap
19085      2791     3     
Action
Hanif, baru saja keluar dari kehidupan lamanya sebagai mahasiswa biasa dan terpaksa menjalani kehidupannya yang baru sebagai seorang pengedar narkoba. Hal-hal seperti perjudian, narkoba, minuman keras, dan pergaulan bebas merupakan makanan sehari-harinya. Ia melakukan semua ini demi mengendus jejak keberadaan kakaknya. Akankah Hanif berhasil bertahan dengan kehidupan barunya?
Code: Scarlet
21698      4058     15     
Action
Kyoka Ichimiya. Gadis itu hidup dengan masa lalu yang masih misterius. Dengan kehidupannya sebagai Agen Percobaan selama 2 tahun, akhirnya dia sekarang bisa menjadi seorang gadis SMA biasa. Namun di balik penampilannya tersebut, Ichimiya selalu menyembunyikan belati di bawah roknya.